twitter


- MAKAN -

Salam Kawan :)

Kemarin saya memikirkan mau diisi apa B2HB ini selanjutnya. Cukup memakan waktu rupanya, padahal hanya persoalan kecil. Singkat cerita, saya mau menulis apa yang saya mau. Biarin aja kalau nanti jadinya berupa coret-coretan ide, serpihan cerita hidup yang nggak penting, atau letupan isi pikiran… yang penting saya menikmatinya.

Hari ini saya sedikit tertohok dengan status salah seorang teman FB saya: “Bisa makan adalah sebuah anugrah.” Benar, makanan adalah anugrah yang rasanya sudah hampir saya lupakan statusnya sebagai anugrah. Sebelum melihat status itu, tadi pagi saya sarapan dengan tergesa-gesa. Mengucapkan doa sebelum makan juga dengan tergesa-gesa. Ah, tapi biasanya saya juga mengucapkan doa sebelum makan dengan cepat walaupun tidak sedang terburu-buru.

Setelah membaca statusnya, saya jadi mikir. Iya ya, kapan terakhir kali saya menganggap makanan sebagai anugrah? Setiap hari rasanya sudah wajar kalau ada nasi dan lauk pauk. Saya Cuma butuh waktu 15 menit untuk makan sebelum berangkat kerja. Waktu efektif makan, tanpa ada esensi mensyukuri tersedianya makanan itu. Ah iya… kapan ya terakhir kali saya berdoa sebelum dan sesudah makan? Maksud saya benar-benar berdoa. Benar-benar mengucap syukur atas tersedianya makanan yang baik dan cukup bagi kita pagi itu, lengkap dengan minumannya. Benar-benar meminta agar makanan kita berkah. Agar makanan kita bermanfaat bagi tubuh, halal, dan tidak menyebabkan kita masuk neraka. Setelah makan kemudian benar-benar bersyukur bahwa kita masih bisa merasakan bermacam-macam rasa yang ada di makanan. Merasakan nikmatnya makan. Dan akhirnya, maghrib tadi… saya jadi menghabiskan waktu hampir 45 menit di meja makan.

Malam ini Malang kembali dingin. Saya sih hangat di dalam rumah, sudah kenyang, sebentar lagi juga pasti ngantuk. Tapi saya jadi teringat orang-orang di luar sana. Yang masih menganggap makanan adalah anugrah yang mewah, yang belum tentu dapat dinikmati 3 kali sehari. Sudah makan kah mereka? Atau masih berjuang membanting tulang untuk mengusahakannya?

Iseng-iseng saya naik kea tap, tempat merenung paling aman dan nyaman di rumah saya. Ternyata sudah purnama, saya lupa kalau ini sudah awal pertengahan bulan. Saya juga masih bersyukur diberi waktu untuk menikmati indahnya purnama. Lalu tiba-tiba saja setetes air jatuh ke hidung saya tanpa permisi. Setelah beberapa bulan kekeringan, akhirnya hujan datang juga. Saya yakin malam ini saya pasti akan kedinginan dan masuk angin. Tapi para tumbuhan dan pak tani pasti senang, hujan sudah datang.

Ah, semoga mereka yang masih berjuang di luar sana memiliki makanan yang cukup untuk menghangatkan perut mereka.

Pakai selimut tebalmu Kawan, ini bisa jadi malam yang sangat dingin.
Sampai besok lagi ya ^^

