twitter


Dear, Diary
Begitu banyak bahagia dan kejutan yang raih di September kemarin
Mulai dari
Senyuman manis profesorku yang bangga dengan caraku mengajar
Pujian sang calon Profesor yang mengatakan bahasa inggrisku excellent
Paman yang bangga karena aku bisa dipercaya dalam hal mengajar
Mahasiswa yang senang diajar denganku
Teman-teman dosen yang ramah terhadapku
Lingkungan baru yang menyemangati langkahku
Sepeda pinjaman tetangga yang menemani hari-hariku
Calon siswa privat yang sudah tidak shabar diajar denganku
Tulisan-tulisanku sudah banyak yang nembus lomba
Blogku semakin hari semakin kaya tulisan
Tubuhku yang semakin hari makin "bondeng"
Komunitas penulis yang sudah berbuat banyak untukku
Sahabat-sahabat penulis yang sudah menjadi bagian dari cerita hidupku
Ibu dan adik-adik yang selalu menanti kepulanganku
Kekasih yang entah menyayangiku atau tidak
Hingga semua bahagia dan kejutan yang datang silih berganti

Dan meski kuyakini bahwa semua itu tidak lepas dari cobaan yang bertubi datangnya

Diary, thanks for your keeping me on writing
Let me write the more happiness on October...

Palangkaraya, 1 Oktober 2011


~Tri Lego Indah F N~
 
Ketika rasa menyayangi mulai tumbuh,
 ketika saling pengertian mulai tercipta,
 ketika kami mulai saling memahami, tapi waktu kini membatasi.
Aku harus pergi, meninggalkan cinta yang mulai menelungsup di hati terdalamku.
Cintaku padamu membuatku tak ingin pergi, tapi sang waktu, memaksaku untuk pergi
***
            Senin pagi yang cerah, namun hatiku mendung. Duapuluh enam september, hari yang akan menjadi kenangan, bagiku dan anak-anakku. Hari ini, adalah hari terakhir pengabdianku di SMP N1 Tuba udik, setelah 3 bulan lalu, aku melaksanakan praktek pengalaman lapangan di sini.  
            Suasana haru tak dapat ku bendung. Selepas upacara bendera, aku bersama ke 9 rekan sesama peserta PPL, menggelar perpisahan dengan anak didik kami. Suasana begitu syahdu. Kami larut dalam haru. Terlebih ketika instrument do’a dari Hadad Alwi, mengiringi jabat tangan kami dengan para murid. Oh Robbi..., aku tak sanggup menahan buliran bening di pelupuk mataku.
            Satu jam pelajaran yang diberikan pihak sekolah kepada kami rasanya tak cukup menghentikan keharuan ini. Ketika aku akan kembali ke ruangan tempatku dan ke 9 teman ppl berkumpul, anak-anak muridku semua mengikutiku. Mereka menubrukku, dan rengkuh dalam pelukanku. Ku lihat, ketulusan terpancar di mata mereka. Ya Robbi..., aku kembali diliputi rasa haru.
            Sengaja aku meminta 15 menit, untuk aku bisa berkumpul bersama mereka. Ku bawa mereka duduk bersamaku, di pelataran halaman sekolah. Aku duduk melingkar bersama mereka. Ku sampaikan segala pesanku dan kesanku terhadap mereka. Pun mereka juga mengungkapkan rasa tak ingin kehilanganku. Akupun benar-benar tak ingin pergi.
            Lima belas menit, berlalu begitu cepat. Anak-anakku harus kembali ke kelas. Sebelum kembali, mereka menyelipkan surat cinta mereka di genggaman tanganku. Dan memberiku kotak berbungkus kertas kado warna biru, “kenangan-kenangan untuk bu Tri Lego”, kata mereka kompak memberitahuku.
**
            Hapeku terus bergetar. Sms dari anak-anak didikku. Sore ini, mereka ingin berkunjung ke basecampku. Meskipun aku tengah disibukkan dengan administrasi yang harus segera ku beresi, namun aku mengiyakan sms mereka. Pukul 16:00-17:00, murid-muridku (kelas 7 dan 8) bergantian datang. Sejenak, aku meninggalkan aktifitasku mengurusi berkas-berkas administrasi yang harus ku selesaikan. Hari ini, adalah hari terakhir aku bertatap muka dengan mereka. Aku tak ingin mereka kecewa denganku. Aku, menyambut kedatangan murid-muridku, dan melayani ingin mereka. Bak selebritis, mereka meminta tanda tangan, foto bersama dan memberiku kado. Menjelang magrib, mereka berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing.
***
            Oh anakku, aku tak tahu lagi harus berkata apa. Yang jelas, cinta kalian kepadaku, sama besarnya cintaku kepada kalian. Aku tulus menyayangi kalian, seperti ku lihat ketulusan di binar mata kalian. Terima kasih atas kado dan surat cinta yang kalian berikan untukku. Juga do’a-do’a tulus dan pengharapan kalian untukku. Terima kasih atas segalanya. Akupun selalu mendo’akan keberhasilan kalian. Semoga kalian berhasil meraih mimpi, seperti mimpi yang pernah kalian sampaikan kepadaku. Semoga kelak, Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali. Aamiin..
Suara Hatiku untuk Kalian anak-anakku:
Dulu, aku enggan.
Enggan bersama kalian.
Kalian yang tak jua paham, yang tak jua mengerti.
Membuat aku enggan.
Enggan bersama kalian.
Dulu, aku bingung.
Bagaimana membuat kalian paham, membuat kalian mengerti.
Kini, ketika kalian mulai paham, kalian mulai mengerti.
Aku mulai tak enggan.
Aku mulai tak bingung.
Tapi kini, waktu yang enggan berkompromi dengan kita.
Kita harus berpisah saat ini.
Aku tahu kalian enggan.
Pun, aku juga enggan.
Berpisah dengan kalian.
Aku, tak ingin pergi!
Tapi, aku harus pergi!
Margakencana, 26 September 2011
Pukul 11:11 pm
(hari terakhir di tempat pengabdian)


