twitter


22 September 2011_Tanda cinta buat peri unguku_my little room 12:21 Am

Peri unguku apa yang harus kukatakan lagi padamu
Bahwa cinta ini sudah merasuki jiwaku
Tahukah engkau? Mungkin kita memiliki persamaan.
Terkadang suka error. Xixixixixi
Malam ini aku membaca buku harianmu, ya Rabb, hatiku bergetar.
Kita terkadang sering kali terjebak dalam situasi bad mood. Tidur adalah jurus ampuh untuk menghilangkannya. Atau diam sambil melototi my bluish (sebutan si lepi). Kasian dia mbak, jadi korban amarahku. Xixixixixi. Tahukah engkau mbak, aku bersyukur bisa mengenalmu dan kepada PP kuucapkan terima kasih karena mencampakkanku ke kampung semangka (wr 02).
Peri unguku, senang rasanya namaku tercantum di ruang ungu hatimu (RUH), jika kau letih, kau segera bangkit dan menuangkannya ke dalam tulisan penggugah semangat. Hal itu seperti pil penenang buatku. Aku banyak belajar ketegaran darimu. Duhai peri unguku, kata-kata yang kau torehkan di BBHB dan note di kampung  semangka kita, membiru di hatiku. Dengan membacanya aku seperti berinteraksi langsung di hadapanmu. Ingin rasanya aku memelukmu dan mengusap air matamu ketika engkau sedang rapuh. Bertahanlah disana, kembalilah dengan membawa senyuman dan tentunya oleh-oleh. Hehehehehe. Aku ingin melukis ungumu dan unguku di langit jingga. Agar awan ikut mendo’akan tali ukhuwah ini terus tersimpul padu. Be a real Muslimah dimanapun engkau berpijak. Keep fighting my sista ^_^


Depok, Medio :  Rabu - Kamis  , 21 - 22 September 2011
Guru Kencing Bediri Murid Kencing Berlari
Kabar  tawuran pelajar sebenarnya bukanlah berita baru dikalangan dunia pendidikan kita. Kejadian terbaru yang cukup menyita perhatian  adalah tawuran yang terjadi antara siswa SMA 6 dan SMA 70 , Bulungan Jakarta Selatan. Letak ke-2 SMA beredekatan, sekitar 200 meter. Yang lebih memprihatinkan  rasa permusuhan tersebut merupakan dendam lama yang telah dipupuk selama puluhan dan diwariskan oleh para senior mereka.
Masalah ini semakin rancu dan berlarut setelah terjadi perampasan kaset peliputan milik kamerawan Trans 7, Oktaviardi, oleh pelajar SMA 6  yang berujung pada permusuhan diantara kedua pihak. Seperti diketahui, sebanyak 11 siswa SMAN 6 Jakarta diperiksa di Polres Jakarta Selatan atas dua laporan yang berbeda yakni kasus penganiayaan terhadap wartawan Trans 7 dan kericuhan antara siswa dengan wartawan pada Senin, 19 September 2011 lalu.
Yang lebih memprihatinkan adalah ungkapan dari Kepala Sekolah SMA 06 : “Kadarwati Mardiutama“ yang menyatakan bahwa tindakan brutal anak didiknya bukan merupakan tanggung jawab pihak sekolah karena dilakukan diluar jam pelajaran. Seolah-olah pihak sekolah lepas tangan dengan masalah ini, padahal didalam UU penddidikan nasional disebutkan ada 3 jenis pendidikan, yaitu pendididkan formal, informal dan nonformal. Dimana tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan teori mata pelajaran saja di sekolah tetapi harus  menyampaikan nilai-nilai dan norma, dimana aplikasinya diluar jam sekolah atau dimasyarakat.
Menurut pandangan saya guru seperti ini belum menjiwai dan memaknai arti guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Tengoklah tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro dengan petuahnya yang sangat terkenal itu “ Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang artinya di depan menjadi teladan, di tengah membangkitkan semangat, dari belakang mendukung.
Apabila sang guru  bersikap untuk melepas tanggung jawab tentu saja sang murid akan menirunya. Jadi tidak perlu heran bila perilaku mereka tidak sopan dan tidak menghargai guru mereka sendiri ketika diberi penyuluhan dan dinasehati. Anak adalah cerminan dari perilaku orang tua. Mereka adalah peniru paling canggih atas apa yang dilihat dan dirasakan. Setiap hari anak-anak kita disuguhi tindakan kekerasan yang dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa disensor lebih dahulu. Para politikus saling hujat, anggota DPR saling baku hantam waktu sidang, penggusuran rumah warga, pertikaian antar suku serta tindakan yang seharusnya tidak pantas mereka saksikan
Kesimpulannya adalah siswa tidak hanya harus pintar fisika, matematika, nilai UAN tinggi , jadi juara olimpiade atau prestasi akademis yang terukur lainnya. Tetapi mereka harus peka rasa sosial, tinggi rasa empati, luhur budi pekertinya dan tanggap terhadap nasib sesama.
 Semuanya itu tidak didapatkan dibangku sekolah, tetapi dari relasi dan aktivitas sosialnya dikeluarga dan masyarakat. Dengan demikian anak-anak kita akan menjadi manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh dalam perkembangannya. Menurut Ki Hajar Dewantara menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Artinya : pendidikan tidak hanya pada masalah kecerdasan otak, tetapi harus pintar dalam berolah rasa dan berbudaya.
Sebuah pelajaran, perenungan dan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi kita sebagai orang tua. Kalau kita tidak berbenah dan memperbaikinya mulai sekarang kapan    lagi ? Bersama kita bisa, lets go …