End of report – Silananda
11 September 2011, dalam kegelapan kamar, Malang


Depok, Medio :  Minggu,  11 September 2011
Bapak – Ibu,  Terima Kasih …
Malam ini dilangit kupandang bulan malu-malu menyembul dibalik awan. Dalam kesendirian, sambil menunggu istri pulang kerja, aku mencoba  mengingat kisah masa kecilku. Perasaan rindu ini selalu menyergap setiap relung jiwa dan membuat  ingin kembali kemasa-masa silam. Satu kesan mendalam yang sampai saat ini aku ingat, adalah nasehat – nasehat dari bapak  yang membuat diriku sampai ke tahap setinggi ini dalam pencapaian hidupku. Walaupun menurut sebagian orang belumlah apa –apa, namun aku selalu bersyukur dengan segala yang telah  Tuhan berikan kepadaku.
Kami berasal dari keluarga sederhana, disebuah desa tandus dimana masyarakatnya menggantungkan hidup dari bertani. Desa itu bernama Parang, terletak kurang lebih 13 km dari kota Magetan, Jawa Timur. Disitulah diriku bersama kakak dan almarhum adikku dibesarkan dengan segala keterbatasan dan kenangan indah yang tak terlupakan.
Bapak adalah seorang guru sekolah dasar , dan ibu seorang istri yang membantu perekonomian keluarga dengan mencoba berbagai bidang pekerjaan. Seingatku waktu kami masih kanak – kanak ibu pernah menerima jahitan, membuka  toko kelontong, berjualan sayur di pasar sampai akhirnya memutuskan untuk membuat kue untuk dijual dan  menitipkannya diwarung langganan.  Ternyata dari usaha ini, bapak-ibu mampu membiayai sekolah kami hingga meraih gelar sarjana.
Sewaktu  bapak mendapat tugas mengajar  didesa kelahirannya, sebuah desa terpencil dekat lereng Gunung Lawu dimana masa itu tranportasinya sangat sulit dan dengan segala keterbatasan yang ada, dengan terpaksa bapak – ibu menitipkan  kami berdua , aku dan kakakku untuk diasuh  simbah dari pihak ibu. Hanya adik bungsu kami yang ikut, karena masih minum ASI. Setiap bulan bapak mengirimkan beras jatah PNS, orang menyebutnya    “ beras antrian “ berikut uang sekedarnya untuk kebutuhan kami sebulan.  Terkadang bapak datang sendirian atau bertiga dengan ibu dan adik. Saat  itulah kami melepaskan kerinduan, dengan minta untuk ditemani tidur bapak  sambil mendengar dongeng tentang kisah Timun Emas, Si Kancil yang cerdik  ataupun Malin Kundang.
Dari berbagai kisah tokoh dari dongeng yang telah dituturkan, bapak selalu menyelipkan nasehat kepada kami, antara lain : bahwa seorang anak itu harus rajin belajar agar pintar seperti kancil, tetapi tidak boleh  mempergunakannya untuk menipu atau memperdaya orang lain. Atau  seorang anak itu harus kuat dan berani dalam memerangi ke jahatan seperti  Si Timun Emas yang dapat mengalahkan raksasa yang hendak menelannya bulat-bulat. Dan tak lupa seorang anak haruslah patuh dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya. Jangan seperti Malin Kundang yang menjadi  anak durhaka sehingga dikutuk oleh ibunya  menjadi batu karena malu mengakui sebagai orangtuanya.
Kami sekeluarga  berkumpul kembali ketika bapak mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai kepala sekolah di SD yang tidak  jauh dari rumah simbah. Karena ibu kami adalah anak perempuan sulung, seperti tradisi masyarakat Jawa pada umumnya .maka dimintalah oleh Mbah Kung  dan Mbah Putri untuk menemani dan merawat beliau berdua. Istilahnya dalam Jawa adalah “ mbangkoni”. Jadilah kami sebuah keluarga besar,dimana terkadang ada kerabat  menumpang tinggal di rumah kami. Dengan sendirinya sejak kecil kami telah diajari untuk saling berbagi dan saling menghormati dengan saudara dan orang yang lebih tua, sehingga akan memunculkan rasa welas asih, tolong menolong dan empati dengan sesama, kelak bila kami telah dewasa dan terjun dimasyarakat.
Bapak pernah mengajukan keberatan kepada Mbah Putri karena aku terlalu dimanja olehnya. Beliau beranggapan aku adalah anak laki – laki yang kelak akan menjadi kepala rumah tangga dan imam bagi keluarganya sehingga harus kuat dan tidak boleh cengeng. Hal yang baru aku sadari kini setelah aku berumah tangga dan pergi merantau di Jakarta,  dengan kehidupan metropolis yang lebih ganas dari hutan belantara.
Dalam menerapkan disiplin kepada anak-anaknya bapak sangat keras. Termasuk dalam hal belajar. Habis sholat Magrib kami diwajibkan untuk mengulang pelajaran, mengerjakan PR ataupun mempelajari pelajaran yang akan diajarkan esok hari. Suatu ketika kakakku kesulitan dalam pelajaran perkalian dan pembagian sehingga ia disuruh bapak menghitung dengan menggunakan biji jagung sampai bisa. Maklum kami tinggal di kampung, dan waktu itu belum ada sempoa sehingga media belajar yang digunakan dengan alat yang sangat sederhana sekali. Disamping biji jagung kami juga memakai sapu lidi yang dipotong kecil dan diikat agar tidak tercecer. Walaupun bapak keras, tapi kami sangat menyayangi dan dekat dengannya. Bila waktu belajar sudah usai dan bapak mendapat rejeki lebih kami akan ditraktir makan mie goreng atau tanpa sungkan beliau memasakkan nasi goreng buat kami.
Bapak  mendorong kami untuk menjadi anak yang gemar membaca. Dengan membaca maka pengetahuan kita akan selalu bertambah dan tidak ketinggalan informasi dengan orang yang tinggal di kota besar walaupun rumah kami jauh dari pusat keramaian. Beruntung kami tinggal di kota kecamatan sehingga bapak bisa berlangganan koran daerah lewat seorang agen, walaupun datangnya sering terlambat. Disamping koran bapak juga berlangganan majalah berbahasa Jawa, yang terbit seminggu sekali. Dengan demikian kami dapat belajar adat istiadat, bahasa dan kebudayaan Jawa dengan lebih “ njawani”.   
Waktu kami telah memasuki bangku kuliah, kakak di kota Jember  sedangkan aku dan adik di Malang, bila liburan tiba kami diwajibkan untuk membantu pekerjaan ibu menyiapkan barang dagangan hingga menjualnya. Bila tidak mau membantu, kami tidak akan menerima jatah uang bulanan. Walaupun begitu, kami mengerjakannya dengan senang hati, tidak mengeluh, karena sadar bahwa dengan usaha inilah bapak-ibu mampu menguliahkan ketiga anaknya, sedangkan gaji bapak sebagai seorang guru hanya cukup buat makan dan menambal kebutuhan sehari – hari. Alhamdulillah, kami dapat lulus tepat waktu kecuali adikku yang pergi mendahului kami karena sebuah kecelakaan tragis di kota Batu, Malang. Sekarang kami bekerja sebagai PNS, kakak jadi guru SMP sedangkan aku mengabdi disalah satu kementerian di Jakarta.
Sebelum sebagai PNS, aku pernah bekerja disebuah pabrik mebel di Surabaya dan pindah ke Jakarta karena aku diterima sebagai tenaga akuntansi di BUMN yang bergerak dibidang percetakan tepatnya di daerah Salemba, Jakarta Pusat. Satu petuah bapak yang telah terpatri dan senantiasa aku jadikan pedoman hidup adalah dalam bekerja dimanapun tempatnya harus dilandasi dengan rasa iklas dan penuh kejujuran. Jangan terbawa arus yang membawa pada kerusakan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Selalu rendah hati dan selalu berpijak ke bumi, jangan selalu melihat  keatas, tidak boleh dengki ataupun iri hati sebab setiap orang mempunyai jalan masing – masing. Apabila kita tekun, berusaha dan berdoa dengan kesungguhan hati, niscaya Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik bagi kita.
Keteladanan lain yang patut aku contoh dari bapak adalah kehausannya akan ilmu pengetahuan. Rasa kebanggaan khususnya buat diriku ketika bapak meraih gelar magisternya pada usia yang tidak lagi muda, bahkan mau menjelang pensiun. Bagi beliau sebutan kakek tidak menghalanginya untuk selalu menuntut ilmu.Sedangkan dari ibu aku mengagumi kegigihan, keuletan dan kesabarannya dalam mendampingi bapak dan menghantarkan kami sampai sejauh ini. Terima kasih atas segalanya, dan kami berjanji akan selalu berusaha untuk menjadi kebanggaan buat bapak dan  ibu, walaupun aku tahu beliau berdua tidak pernah meminta balasan berupa apapun.(*)


Minggu 11 september 2011
pukul 20.57 di meja belajar

kalkulus membuatku galau

Kerutan dahi begitu tampak jelas diwajahku, sesekali menahan nafas. Ah, Aku sangat pusing sekali. Pusing melebihi dari 7 keliling sabuga (sarana olahraga ganesha).
Entah apa yang ku lakukan daritadi di meja belajar. Sesekali Aku melirik teman sebelahku asyik mencoret kertas putih diatas meja belajarnya, sedangkan Aku? melonggok seperti anak ayam kehilangan induknya.
Tersadar diriku ketika melihat kertas buram diatas meja belajar. meskipun buram tapi isinya seperti bom waktu. Kalau tidak dikerjakan maka akan mati-mati sia. Dalam kertas buram tersebut berisi sekumpulan kata-kata dan angka dan tertulis huruf bold "SOAL-SOAL BAB FUNGSI DAN LIMIT KALKULUS IA"
Aku mencoba mengerjakan soal-soal itu. Awalnya lancar-lancar saja,tetapi saat aku melihat kata-kata "ASIMTOT DATAR,ASIMTOT TEGAK" 
"Ini apa?" kerutan dahiku langsung berlipat ganda
Kemudian Aku mencoba membuka buku sumber kalkulus. Aku melihat halaman demi halaman dan alhasil aku semakin bingung.
"Oke ,Aku harus semangat,pasti bisa" kemudian aku mencoba mencarinya di mbah google dan alhasil tetap saja sama. sedikit pun tidak mengerti.
"Arrggghhh" sedikit mulai kesal.
Dan aku terus mencoba dengan bertanya kepada teman
"Asimtot datar itu yang ga nyentuh2 sumbu x tapi deket banget sama sumbu x gitu loh kalo ga salah sih" jawab temanku melalui via facebook.
Tetep aja aku masih bingung.
Perasaanpun benar-benar gak enak sekali, karena dari 19 soal baru 7 soal baru terjawab sementara waktu semakin larut. Dan besok ada kuis menanti.
Kalkulus memang benar-benar membuat aku galau melebih orang yang galau sama pacarnya. Aku terus memikirkan kalkulus (Apakah kalkulus memikirkan aku,betapa aku memikirkannya?)
Sampai sekarangpun aku masih berkutat dengan kalkulus dan mulai lagi mencoret-coret angka yang tidak jelas


Medio, 11 September 2011

Senja menyapa …

Hari ini tepat jam 17.00 langkahku menjejak rumah setelah seharian berjibaku di kampus dan bertemu dengan seorang kawan lama. Rindu menyentuh rasaku setelah seharian tak mencumbu lepi tercinta. Ups, sebuah kabar membuatku terkesiap. Mbak Puteri Madinah Izzati dan Mbak Shiti Fatimah Maniz menanyakan nomor ponselku. Ada apa gerangan ? Aku masih bertanya-tanya.

“Mbak, silahkan dicek ya. Hadiah sudah kami kirim. Selamat ya”

Subhanallah, hadiah yang sangat indah untuk sebuah kerja keras. Tak pernah kusangka jika karya yang semalam harus aku kirim dengan menempuh berbagai rintangan, akhirnya menemukan jawabnya hari ini. Sungguh, senjaku benar-benar menjingga di kaki langit. Rabb, NikmatMu yang mana lagi yang aku dustakan.