Jakarta, 28 September 2011

Mau nulis curhat di BBHB aja kok ya kayak mau presentasi makalah ilmiah depan dosen! Tiba-tiba jantungku berdegup kencang seperti mau lomba lari marathon dan telapak tangan dan kakiku mendadak dingin seperti es. Lebay amat ya?! Hihi.

“BBHB itu apa ya?” tanyaku pagi ini nimbrung di kolom comment postingan ‘Rahmah ‘Suka Nulis’ Chemist’ tentang seruan aktif menulis BBHB-nya. Jujur saja bergabung di komunitas bernama Writing Revolution ini memang cukup mengesankan meski masih banyak tanda tanya yang bertaburan di benakku tentang aturan mainnya (hehe, kayak game aja!). Alhamdulillah, aktif bertanya membuatku mendapat banyak jawaban dari teman-teman di WR yang semuanya ramah dan ngga pelit ilmu. Ya Allah, aku bersyukur sekali dapat kawan-kawan baru yang aktif dan kreatif membuat tulisan... Oya satu lagi...kalau diijinkan ada kata menyesal... aku menyesal...! sungguh menyesal...! menyesal sekali karena baru bergabung di WR sekarang... Ya! Kenapa baru sekarang? Kenapa ngga dari dulu gitu loch! Please dech, kemana aja lo?! Hehe.

Coli. Diary mungil kecilku yang berwarna coklat susu bersampul gambar wajah kelinci imut-imut kayak marmut dan berhias tinta warna-warni disetiap goresan ceritaku, kini naik daun..! Horeee...! Sekarang Coli jadi BBHB (Bukan Buku Harian Biasa)!! Yipppiii... Yuhuuu... Selamat ya Coli! Kamu punya teman, aku pun punya banyak kawan... Toss!
~Indahnya Berteman~

“Kau tak sendiri... Ku slalu bersamamu... Temani aku... Sampai habisnya waktu...”


29 September 2011
Dear pagi...
Gimana kabarmu hari ini ? semoga kamu baik- baik saja dan masih memancarkan sinar keberkahan pada penduduk bumi ini. Tapi kalau kamu mau tanya gimana kabarku pagi ini, maaf aku nampaknya kurang begitu bergairah seperti pagi- pagi yang biasanya. Karena aku pagi ini nampak merasakan kesakitan di kaki kiriku gara- gara ulah si kulit bundar kemarin sore. Apalagi cidera kali ini juga tak seperti biasanya. Malahan bisa dibilang baru sekarang gara- gara si kulit bundar kakiku bisa cidera seperti ini. Kini aku hanya bisa berjalan tertatih- tatih dan bahkan Sholat pun aku hanya bisa lakukan dengan duduk. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran penting bagiku agar lebih hati- hati dalam bertindak.

Yaa Robb... jangan kau tinggal penyakit pada diriku melainkan Engkau sembuhkan. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin.


Sebenarnya niatku hanya ingin mengingatkan dan meredakan. Namun, jiwa yang digenggam amarah, memang punya sensitivitas yang sangat tinggi. Jadi, saat Aku komentar "Astaghfirullah, jangan marah, jangan marah, jangan marah" di status salah satu teman Facebook, di balas dengan komentar yang tidak mengenakan di hati. Aku masih ingat, api amarah sedang membara di hatinya. Maka, mencoba sesantun mungkin komentar balasan kutulis.