Kamis, 22 September 2011
Gang M.Natsir
 
Miss Radio
(Ada kelebihan di balik kekurangan)
 
Yeah, lagi dan lagi. Seperti ritual saja, setiap pagi dendang dari radionya selalu terdengar dari seantero bumi. Yup! Miss yang satu ini dapat julukan terhormat dariku sebagai Miss Radio paling menyebalkan tahun ini. Hahay, jahat banget.
Dia temanku satu kos, Di. Satu angkatan, tapi dia termasuk anak baru karena baru pindahan kos kemarin pas tahun ajaran baru. Orangnya baik hati, baiiik banget. Penyuka anak-anak, dan hobinya yang tak kalah asyik buat dia adalah muter radio kenceng-kenceng. Nah, ini dia yang bikin orang keki bukan main. Dia selalu tak cukup puas kalau tidak bisa berbagi suara radio ke seluruh penjuru kos. Hadeuh, kalau sudah begini pagi-pagi pasti rusuh. Mana tahu sendiri kalau pagi suara anak-anak aja sudah ribut. malah ditambah lagi dengan dendang radionya yang mengalun syahdu (baca : memekakkan).
Bukan. Aku bukan tidak suka dengan siaran radionya. Bagus kok, selalu berisi siaran yang penuh hikmah dan pembelajaran. Musik-musik religius yang menyentuh hati. Aku pun suka menyimak. Hanya saja yang paling menyebalkan bagilu adalah tingkahnya yang tidak tahu tempat.
Bagiku sah-sah saja dan hak siapa pun untuk mendengarkan musik, radio, atau apa pun yang dia suka. Toh, mendengarkan musik salah satu kegemaranku juga. Tapi jangan mengganggu hak orang lain untuk tenang.
Jujur saja aku merasa terusik. Padahal aku susah berkonsentrasi kalau dengerin musik atau suara-suara yang aku tidak sreg! Pasti pikiranku kemana-mana mencari tempat yang nyaman.
Aku cerita bukan untuk menyebar aib temanku, Di. Pun tidak semua sifat buruk ada padanya. Tadi kan aku sudah bilang kalau dia orangnya baik hati, suka menolong. Serius, dia kalau sudah berniat menolong orang pasti totalitas. kalau yang ini jujur saja aku masih kalah jauh, jauuh banget.
Aku cerita untuk berbagi saja. Inspirasi yang kudapat adalah ternyata manusia itu nggak ada yang sempurna. Dia yang sangat baik hati masih juga ada sisi yang menyebalkan. Apalagi aku yang suka bikin rusuh, mungkin dia juga menganggapku sangat sangat menyebalkan.
Hahaha, (sekali lagi) manusia nggak ada yang sempurna.