Hidup telah memberiku pelajaran hari ini. Tak peduli seberapa kemampuan yang kita miliki. Yang terpenting adalah semangat, niat dan kerja keras untuk mewujudkan apa yang kita mau. Tak kenal kata menyerah hingga detik terhenti, dan jikapun kita akhirnya harus menyerah maka kita telah menyerah dengan cara yang terhormat.

Mimpi itu tak bisa hanya dipandang dalam pesona yang melenakan mata tapi harus kita raih dengan kerja keras. Jangan pernah berhenti untuk belajar dimanapun dan dari siapapun. Sebab setiap yang kita lihat sesungguhnya adalah pelajaran hidup, jika kita mau berfikir.

Aku telah membuktikannya, bagaimana dengan kamu ????


11 September 2011 Pukul 03.15

Bersyukur adalah satu kata yang benar-benar harus kulatih dan kuterapin dalam diri. Aku kan cuman mahluk, bisanya hanya berencana. Nah sang eksekutor Agunglah yang paling tahu apa yang kubutuhkan daripada diriku sendiri. So, setiap detik akan ada keputusanNya yang selalu membuat kejutan-kejutan indah. Yeah, jujur meskipun terkadang hati ini sulit menerima keputusan-keputusanNya…hehehe
Ampun Robb!

Takdirku di hari ini adalah harus rela merasakan pedihnya diare dan sakit perut. Memang, gak bakalan  ada asap kalo gak ada api. Semua berawal dari kerakusanku kemaren, Karena Ponakanku kemaren bis selamatan 7 bulan kandungannya, dan sebagai  orang jawa yang taat pada budaya, kami harus membuat rujak sebagai  tradisi MITONI. Aku begitu tergiur dengan kelezatan rujak itu. aromanya, warnanya, buah-buah segarnya,,,,,Pokoknya begitu menggiurkan deh! Akupun langsung membabi buta melahap rujak dengan intensitas pedas yang cukup tinggi itu. Aku tak peduli, lidahku menari di atas siraman kuah rujak dengan komposisi dari ulekan cabai dan sedikit gula merah. Sumpah, ini bukan aku!!! tapi nafsuku. Dan barulah efek ramuan pedas itu baru terasa paginya….hiks

Jam 03.00, aku terbangun karena dorongan hajat yang menggebu. aku langsung menuju toilet. gak peduli saklar yang belum aku pencet. Gak peduli gelap yang hadir menemani.
Akhirnya, entah berapa menit kemudian, kesakitan ini berangsur menghilang sebanding dengan jumlah gas dan partikel padat yang jatuh karena gravitasi. tetapi, ketakutan kini menjalar di diri.
ada suara aneh.
kucoba mendengarkan lagi, suara aneh itu semakin jelas dan berulang-ulang…
“ciiiit…ciiit…ciiit.”
aku bingung, takut, dan penasaran. Buru-buru kuakhiri ritualku malam itu. Kupencet saklar Toilet, dan ketika akan keluar Toilet, Oh MG…..

Ada seekor curut (anak tikus) hitam, legam, nongol di lubang kloset tempatku beritual sedari tadi.
hiiiiiiiiii……
sumpah aku syookh teraphy banget!! buru-buru kusiram dengan air sebanyak-banyaknya! eh, curutnya malah semakin teriak kehabisan nafas.
“ciiit…ciiit…ciiit..” dengan repitisi yang semakin cepat.
kusiram lagi, dia terlihat tersiksa dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya dari air yang kusiramkan.

Melihatnya, aku gak tega, Curut khan juga Mahluk Allah, kok aku tega-teganya mau membunuhnya dengan memasukkannya ke ruang siksaan, muara tempat kotoran manusia mengakhiri perjalannanya.

tidaaak, aku gak tega!

ingin hati mengeluarkannya dari jebakan kloset itu, tapi aku gak kuat jijiknya. akhirnya kutinggalkan dia sendiri, Hanya Takdir Allah yang berbicara…..

habis Subuhkutengok Kloset WC rumahku, dan……….
Alhamdulilllah, Curutnya dah gak ada. Semoga dah bebas dan menikmati kebebasanya…
Oh Curut!! Nikmat manakah yang kau dustakan? Lho???

Saiful Anwar


Minggu, 11 September 2011

Matahari cukup terik. Semilir angin yang berhembus pun tak mampu meneduhkan apapun. Kecuali, jemuran di samping rumahku mulai tampak kering sejak pukul 09.00. Pekerjaan rumah pun semuanya beres.
Kring… Kring… Kring…
Hape bututku kembali berdering. Ketika kulihat sebuah nama tak asing. Aku pun segera mengangkatnya. Di balik teleponnya, memberi kabar gembira.
“Insyallah, bakda ashar nanti saya akan ujian skripsi. Mohon doanya ya, Dek.”
“Doa adek selalu menyertaimu. Semoga lulus dan mendapat nilai yang terbaik. Amin.”
Pembicaraan pun berakhir. Lagipula, aku juga mau siap-siap mau kondangan dekat rumah.

Tepat pukul12.30, aku pun siap-siap dandan dan hunting ke tempat resepsi pernikahan teman dekat rumah bersama. Beginilah, resiko kondangan dekat rumah. Kemana-mana pasti selalu mama. Walau sering di bilang anak mama. Aku merasa nyaman. Kali ini, aku kondangan lebih memilih pakaian serba hitam. Jangan bilang mau berkabung. Soalnya lebih simple.
“Mah, bawa motornya hati-hati ya,” pesan Mama yang sedang duduk di belakangku.
“Iya, Ma.”
Sambil mengendarai motor, aku harus berhati-hati. Karena trauma pernah diserempet mobil orang. Sampai gak mau bertanggung jawab lagi, :(

Belumlah sampai tempat tujuan. Aku sudah mencicipi jalanan yang berdebu dan sinar mentari yang cukup terik banget. Sampai kulitku rasanya seperti terbakar.
Sesampainya, di tempat resepsi pernikahan.
Masyallah, antriannya panjang banget. Hikz, mana kebagian tempat panas pula. Nyebelin banget, rasanya aku mau teriak. (Woy, ada yang payung gak, gue mau minjem nih!!)
Tak berapa lama, antrian pun berganti. Aku segera menyambar sebuah piring dan beberapa lauk. (Edisi mau gemukin badan. Alhasil, tetap gak ada yang berubah)
Celingukan nyari tempat duduk. Ternyata penuh semua. Eit, ada yang berbaik hati lagi.
“Bu, duduk sini,”
Aku dan Mama segera menghampirinya.

“Terima kasih, Ce.”
”Sama-sama,”
“Berdua saja ya,”
“Iya,”

Tanpa banyak kata, aku langsung melahap makanan yang sudah tersedia. Sedang asyik melahap. Ada seorang Cece membawakan dua buah eskrim coklat.
“Hmm, makan gak… makan gak… hikz, rasanya menggiurkan. Tapi, kok ada coklatnya. Padahal, aku anti banget sama coklat.”
“Mah, di makan es-nya.” tawar Mama kepadaku.
“Iya,” jawabku
Akhirnya, dengan terpaksa aku pun segera melahap es krim cokelat. Sambil menutup mata menelannya.
“Cukup, kali ini saja deh. Pokoknya aku gak doyan sama es krim cokelat. Kalau rasa yang lain, it’s ok. No problem.

I Hate Ice Cream Chocolate. :(

*Palembang, suasana  musim kemarau mulai merayap.