Sepenggal cerita tentang berbalas komentar di sebuah jejaring sosial yang memancing amarah. Walaupun sebenarnya ini kali pertama bagiku. Tapi, aku kerap menemui hal seperti ini di beberapa dinding temanku yang lain.

Bahasa lisan dan bahasa tulisan memang memiliki tujuan yang tidak berbeda. Yakni menyampaikan isi pikiran, baik pesan, amanat, ide dan lainnya. Sebagai sarana komunikasi dan sosialisasi tentunya. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Bahasa lisan atau percakapan langsung, dalam pengucapannya didukung oleh mimik wajah, gesture tubuh dan intonasi suara. Sehingga isi pikiran, ide atau informasi yang ingin disampaikan bisa sangat jelas diterima oleh lawan bicara. Sisi kekurangannya adalah spontanitas, yang kadang sulit terkontrol bagi sebagian orang, termasuk aku. Hasilnya, ada saja beberapa kata yang kurang pantas terlanjur terlontar. Lalu, sakit hatipun tak terhindar. "Kan bisa minta maaf". Ok, memang kata maaf ampuh sebagai penawar. Namun, terkadang itu saja belum cukup. Tergantung seberapa besar dan parah sakit hati itu sendiri. Dan mungkin, masih butuh bantuan waktu untuk menyembuhkannya.

Di sinilah bahasa tulisan lebih unggul dari bahasa lisan. Kenapa? Karena bahasa tulisan sangat dapat dikontrol sebelum sampai pada orang yang dituju. Sebelum mengirim pesan, melaui SMS, inbox di Facebook atau Email, komentar atau yang lainnya, tulisan bisa dibaca ulang, diteliti perkata. Dari sini kita bisa meminimalisir kesalahan, dan jika sudah yakin barulah tombol kirim ditekan. Hanya aksara di atas perantara, tanpa air muka, gesture dan intonasi tentunya. Ya, itu merupakan salah satu kekurangan dari bahasa tulisan. Karena itu juga,  tak jarang orang salah menafsirkan makna pesan yang diterima, yang akhirnya berujung salah paham. Dan sebagai manusia yang tempatnya salah dan lupa, kesalahan dalam menggunakan bahasa tulisanpun bisa saja terjadi.

Seperti pengalamanku dan juga mas Taat temanku. Saat membaca status teman di Facebook yang ditulis dengan kepala bertanduk, kamipun berniat meredakan dan menghibur. Beberapa kalimat kami tulis sebagai rasa keprihatinan dan ingin mengingatkan. Yang kami dapat malah respon yang cukup untuk membuat kami mengelus dada.

Akhirnya, kembali kepada masing-masing pribadi. Lebih bijak dalam menghadapi berbagai macam permasalahan yang hadir adalah pilihan tepat tentunya. Agar dapat mengendalikan lisan atau tulisan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan lingkungan.

