Minggu, 11 September 2011 pukul 21:47
SUP ZUPA
Tadi siang, pukul 11-an, aku menghadiri pernikahan teman di gedung KORPRI Slawi. Karena aku tak mau sendiri, kutunggu teman-teman dari RBA. Setengah jam menunggu di luar gedung membuatku ingin segera masuk ke dalam ruangan yang sudah mulai sesak. Begitu masuk, aku bingung, karena di dalam ruangan tidak ada kursi untuk duduk, kecuali di pinggiran catering.
Kuperhatikan orang-orang mengambil makanan dan makan sambil berdiri. Aduh, aku nggak biasa makan sambil berdiri.... Kok jadi risih gini ya? Sesekali kulihat di luar gedung lewat jendela, teman-temanku sudah datang apa belum. Alhamdulillah....lega rasanya begitu mereka masuk ke dalam ruangan. Ternyata memiliki teman itu menyenangkan. Mereka segera mengajakku bersalaman dengan kedua mempelai. Subhanallah....Mba Aini cantik sekali.
Banyak makanan dan minuman yang harus kupilih. Kupikir, ini pesta, jadi aku bebas makan dan minum sepuasnya. Tapi, perutku kan bukan gentong! Jadi tidak akan mungkin muat untuk menampung semua makanan disana. Bagaimanapun aku punya etika, jadi sebaiknya makan dan minum secukupnya saja.....
Ada satu makanan yang baru kali ini kujumpai dan aku langsung jatuh cinta. Namanya kalau nggak salah: sup zupa. Makanan yang mirip bubur ayam, mirip sup jagung, tapi bisa dimakan setelah dipanggag terlebih dahulu. Nikmat sekali aku memakannya. Wuihh, lezaaaattt......!
Untung ada kursi kosong, jadi aku bisa makan sambil duduk. Aku kan harus duduk kalau makan.... Emangnya gue kuda?!
Aku berjanji, jika nanti ada penjual sup zupa, aku akan membelinya. Makanan itu sangat cocok buatku, terutama di saat aku sedang bete dan stres. Tapi sayang, di sini belum ada.....
Pulangnya aku menjenguk teman di rumah sakit. Tak disangka, Ditha yang kemarin ceria, bisa mendadak jadi tak berdaya di sini. Selang infus untuk meringankan sesak nafasnya tiba-tiba menjadi teman setianya. Masih kuingat, kemarin dia sempat tertawa-tawa menceritakan neneknya yang sudah mulai pikun dan ingin bunuh diri. Aku sempat kaget mendengar ceritanya.
"What??!! Bunuh diri??? Kok jadi kayak di sinetron sih? Becanda kali Dith...." seruku. Tapi kata Dhita itu cerita beneran. Neneknya kalau lagi ngambek suka begitu, katanya....
Aku jadi berpikir, apa perilaku setiap manula akan kembali seperti anak kecil? Hufft! Hmmmm... Tapi jika aku ingat Pak Mario Teguh, rasanya nggak mungkin jika masa tuanya Pak Mario nantinya berperilaku seperti anak kecil.... Dia motivator ulung, jadi rasanya mustahil kalau di masa tuanya bertingkah seperti neneknya Ditha, ngambek dan mau bunuh diri sambil membawa pisau....^_^
***