KEHILANGAN  ”KATA AMBISI DAN SEMANGAT JUANG”

Oleh: Ali Musafa

Diam-diam aku teringat sebuah kejadian beberapa hari yang lalu, saat pulang dari kantor saat istirahat siang. Kebetulan jam istirahat siang kantorku cukup panjang,. Yaitu dari jam 12.00 sampai jam 15.00. Dan seperti biasa aku pun pulang ke kos-kosanku (Tempat favoritku yang biasa untuk menulis dengan ditemani suara kipas angin dan galon air mineral. Hehehe... ).  Namun siang itu aku tidak bergumul dengan tulisan-tulisanku. Aku lebih memilih leyeh-leyeh sambil mendengarkan musik. Hembusan kipas angin yang cukup sejuk di teriknya siang membuat mataku terkantuk-kantuk nyaris tertidur.

Tiba-tiba terdengar  suara nyanyian yang nyaring dengan diikuti suara irama petikan gitar yang sumbang. Kontan, aku pun terjaga. Dengan agak setengah sempoyongan melongok kearah bawah depan rumah ibu kosku lewat jendela (Kebetulan kamar kos-kosanku ada di lantai dua bagaian depan). Terlihat olehku seorang pengamen dengan keringat berewesan. Setelah ibu kosku ngasih uang dia pun pergi dan berpindah kerumah yang lain di sebelah.

“Semangat amat tuh pengamen cari duitnya.” Tiba-tiba tanpa sadar aku bergumam.

Dari kejadian tersebuat tiba-tiba aku terusik kembali untuk mengingat masa lalu saat masih sekolah SMA. Saat itu aku aku harus berjuang keras untuk bisa membiayai sekolahku dengan menjadi tukang ojek. Saat itu hidup terasa penuh “Semangat perjuangan dan ambisi.” Rasanya berbeda jauh dengan apa yang aku alami akhir-akhir ini. Untuk menyeleseikan satu buah cerita pendek aja butuh berhari-hari dan berminggu-minggu. Kadang baru bebrapa paragraf ataupun halaman terasa udah megap-megap. Dan ambil alih dengan tema yang lainnya. Hingga bertumpuk-tumpuk tulisan yang harus diseleseikan.

Dan diam-diam saat melihat wajah yang berpeluh si pengamen itu.  Aku jadi berpikir,  Sepertinya aku telah kehilangan “KATA  AMBISI DAN SEMANGAT JUANG” yang pernah aku miliki dulu dalam diriku.

Dan aku berjanji untuk menemukannya kembali.

Jakarta, 11 September 2011


11 September 2011
Sebuah Janji

Kejadian ini sudah 2 hari berlalu, aku sebenarnya paling tidak suka mengobral hal yang rada intern, namun perasaan jengkel belum lunas dari hatiku.
hari Jum'at  tgl 9 September  kejadian yang sulit aku lupakan.Dalam perjalanan pulang ke Taipei ingin rasanya aku tidak menahan tangis yang menyesakan dadaku, namun banyaknya orang dalam kereta membuatku malu.Berulang kali aku mencoba mendamaikan logika dan perasaanku.."Sabar Tina, ini cobaan bagimu agar bisa lebih sabar!" bujuk naluriku.

Seperti janjinya kamis malam itu,  saat si A bicara ditelpon, kami sepakat akan bertemu di Chongli tepat jam 10 pagi. Sebuah kota agak keselatan 1 jam perjalanan bila ditempuh naik kereta dari Taipei.
sudah dari semalam aku persiapkan bahan materi yang akan kami bicarakan.
Bukan menganggap junior tidak bisa,sama sekali bukan, namun sedikit memberi masukan ilmu saat berada dilapangan seperti mandat si bos yang diberikanya padaku.Walaupun aku tahu juniorku ini lebih pintar dari aku,ya jelas tho ! si A ini selain pria yang cakep, dia berada di Taiwan bukan TKI seperti aku tapi mahasiswa S2 dan sampai saat ini masih terdaftar sebagai dosen di universitas terkenal di tanah air.

Pagi sekali aku sudah bangun, lalu menuju Taipei yang memakan waktu 30 menit.meneruskan perjalanan ke kota Chongli 1 jam naik kereta.
Aku melirik jam yang melingkar di tanganku pas jam 9.30.ampai di stasiun Chungli jam 10 kurang 10 menit. Sambil menuggu waktu aku duduk sambil membaca buku yang sengaja aku bawa, tiba tiba aku didekati Pak'De (sebutan dari TKI untuk polisi Taiwan ) menanyakan KTP.
Setelah jam 10.20 menit aku gelisah karena orang yang kutunggu belum juga muncul, 10 menit kemudian aku putuskan untuk menelponnya. tapi hape tidak juga diangkatnya. Akhirnya aku telpon teman dia (kebetulan temanku juga ) tapi kecewa karena temannya itu tidur dikampus. Aku makin binggung dan menyuruh teman untuk segera pulang ke mes penginapan.
Alangkah kecewanya saat teman bilang kalau si A masih tidur pulas di kamarnya!
aku berusaha bersabar menuggu beberapa saat dan menyuruh teman membangunkannya dan bilang aku telah menuggunya.Setelah jam 11.30 aku telpon lagi ternyata jawabnya membuat darahku naik sampai ubun ubun "Tin maaf ya, aku masih ngantuk!"

Dua jam aku menuggu ditengah terik matahari di stasiun , bahkan kelaparan karena belum sarapan dari pagi.
orang sabarpun pasti ada batasnya, aku bener tidak menyangka orang berpendidikan seperti si A bisa seenaknya berjanji dan seenaknya juga tidak menepati. Spontan nilai plus si A turun dimataku!, karena ku punya prinsif kalau manusia itu yang dipegang kata katanya, baik buruknya orang dinilai dari ucapannya! semoga kejadian seperti ini tidak aku alami lagi...

sampai hari ini si A mencoba menghubungi aku lagi tapi aku belum siap mendengar pembicaraannya apalagi alasan saat dia membiarkan aku menjadi kuncen stasiun kereta api Chungli.


[Tangerang. Ahad, 11 September 2011] - L E A D E R

L E A D E R, adalah kumpulan huruf yang ada di topi hitam Ayah. Dan Ayah suka sekali memakai topi itu. Aku juga suka melihatnya memakai topi itu. Ayah adalah orang yang berani bermimpi dan punya visi yang kuat. Dan aku adalah saksi hidup jatuh bangun perjalanan hidupnya selama sebelas tahun waktu yang telah kami lewati bersama. Dia guru motivasiku.

Ayah pernah bercerita tentang ciri-ciri pemimpin tingkat 5, tingkat tertinggi dalam kepemimpinan yang ditulis dalam buku Good To Great (Jim Collins). Pemimpin tingkat 5 adalah orang yang rendah hati, sederhana, menghindari pujian berlebihan, tapi terus berusaha untuk kebaikan dan kepentingan perusahaan, bukan pribadi. Dan aku suka setiap Ayah bercerita tentang kepemimpinan. Aku suka dengan cerita-cerita dan buku-bukunya yang penuh motivasi. Aku juga suka setiap dia menceritakan mimpinya untuk menjadi CEO perusahaan suatu hari nanti, dan tiba-tiba saja setiap kami pergi bersama, selalu kami temukan mobil-mobil di sekitar kami dengan nomor plat berakhiran CEO :D.

Dan aku jadi teringat seorang sahabat maya dengan kumpulan huruf yang sama di namanya: Erpin Leader :D. Sepertinya, jika dua orang ini bertemu, mereka akan terlibat pembicaraan yang seru dan mengasyikkan seputar kepemimpinan.