Cikarang, 28 September 2011



Depok, Medio :  Minggu - Senin , 25- 26 September 2011

Dua hari ini aku pulang balik dengan KRL.  Iseng aku melirik kearah lapak pedagang CD bajakan. Entah mengapa aku tertarik dengan judul CD film Indonesia yang dipajang disana. Biasanya aku tak pernah menyentuhnya, karena sejak jaman bujangan dulu aku tak begitu suka dengan film Indonesia. Bukannya aku tak cinta dengan produk dalam negeri, tetapi aku tak suka dengan cerita yang disajikan dalam film Indonesia yang kebanyakan nggak masuk akal atau istilah anak gaul sekarang : lebay. Kalau tidak salah terakhir aku nonton fim Indonesia di bioskop sekitar tahun 2001, yaitu Film berjudul “ 30 Hari Mencari Cinta “ yang dibintangi oleh Nirina Zubir dan Dina Olivia.
            Kembali ke lapak CD tadi, aku amati CD film Indonesia diletakkan agak spesial, digantung terpisah dengan CD film dari luar. Coba tebak judul film Indonesia yang dipajang, hampir 95 % adalah film yang bergenre horor alias film berhantu. Pocong dan suster ngesot rupanya tengah ngetrend dikalangan sineas kita. Simak beberapa judul diantaranya: Suster Ngesot, Suster N, Hantu Puncak Datang Bulan, Hantu Jeruk Purut, Pocong Keliling, Gendruwo serta judul lain yang membuat dahi kita dipaksa berkerut.  Hanya dua film drama yang terselip diantaranya, yaitu : Dalam Mihrab Cinta dan Alangkah Lucunya Negeri Ini. Sebenarnya ada apa sebenarnya dengan dunia perfilman kita ?
Terlepas dari ulah tercela dari para pembajak yang dengan seenaknya mencopy dan mengedarkan karya orang lain, ada fenomena yang menarik tengah terjadi didunia perfilman Indonesia. Fenomena ini sebenarnya bukanlah fenomena baru. Dulu waktu masih SMP aku sering nonton di layar tancap film-film yang dibintangi almarhum “Suzanna “. Bahkan beliau pernah dijuluki “ Ratu Horor”. Kebanyakan film Suzana adalah film horor yang berkaitan dengan cerita yang melegenda di tanah air. Seperti, Ratu Roro Kidul, Nyi Blorong sampai Calon Arang. Sebenarnya tak tepat juga Suzana menyandang sebutan tersebut,karena bebarapa filmya sama sekali tidak menampilkan tokoh makluk halus jenis apapun.
Dalam ingatanku Suzana pernah membintangi film Sangkuriang, dimana dia berperan sebagai Dayang Sumbi. Dalam film inilah Suzana dipasangkan dengan Clift Sangra yang kemudian menjadi suaminya( selisih keduanya 20 tahun). Lha kok malah ngurusi jodoh sih ? Ok kita kembali ke jalur yang benar. Mengenai akting, bintang satu ini benar-benar sangat menjiwai. Seolah –olah aura magis keluar dari wajahnya secara alami walaupun makeupnya biasa saja. Konon kehidupan mistis ini sampai terbawa di kehidupan sehari –hari, dimana Suzana suka sekali makan bunga kantil. Sejenis bunga yang sering dibuat ziarah kubur. Nah lho, ngeri nggak ?
Berbicara akting bintang film horor sekarang, kelihatan sekali dipaksakan.Makeup tebal, wajah dibuat seram, yang justru malah membuat penonton tertawa geli. Lebih parah lagi ceritanya maksa banget, yang kadang hanya memanfaatkan kepopuleran bintang sesaat semata. Mana ada coba ada hantu yang gagap ? dapat ditebak ini memanfaatkan kepopuleran pelawak Aziz Gagap yang sedang naik daun. Ada lagi judul film yang membuat kita tersenyum nyengir, lha wong judul film kok hantu keramas ? Siapa takut ?  
Film bergenre horor sebenarnya syah – syah saja dan salah satu ajang bagi para seniman film dalam mengekspresikan karya mereka. Tapi jangan membodohi para penonton yang sudah susah payah mengeluarkan uang buat beli karcis. Buatlah film yang berkualitas, jangan sekedar mengikuti trend. Kita dapat belajar banyak dari film – film produksi Holywood. Para pembuat film di negeri MR Obama ini. walaupun mengikuti trend tetapi kualitasnya tetap terjaga. Sebagai contoh film “ Fredy Krueger “ . Film ini sangat melegenda di seluruh dunia, bahkan telah menjadi franchise. Ada pula “ The Exorchist”, ‘ The Fryday 13’Th” serta sejumlah judul populer lainnya.
Bila film Indonesia berkualitas, baik genre horor maupun jenis lainnya, dapat dipastikan film nasional akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dan tentu saja para penonton akan menyerbu gedung bioskop karena mereka bangga dengan karya anak bangsa sendiri. Para distributor film tidak akan khawatir dan ribut. Walaupun film holywod tidak masuk Indonesia seperti beberapa waktu lalu dikarenakan pajak impornya yang terlalu tinggi, penonton tetap datang berbondong –bondong mengantri karcis. Mereka akan melakukan hal itu apabila mereka puas dengan apa yang ditontonnya. Semuanya itu perlu proses dan komitmen dari pihak – pihak yang berkecimpung didalamnya, termasuk pemerintah sebagai pelindung dan pembuat kebijakan ( a.l : pajak dan perijinan). Lalu kira-kira kapan ya ? Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawab ….     
*****


28 september 2011

Hari ini sepulang mengajar di sekolah, aku ada jadwal mengajar privat. Sebenarnya jadwal hari ini lumayan padat, tapi mengingat kewajiban, aku melangkah semangat. Alhamdulillah, doaku dikabulkan. Hari ini berjalan lancar dan penuh semangat.

