twitter



Program membangun peradaban Indonesia yang lebih maju dengan menulis ini digagas oleh Writing Revolution, sebagai salah satu bentuk sumbangsih kepada bangsa tercinta ini. Anda akan sependapat dengan kami bahwa menulis termasuk di dalamnya membaca, bisa memberikan kontribusi positif bagi diri seseorang, terutama bagi kalangan generasi muda. Pengaruh budaya barat yang menyebar luas melalui media televisi, film, game dan jejaring sosial perlu diimbangi dengan kegiatan positif termasuk menulis, sebagai penyaluran minat, hobi, dan bakat anak muda. Supaya mereka memiliki penyaluran kemampuan menulisnya, dibutuhkan adanya media yang bisa diakses secara mudah dan mengasyikan.     

Atas dasar pemikiran inilah, Writing Revolution berinisiatif membuat sebuah website yang bisa mengakomodasi semua tulisan para remaja: pelajar dan mahasiswa serta lapisan masyarakat umum. Selain itu, kami juga akan mengadakan pendampingan menulis online di kota-kota yang ada di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kami pun mengajukan proposal dana hibah ke Cipta Media Bersama untuk mewujudkannya.       

Namun dalam seleksi untuk menentukan 30 Proposal Terpilih dihitung berdasarkan DUKUNGAN SUARA sebanyak-banyaknya. Sebagai bentuk partisipasinya, kami mengundangn Anda untuk turut memberikan dukungan pada proposal kami ini.      

Cara Memberikan Dukungan:
  1. 1. Klik link ini: http://www.ciptamedia.org/2011/09/14/menulis-untuk-membangun-peradaban-bangsa-indonesia-lebih-maju/
  2. 2. Lalu, klik kotak warna jingga sebelah kiri yang bertuliskan "PILIH" (atau, bisa lihat gambar di atas).
  3. 3. Kami sangat berterima kasih atas dukungan yang telah Anda berikan. Semoga bersama kita bisa membangun peradaban Indonesia lebih maju dan jaya melalui menulis.

Hormat kami,    

Joni Lis Efendi
Direktur Writing Revolution


Senin, 5 September 2011
 
Slaturohim
Pukul 08.00
Mama dan papaku tiba-tiba mengajakku berkunjung ke saudara dari kakekku. Sebelumnya belum pernah ke sana. Aku langsung bergegas untuk mandi dan bersiap-siap untu

K berangkat ke daerah Pingit.
Pukul 09.30
Aku dan keluarga berangkat menuju Pingit. Tempat yang aku dan keluargaku tuju ada empat rumah. Rumah keempat ternyata keluarga kaya. Rumahnya pun bagus, membangun masjid tetapi belum jadi dan mempunyai 6 bus besar dan 3 truk. Wah subhanallah sekali ya? Pemiliknya ternyata sudah ditinggal istrinya dan mempunyai 2 orang anak gadis yang masih kecil. Istrinya meninggal karena terkena penyakit jantung karena keturunan dari ibunya. Karena sudah tidak mempunyai istri lagi, dia menitipkan anak-anaknya untuk disekolahkan di pesantren agar biar lebih bisa diawasi dan terkontrol untuk belajarnya.
Tak lama kemudian, sepupuku dan orang tuanya menyusul aku dan keluargaku ke rumah itu. Kami tidak janjian sama sekali . Sepupuku yang masih kecil senang sekali bertemu dengan kami.
Pukul 12.00
Kami bertujuh melaksanakan sholat dhuhur di masjid yang masih dalam pembangunan.
Pukul 13.00
Setelah sholat Dhuhur kami langsung pulang ke rumah masing-masing.


Di awal September

Awal September sepertinya telah menjadi milikku dan miliknya. Karena Bulan September lah yang menjadi saksi akan perjumpaanku dan dirinya. Serasa mimpi kalau kuingat masa- masa itu dalam kenangan terindahku saat ini. Tentu aku sangat bersyukur kepada-NYA yang mempertemukan aku dan dirinya yang sekian lama dirundung masa- masa penantian di perantauan. Hari- hariku kala itu serasa begitu semangat tak seperti hari- hari biasanya. Hadirnya dirinya seakan membuatku semangat dan bangkit kembali. Dialah yang begitu semangat memberiku nasehat yang penuh dengan manfaat. Dia juga lah yang membuat beban ini tak lagi terasa berat. Aku hanya bisa menanggung malu kalau ingat masa- masa itu. Karena aku masih belum mampu membalas kebaikan- kebaikannya padaku yang begitu agung.

Tapi awal September pula yang telah membuat hatiku risau dan juga galau. Bagaikan angin yang berhembus entah tak tahu kemana arahnya, bagaikan kaki yang melangkah tak tahu arah. Bulan itu rasanya seolah ingin kubenci. Kenapa di Bulan September pula aku mendapatkan takdir untuk berpisah dengannya. Seolah antara hatiku dan hatinya menjauh. Buliran- buliran air mata tak lagi bisa kubendung saat perpisahan terjadi. Kini aku hanya bisa menyapanya, merindukannya lewat hubungan jarak jauh. Doaku senatiasa terhatur untukmu agar engkau selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan selalu diberi kemudahan dalam melangkah demi kebaikan. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

*Spesial buat orang yang aku sayangi nun jauh disana