Minggu, 11 september 2011

Dear diary BBHB, hari ini aku bawaannya ngantuk mulu. Terus siang ini aku mendapatkan kabar mengejutkan dari seorang teman. Aku miris banget melihatnya masuk koran metro tabagsel hari ini karena kasus kejahatan yang ia perbuat. Aku jadi takut jika seandainya bertemu dengannya lagi.
Mamaku hari ini pergi ke Palopat, ketemu ama temannya berbaju kayak masih gadis aja. Jujur yah diary, aku merasa mamaku menor banget. Wihhh... tapi takut kalo ditegur mama pasti marahin aku. Mama pasti bilang " Rizki, kamu tuh anak gadis tak pandai berpakaian, maunya pake jeans terus, kaus terus" lalu seperti biasa aku akan menutup telingaku dan berlalu dari hadapan mama. Tapi syukurlah kali ini hal itu tidak terjadi. Aku menghindar sebelum hal itu terjadi. Karena kalau hal itu terjadi, biasaya repetan mama akan sangat panjang.
Hmm... sekarang aku lagi di pesta di jalan topi, aku mau makan tapi malu. Soalnya semua cewek di sini pada makai kebaya.Cuma aku yang asing. Sebenarnya dengan mudah aku bisa mengambil makan siang itu, karena bouku ( adik dari ayahku ) bekerja di sini. Tapi aku malu, mintanya. Lagi-lagi karena aku merasa aku tidak cantik. Habisnya aku cuma pakai jeans dan kaos sih. Fuhh!!! akhirnya kuputuskan bercokol di warnet sini nih! dekat pesta itu. Makan siang... Oh... tak bisa...menyedihkan...


Minggu, 11 September 2011.
Pukul 12.49 WIP (Waktu Indonesia bagian Padang)

Iri, liat teman-teman pada update selalu diarynya, pengin coba tapi gak tau mulainya dari mana, kalo dari rumah, gak tau mesti jalannya kemana. Akhirnya bingung muter-muter sendiri, gak taunya nyampe di kampus tercinta, yah. Gimana lagi, senin dah harus kuliah, akhirnya dengan semangat yang lemah, ikut kerja (goro) benahin lab di kampus.

Hahahaha__ ne yang baca jadi pada bingung pasti, maksudnya apaan sih? yah! Si Rik emang gitu, kadang dia sendiri bingung dengan apa yang dilakukannya, ujung-ujungnya nungging lagi.
Oya, balik ke diary tadi lagi. Aku gak ngikutin gimana perkembangannya, habisnya waktu buat OL sekarang gak  sampai satu jam. Akhirnya ya gini, kadang OL Cuma sekadar nunggu loading, belum selesai loading, kadang dah di tutup lagi. Wew!

Akhirnya, dengan waktu terbatas si Rik gak mo ketinggalan buat bikin diary, dan ini hasilnya. Sekarang yang dia bingungkan, gimana cara biar bisa nyampe ke blog__ ^_^


Minggu, 11 September 2011 pukul 6:10

HERAN

Aku heran dengan diriku sendiri. Kenapa ya, kalau lagi kesel malah bisa nulis berlembar-lembar, sampai ga tidur semalaman..... Dua naskah bisa selesai. Tapi kalau lagi happy malah leyeh-leyeh kayak nggak ada nafsu buat nulis. Sekarang sudah jam berapa ya? Mau bikin mie ah! Laper banget! hehe....^_^

***


Mami Mertua Fans Berat Justin Bieber

Memo: 11 September 2010

           Hari yang mendebarkan saat di ajak bicara sama calon mertua yang sangunis plegmatis, gak nyangka ujung-ujungnya bicara musik juga. Mami seorang wartawan di Trend Living dan Trend Kebaya. Di samping entertainer dia seorang fotographer yang selalu mengabadikan moment penting dalam hidupnya. Akhirnya rasa nervous itu sedikit berkurang, gak nyangka mami gaul banget. Klo masih di ajak bicara tentang Clasiccaly Music Insya Allah masih ngangkat misal lagu-lagunya Mr Big, Skid Rock, White Lion atau Bon Jovi, Secara usia memang aku masih muda tapi aku di besarkan oleh Papa dan Mama yang pemusik juga. Papa Drumer dan Mama Pianis aku hanya suka 1 jenis alat musik yang identik dengan damai yaitu violin.

          Jadi koleksi lagu 80 an hingga 90 an masih sering di dengar. Banyak lagu-lagu dalam piringan hitam yang aku jadikan cd dan aku upload ke dalam multiplyku tapi sayang 8 tahun yang lalu ada pebloger asal Surabaya bernama Maruapey dan Babi Kecap yang sirik di bilang aku jiplak plyslistnya dia dan alhasil multiply yang berisi 9500 koleksi lagu-lagu klasik Indonesia dan Mancanegara itu di report abuse dan gak tersisa 1 lagu pun. Sedih banget kalau mengingat kejadian itu. Padahal Buby Chen dan Sting itu juga ada di koleksi lagu Papa.

Kembali bicara tentang 2 calon mertuaku yang punya karakteristik yang sangat berbeda Papi seorang yang melankolis koleris. Gak menyukai lagu Barat atau rock. Papi lebih suka dengan lagu-lagu Bosanova Jawa dan dia maniak banget dengan lagu Rhoma Irama terutama yang Versi India Jana-Jana. Jadi apa bedanya beliau sama Briptu Norman. 

          “Sebel deh hyll dalam satu album isinnya Jana-jana semua.” kata Mami.
          “Mii jangan buka kartu dunk. Mami juga ngapain ngajakin kencan sambil nonton konser Justin Bieber di Jakarta dan Bandung kemarin, sungguh satu kata pun aku gak paham.”

          “Hi hi hii, mengerikan ngapain kayak gt di certain ke Hylla. Stopping bedevil me.” kata mami merajuk.
Klo inget mereka berdua lucu banget mirip anak kecil yang rebutan coklat sebentar tengkar tapi sebentar juga akur lagi.

          “Lantas lagu apa yang paling Mami sukai?”
Moves Like Jagger, Maroon 5 Featuring Christina Aguilera, Party Rock Anthem, Pumped Up Kicks, Foster The People
Bad Meets Evil Featuring Bruno Mars Last Give Me Everything, Pitbull Featuring Ne-Yo, Afrojack, Justin Timberlake Bryan Adam atau Ronan Keating.”
Aku benar-benar dah gak ngangkat klo di ajak bicara ke musik, setelah itu aku alihkan pembicaraan ke tanaman. Aku menjalankan usaha agrobisnis di Indonesia dr kecil 7 tahun sebelum keberangkatanku ke Hongkong, semula cuma iseng dari hobi nanam strawberry dan nenas di bikin special grade, bikin rempah di keringkan dan di pasok ke kota, jenang salak sirsak dan aple.

          Dari Home industri yang akhirnya di pasarkan ke supermarket atau whole saler. Akhirnya merambah ke tanaman hias. Dari Caladium, Sikas, Anggrek, Adenium, pinang merah hingga ke budi daya ikan hi hi hiii ini symposium apa mau klompen capir nih. Haduuhh sejak saat itu ketakutanku masuk ke keluarga pengusaha itu gak ada lagi.
Sebuah pelajaran yang Papi berikan ke saya, sehebat apapun  kita suatu saat nanti. Jangan kacang lupa sama kulitnya dan kita harus selalu lemah lembut bicara ma Ibu kandung kita.

             “Itulah, makanya saat Papi gak setuju, klo kami pacaran. Kita tahu hanya Eyang Putri di Sololah penyelesainya. Makanya jauh-jauh 16 jam PP dia tempuh demi mendapatkan restumu Papi, ’’ kata DPP yang memang telponnya di parallel jadi kita bisa ngobrol seperti dalam satu ruangan saja. Padahal Papi di Cirebon, Mami di Jakarta dan Bokin di Solo lagi nemenin Eyang yang lagi sakit.