Aku ingin segera sampai di rumah, ketika dalam perjalanan rumah, adikku mengirim pesan yang isinya mau menjenguk kakak iparku di rumkit. Sebenarnya, aku ada niat mengunjunginya besok sore. Kerjaanku juga masih ada yang belum kelar, membuat soal mid semester. Semalam sudah kucicil 155 soal, ini mau ditambah 105 soal lagi karena besok dikumpul. Belum lagi merevisi naskah tole udinku yang masuk nominasi karena besok batas pengiriman. Batas amunisi modemku akan berakhir jam 12 malam ini. Besok belum tentu bisa mengisinya karena persediaan kocek menipis. Mau membuat jadwal ujian praktek dan tulisan  dan masih banyak lagi. Tapi, setelah dipertimbangkan, besok juga ada kerjaan yang harus diselesaikan. Akhirnya aku menerima tawaran adikku pergi sore ini.
    Aku sampai pukul 5 sore, aku segera mandi menunggu adikku pulang. Adikku tiba pukul 05.30 sore, kami pun segera meluncur dengan motor. Suara azan berkumandang, kami salat di masjid baru naik ke lantai enam, tempat kakakku dirawat. Sampai disana, kulihat dia baik-baik saja. Dia sedang berbincang dengan kawannya. Beberapa saat, kawannya permisi untuk menunaikan salat magrib. Tetangga yang menjaganya juga permisi untuk salat. Adikku disuruhnya untuk membeli nasi di luar karena tidak selera dengan makanan dari rumkit.
“Ka, sinilah.”
“Apa kak?” kujawab sambil duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur.
“Mendekatlah.”
Aku pun mendekat. Tiba-tiba terdengar suara parau dan bulir-bulir bening itu keluar dari sudut matanya.
“Ka, kenapa Allah memberi cobaan yang bertubi-tubi pada hambaNya?” tanyanya sambil menangis. “Apa karena kakak banyak dosa, sehingga Dia marah?”
“Kak, justru karena Allah sayang sama kita, makanya diberi cobaan. Allah tak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambaNya. Karena kakak kuat dan istimewa makanya diberi cobaan. Allah sayang sama kakak.” Aku mengusap pundaknya, menghapus air matanya, membiarkan dia mengeluarkan isi hatinya. Aku berusaha menguatkannya, memberi semangat dan doa. Kak, sebenarnya air mataku hampir mau jatuh jua, tapi kutahan.
Pukul sudah menunjukkan pukul 8 malam, aku pun permisi pulang. Sepertinya dia enggan melepaskannya, dia ingin bercerita banyak. Dia kembali segugukan ketika aku menyalaminya dan mencium pipinya. Kak, aku masih mau disampingmu mendengarkan keluh kesahmu, namun aku harus pulang, ada kerjaan yang harus kutuntasakan malam ini. Rintik hujan yang turun saat pulang, menemaniku untuk berzikir atas kesembuhanmu. Tegarlah, Allah bergantung pada prasangka hambaNya.
Aku sangat bersyukur, rasa letihku hilang setelah melihat dan mendengarkan curhatan kakak sekaligus bisa membuat dia jauh lebih plong. Bisa menumpahkan kegalauan hatinya padaku. Allah melihat dan mendengar doa-doamu. Bersabarlah. Penolakanmu terhadap yang batil membuatmu sudah istimewa. Tetaplah seperti itu! Ada yang ia ungkapkan, sungguh membuat nurani tersentak, lirih dan takjub. Beri dia ketegaran dan kesembuhan ya Rabb. Aku juga ingin memberi kata-kata penyemangat untuk abangku yang menjaga kedua putranya di tengah cobaan ini. Abangku mungkin sedang dilema, melihat kondisi istri yang sakit ditambah ada masalah internal.  Dikesempatan lain akan kujabarkan pelajaran berharga dari curhatan kakakku tadi. Wow, sudah pukul 9 lewat aku harus menyelesaikan soal-soal, kalau tidak, aku bakalan kena tegur sama atasan. Semangkaaaaaaaaaaaaaa


28 September 2011
05. 59 PM

Dear senja...

Sore ini aku baru saja merefresh pikiran serta otak dengan cara bermain futsal bersama rekan- rekan. Tapi ada sesuatu yang membuatku kurang puas memainkan kulit bundar di lapangan. Pasalnya saat aku baru akan menjebloskan kulit bundar ke arah gawang, tiba- tiba kaki kiriku terasa keseleo. Dan tentu tendanganku tak jadi berbuah gol. Ahh... apalagi yang ujian yang menimpaku sore ini. Tapi, biarlah aku hanya bisa khusnudzon pada-Nya. Mungkin hari ini aku sedikit nakal dalam pengawasan-Nya. Terima kasih Yaa Allah telah mengingatkanku lewat kulit bundar.

Subhanallah Wal Hamdulillah