           Tapi siang tadi di telpon ada yg aneh di rumah, kamar Dion jadi sempit. Karena ada 2 alien di rumah itu kabar terakhir. Papi beli mobil-mobilan dan Mami beli ranjang Bayi. Gubrakkk!!

           Sungguh cerita yang mengerikan, aku pulang masih 2 tahun lagi, gak tahu apa yang akan terjadi dalam dua tahun ini. Mendengar aku seperti kelinci kecil yang ketakutan menghadapi clan harimau Atau werewolf dalam Breaking Down, mereka ketawa bersama-sama sungguh stress di lingkungan orang-orang sanguinis, Papi seketika juga menjelma menjadi makhluk sanguinis yang aneh. Hanya aku sendiri yang plegmatis.

Lower Estate – Hongkong.


11 September 2011

Entah yang keberapa kali aku merasakan yang namanya sakit hati dan itu sangat tidak enak bagiku. Menjadi orang yang selalu di salahkan. Sepertinya tidak ada kalimat baik yang pantas aku dapatkan.
Hari berganti, aku masih sabar dengan semua rencanaNya, karena aku yakin aku pasti mendapatkan hal yang lebih dari apa yang aku rasakan hari ini. Sekarang aku hanya bisa berdoa dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk semua orang di sekitarku, tapi aku manusia. Manusia yang tidak selamanya bisa menerima cacian. Aku berdoa, aku berusaha dan akhirnya terbebaslah aku.
Semua kisah itu sudah berlalu, tapi harapan, usaha dan doa tak henti aku panjatkan. Hingga ada seseorang yang hadir dan dia menyadarkanku bahwa dunia ini penuh dengan keindahan. Satu kata darinya yang selalu aku ingat saat aku sedih, saat aku membutuhkan kekuatan, satu kata sederhana tapi memliki arti yang dalam untukku. SENYUM.
Tersenyumlah kawan, dalam keadaan apapun karena itu sangat membantu memulihkan keadaan hati menjadi lebih baik.

"senyumlah.... hidup itu indah, inilah hari yang terindah" -Hari Yang Terindah, Nidji


Minggu,11 September 2011
Gagal Berangkat..
            Tanah rencong kembali diguyur hujan, plus ditambah angin kencang. Sebenarnya ini tidak masalah jika tidak bertepatan dengan jadwal kami berangkat dinas. Aku dan juga teman kerjaku merasa ragu untuk berangkat. Kami takut kejadian yang lalu kembali terulang. Ya, kejadian yang hampir membuat kami merasa tidak ada lagi di dunia ini. Jadi kami putuskan untuk tidak berangkat dinas hari ini. Pun karena mendengar kabar dari teman cuaca di laut sungguh tidak bersahabat. Keluargaku juga tidak mengizinkanku untuk berangkat. Biarlah di pecat dari pada nyawa melayang, ini tidak main-main.. nyawa taruhannya kata Ibuku.  Walaupun ajal itu kita tidak tahu kapan tibanya.
            Akhirnya kamipun tidak jadi berangkat. Maaf bukannya kami melalaikan tugas tapi kondisi yang tidak memungkinkan. Insya Allah besok tranportasinya sedikit lebih bagus dari hari ini. Dan semoga esok hari tidak ada hujan lebat dan angin yang kencang agar perjalanan tidak terhalang. Semoga cuaca besok bisa lebih bersahabat agar selamat sampai ke tempat. Ya Allah Ridhoi setiap langkah kami. Jadikan kami hamba yang bertanggung jawab dalam menjalankan amanah dan penuh keikhlasan dalam bekerja.

***


Minggu, 11 September 2011 pukul 04.42
 Bismillah

Awalnya aku ragu untuk mengikuti BBHB(Bukan Buku Harian Biasa) yang digagas oleh sahabat-sahabat di WR. Jujur saja karena aku nggak terlalu senang untuk curhat di media online, karena aku malu kalau curhatanku dibaca orang banyak. Namun setelah membaca tujuan dari pembuatan BHBB ini, aku tertarik. Setidaknya aku bisa menuliskan nilai positif dari setiap hal yang kualami, hehehe. Selain itu, aku mempunyai sub media yang melatihku untuk menulis suatu hal yang bermanfaat. Secara tidak langsung hal ini membuatku fokus ketika membuka fb.
Selama ini, fb bagiku hanyalah  tempat untuk melihat informasi seputar dunia kuliah, dunia kampus dan ada sedikit hiburan ketika aku melihat 'curhatan ' teman-temanku melalui statusnya. Kadang, aku merasa bosan dan kurang bermanfaat ketika buka fb. Namun melalui BBHB ini, aku berharap aku bisa memberikan hal yang bermanfaat melalui tulisanku.
Ups... hampir lupa
Aku berterima kasih kepada WR yang telah mengizinkanku mengikuti event ini, aku juga berterima kasih kepada pemilik ide hebat ini, Kak Erpin Leader dan yang paling utama aku berterima kasih kepada Allah yang telah memberi kesempatanku untuk hidup dan mengikuti kegiatan ini.
 At least dengan mengucap "Bismillahirrahmanirrahim.." (kayak kegiatan resmi aja, hehe).
Aku memulai kisah di BBHB ini, dan semoga kisah ini mampu menginspirasi. :)

Minggu,11 September 2011 pukul 05.03
Andai Koding Senikmat Writting
Koding..
Entah mengapa aku belum bisa bersahabat  dengannya. Padahal sudah hampir 3 tahun ia mengisi hari-hari ku di Teknik Informatika. Selalu saja aku minder ketika berhadapan dengannya di komputer. Kadang aku mengeluh, "Kenapa teman-temanku kok bisa dan pinter-pinter dalam ngerjain koding, kok aku nggak? padahal aku mungkin memiliki kemampuan yang sama dengan mereka bahkan lebih "(amienn... aku sangat berharap :)).
Hal ini berbanding terbalik 180 bahkan 360 derajat ketika aku berhadapan dengan Writting atau dunia tulis -menulis. Selalu saja ada ide yang tertuang dan imajinasi yang tak terbatas ketika aku melakukannya. Bahkan, dengannya aku mampu menghasilkan beberapa karya dan kalimat-kalimat yang menurutku positif untuk dibaca. Dengan menulis, aku bisa berbagi, entah berbagi informasi, kalimat positif ,ilmu yang baru kudapat bahkan kejadian yang kualami. Jujur saja, aku sangat merasa nikmat ketika menulis, beban pikiranku hilang seolah ditelan bumi. Hebatnya lagi, menulis kadang 'memaksaku ' untuk menambah ilmu pengetahuan secara tidak langsung, dan itu cukup membuatku percaya diri. Satu hal lagi, aku bisa menjadi diriku apa adanya ketika menulis.
Jika disuruh memilih antara koding dan writing. Akan dengan senang hati aku memilih opsi yang kedua. Sayangnya keberadaan ku sebagai mahasiswa tingkat akhir di teknik informatika  'memaksaku' mau tidak mau, bersahabat dengannya. Yah.. penentuan nasib kuliahku ada padanya.
Oh.. Tuhan... aku sangat berharap bisa menemukan kenikmatan dalam koding sama seperti ketika aku menemukan kenikmatan dalam writing. Dan semoga harapanku bisa terjadi secepatnya.. amin

Minggu, 11 September 2011 pukul 20.59
Antara Kewajiban dan Keinginan
Seringkali apa yang kita inginkan berbanding terbalik dengan kenyataan, itulah hidup dan itulah yang kualami saat ini. Keinginan ku untuk menjadi seorang penulis mulai kuat, karena aku menemukan menulis adalah hal yang membuatku nyaman. Sayangnya aku terbentur dengan sebuah kewajiban yang kadang menurutku merupakan 'hambatan' dalam hidupku.
Jujur saja, pada dasarnya dunia kuliah cukup menyenangkan, selain aku banyak mendapatkan pengalaman baru, ilmu baru pun banyak ku dapatkan termasuk dunia  menulis yang membuatku sangat nyaman, tanpa sadar aku sering membandingkan antara dunia perkuliahan dan dunia menulis.
Dan...hari ini aku mendapat teguran keras, terutama dari ibuku. Semua itu berawal ketika aku merasa nyerah dengan tugas "koding" yang diberikan. Aku sering merasa nge down bin nyerah duluan ketika berhadapan dengannya. Lucu, kan?
Awalnya aku sih cuek dengan teguran itu, tapi ketika ibuku mengaitkan dengan hobiku aku mulai terpancing. Dalam hati aku ingin mengatakan bahwa aku protes dengan teguran yang ibuku berikan. Bahkan parahnya ibuku bilang,"Boleh menekuni dunia menulis asal udah lulus kuliah".Jujur saja aku semakin semaput dan tambah kesel ma koding.
"Duh, jangan dong mi. Nulis itu kan hobiku, itung-itung ngisi waktu kosong. Lagian, nulis bikin aku nyaman, nggak kayak koding"ucapku kesal.
"Ya, tapi teteh tuh orangnya jika berada dalam  dua buah pekerjaan yang berbeda, sering lupa dengan kewajiban, contohnya ketika teteh menulis, teteh sering melalaikan kewajiban teteh yaitu belajar koding, dan ketika ada tugas yang gak bisa,sering uring-uringan".
Aku cukup kesal mendengarkan penjelasan ibuku. Tapi ibuku ada benarnya juga. Aku sering menomor duakan kewajibanku dibandingkan dengan keinginanku.
"Trus gimana?, aku kan memang gak nyaman sama koding "terangku.
"Di dunia ini antara kewajiban dan hobby atau keinginan, berbanding terbalik. Kewajiban yang kita alami, memang tidak senyaman hobby kita. Contohnya saja umi, umi memang nyaman sebagai orang kantoran? " tanya ibuku. Dalam hati, "Mana aku tau umi suka atau nggak?"
Namun, jawaban ibuku diluar dugaan,"Tidak. Tapi, karena kewajiban, mau nggak mau harus umi jalani. Dan umi coba untuk menciptakan suasana nyaman".
"Tapi, umi ridha kan aku jadi penulis. Maksudnya kalau nulis tiap hari?" jujur saja, aku deg-degan nanya ini, takut ibuku nggak setuju. Masalahnya, "Ridhallahi fi ridha walidaini, Ridho Allah terletak pada Ridha orang tua". Kalau orang tuaku nggak setuju, maka Allah pun sama, dan kalau Allah nggak setuju, " Apa kata dunia???".
Pastinya sesuatu hal yang tidak disukai Allah akan membawa dampak buruk, sekalipun itu hal yang sangat kita senangi. Naudzubillahi min dzalik... jangan sampai itu terjadi.
Untungnya ibuku mengatakan, "Umi  ridha, dengan syarat teteh harus lulus tepat waktu".
Fuihhhh.... Yess
Akhirnya aku lega, sangat lega!!
Mendapat legalitas dari orang tuaku, terutama ibuku. Namun, ada beberapa hal yang harus kuperhatikan, menjadi  catatan dan harus menemukan solusi untuk diselesaikan, diantaranya:
1. Dahulukan kewajiban dari pada keinginan
    Seberapa pun besar tekad dan keinginan kita.  Selama ada kewajiban yang belum terpenuhi, itu akan menjadi sebuah penghalang  bahkan hambatan terbesar untuk menggapai mimpi kita dan apa yang kita inginkan.
2. Gunakan skala prioritas
    Lebih kepada follow up point pertama alias praktek untuk mengerjakan point pertama. Its mean, aku harus buat jadwal dan harus kupenuhi. NGGAK BOLEH NGGAK, kalau tidak karir menulisku + kelulusan kuliahku terancam, hehehe.
3. Ciptakan keadaan "Terpaksa".
    Setelah mendapat teguran dan solusi dari ibuku, akupun langsung mencari cara untuk lebih belajar men"CINTAI" koding, sebagaimana aku menyenangi dunia menulis. Singkat cerita aku mendapatkan advise dari kakak tingkatku, dan yang beliau sarankan adalah menciptakan sebuah keadaan terpaksa dan pembiasaan. Karena dengan terpaksa otomatis kita butuh ilmu tersebut, setelah kita butuh maka secara tidak sadar, kita akan melakukan pembiasan-pembiasaan. yah istilahnya"Bisa karena dipaksa", hehe. Dan aku mulai susun stategi, doakan semoga berhasil ya.
Terakhir adalah berdoa
Tak ada sesuatu yang instan ketika kita ingin memperoleh sesuatu, terutama ilmu. Semua butuh proses.Dalam berproses itulah banyak hal yang kita sangat butuhkan, mulai dari kesehatan jasmani dan rohani, hingga keistiqomahan dalam hati. Aku sangat meyakini bahwa orang sukses adalah orang yang istiqomah dalam melaksanakan segala sesuatunya, dan aku ingin hal itu terjadi padaku. Satu hal lagi, dengan berdoa kita akan menyadari bahwa tanpa Kuasa-Nya, kita ini hanyalah makhluk lemah nan naif yang tak bisa berbuat apa-apa.
Aku berdoa semoga Allah memberiku keistiqamahan untuk menyenangi koding layaknya aku menyenangi menulis. Dan aku bisa mempersembahkan karya terbaik melalui keduanya, sehingga pengorbanan orang tuaku tidak sia-sia. Semoga Allah mengijabah doaku. Amien..
Doakan aku juga ya, teman-teman... :)


Minggu, 11 September 2011 pukul 06.15
Sayur Rawon

Pagi ini, masih dingin sekali. Mamaku memasak rawon, sudah lama sekali tidak makan makanan ini. Wah mantap sekali sarapan pagi ini. Aku mengupas ketimun untuk lalapan dengan rawon kemudian aku iris-iris. Padahal lontong opor masih sedikit sisaan kemarin. Aku tidak makan sayur rawon mungkin sudah setahun lebih nih

Minggu, 11 September 2011 pukul pukul 06.30
Cem-ceman Teh

Aku melihat cem-ceman teh yang sudah tak terpakai dan meminta mamaku agar jangan dibuang untuk buat masker wajahku. Masker yang sangat murah sekali dan bermanfaat. Tidak dibuang percuma karena bermanfaat ganda. Setelah digunakan untuk meminumnya juga dapat digunakan untuk merawat wajah kita. Aku tidak merawat wajahku dengan teh ini sejak bulan Ramadhan kemarin untuk selanjutnya bisa menggunakan teh ini tiap hari. Habis ingin menggunakan madu buat masker tidak punya uang jadi menggunakan teh saja.

Minggu, 11 September 2011 jam 08.30
Hatiku Senang Sekali

Tadi pagi aku sempatkan menulis BBHB di WR. Setelah menulis aku tidak sadar jika pp Joni Lis Efendi menguplode cover antologi pertamaku yaitu dengan judul “Sehangat Dekapan Cinta Ramadhan” yang telah di uplode tadi malam. Hmmm…padahal aku sudah lihat foto itu tapi aku tidak ngeh. Aku klik foto tersebut ternyata judul antologi yang pernah aku ikuti. Hore aku senang sekali dan hatiku berbunga-bunga deh antologi pertamaku akan terbit. Tetapi tadi aku tak tahu antologinya sudah terbit atau belum habis pp Joni Lis Efendi ditanya kapan menerbitkan jawabnya lama sekali. Padahal aku sudah woro-woro ke grup lain dan Siti Fatimah juga bertanya padaku apa sudah terbit. Aku jawab saja, aku tidak tahu sudah terbit atau belum coba Tanya pp Joni. Eh tak lama kemudian pp Joni Lis Efendi kasih jawaban di komentar kalau terbitnya besok. Wah tambah aku tambah senang sekali. Semoga ada antologo-antologi yang lain yang menyusul deh. Jika bisa aku juga ingin menerbitkan satu buku solo. Wah keren habis deh…

Minggu, 11 September 2011 jam 12.30
Kabar Gembira Kedua
Aku memasuki ke kamarku sendiri. Mamaku juga berada di dalam. Di samping tempat tidurku ada 3 kardus yang sudah terbuka. Ternyata baju-baju bekas yang masih bagus. Lalu aku buka-buka dan aku pilih-pilih. Hemmm… Aku mendapatkan 2 hem batik sutra dan hem yang lainnya. Bajunya masih bagus-bagus dan pas di badan. Alhamdulillah dapat rejeki hari ini. Mamaku juga memilih-milih dapay banyak juga. Untuk baju yang lain diberikan ke tetangga. Selain itu aku juga dapat angpao dan dalaman jilbab. Setelah selesai pilih-pilih baju, mamaku pergi arisan ke tetangga dan aku melanjutkan masuk ke facebook.

Minggu, 11 September 2011 jam 14.30
Mengantuk

Sudah buka-buka dan pilih-pilih baju lama-kelamaan aku mengantuk sekali. Mau berangkat tidur tetapi sudah mau menganjak ashar. Akhirnya aku melanjutkan untuk menulis BBHB saja. Tidur 10 menit saja biasanya rasa kantuk hilang jika aku merasakan kantuk yang dahsyat.



 Rindu


Dear kertas dan pena...

    Adakah yang lebih menjijikan dari upil dan ingus? rindu adalah hal menjijikan
ketiga setelah mereka. rindu yang tak kenal aturan. hinggap sepanjang dia mau, dan tiba-tiba
terkadang menguap begitu saja.Rindu ini sekarang menari-nari dalam otak, tanganya menarik
jari jemariku untuk minta di ajak berdansa. tidak diminta pun aku bisa langsung membayangkan
wajahmu, mengingat setiap kenangan kita, juga suara beratmu yang membuat telinga ini
berdengung mendengarnya.

    Hari ini aku benar-benar rindu sekali. bolak-balik bikin status geje di facebook.
semua untuk meredam rindu-rindu itu. membayangkan kalau kau membacannya. benar saja,
ketika sedang kunikmati anak-anak rindu itu. kau tiba-tiba datang diantara salah satu orang
yang memberi komentar. Hati ini berdesir hebat, sebegitu keren kah kamu sehingga membuatku
bagai tersengat aliran listrik. Ah, kau menulis sesuatu di wall facebookku. aku melayang
lagi, kau begitu sempurna menajamkan rindu-rindu ini. meskipun aku tau belati rindu ini
siap menghunusku kapan saja.

    sekapur sirih :

    Rindu adalah sesuatu rasa yang tidak bisa ditahan. Sesuatu yang datang tiba-tiba dengan kita mengingat seseorang. Orang yang berarti menjadi bagian hidupmu. Rindu adalah sesuatu yang bikin kita nyesek. Dan keberadaannya memnggumam dalam hati, bahwa ;  i'm nothing without you, Tanpa sadar kita melenguh dan mengucapkan namanya, dahsyatnya rindu.

11/9/2011 / 04:13 am
Kamar mungilku


Ampenan, 11 September 2011/21:05
CATATAN III (EDISI PPL PART III: Happy Ending)

Tanggal 8 kemarin adalah hari pertama masuk setelah liburan panjang menyambut idul fitri selama 2 minggu. Karena ini hari pertama masuk, pihak sekolah memintaku dan team PPL-ku lainnya masuk pagi. Maka berdoalah aku malamnya pada Allah SWT agar dibangunkan pagi-pagi sekali. Namun sayang (kebiasaan kalau lagi nggak shalat) aku bangun kesiangan. Tepat pukul tujuh aku terjaga. Meraba-raba HP dan melihat jam digitalnya menunjukkan pukul 7 tepat aku langsung loncat bak spiderman yang loncat dari satu gedung ke gedung lainnya (lebai). Lebih syoknya lagi karena sadar kalau jam yang di HP telat 10 menit. Alamak! Berarti sudah pukul 7 lewat 10 menit.

Dengan kelebihan yang aku miliki, akhirnya aku mandi hanya beberapa menit (eh, tapi aku sabunan n sikat gigi loh). Ingat almamater belum disetrika aku panik dan baru lega setelah ingat lagi kalau malamnya sudah aku setrika (maklum, pikun).

Dengan mencontek gayanya flash, aku memakai baju, jilbab dan kaos kaki (untung isi tas sudah masuk semuanya). Namun rasa lega yang tadi muncul kembali hilang entah kemana saat melihat jam menunjukkan pukul 7 lewat 20 menit (jam yang ada di HP-ku yang telat 10 menit). Aku grasa grusu kesana kemari mencari segalanya yang kurang sampai mamaku marah-marah sampai mengungkit-ngungkit kalau aku nggak boleh begadang lagi. Iya, baru ingat kalau tadi malam aku begadang sampai pukul setengah 4 pagi.

Tiba-tiba dari kejauhan aku mendengar suara perempuan. Aku menajamkan telingaku agar bisa mendengar lebih jelas apakah benar itu adalah suara tetanggaku yang merupakan guru juga di SMP tempat aku PPL. Ternyata benar itu suaranya. Hatiku bahagia sekali mengetahui tetanggaku itu juga belum berangkat. Dengan semangat aku menuju rumahnya dan meminta tolong agar dia mau memberiku tumpangan ke sekolah (soalnya aku belum manasain motor :’( ). Jadilah aku berangkat bersama tetanggaku itu. Betapa senangnya hatiku. Semua yang  aku rasakan diawal sirna seketika. Apalagi saat aku sampai sekolah ternyata upacara belum dimulai. Dan ternyata acara halal bihalalnya dimulai pukul setengah delapan lewat.

Hanya sebentar rasa senangku, ternyata tak satupun dari team PPL-ku datang kesekolah. Sementara itu team PPL dari universitas lainnya hadir setengah dari jumlah teamnya. Dan mereka sangat semangat pula. Rasa kecewa dan kesal memenuhi hatiku saat itu mengingat kejadian pagi tadi dan ditambah pula dengan balasan SMS yang aku terima saat aku bertanya mengapa mereka tidak hadir pagi itu. Jujur, aku kecewa berat. Apalagi ketika seorang guru bertanya “temannya yang lain mana?” Aku hanya menjawab dengan lemas “nggak bisa dateng, Bu.” Jujur, aku iri dengan team PPL lainnya.

Seperti sebuah sinetron yang Happy Ending, lima menit sebelum acara dimulai salah seorang team PPL dari Universitas lain itu menyapaku. Ternyata dia adik kelasku di SD dan juga tetanggaku tapi beda desa. Kami pun asyik mengobrol mengenang masa-masa SD sampai akhirnya aku berkenalan juga dengan teman-temannya yang lain. Aku berfikir jika seandainya teman-teman PPL-ku hadir hari itu mungkin aku tidak akan berkenalan dengan mereka (nggak akan punya teman baru).

Kemudian acara halal Bihalal pun dimulai. Seperti biasanya acara inti halal bihalal adalah salam-salaman antara siswa dengan guru. Maka ratusan siswa SMP tempat aku PPL itu menciumi tanganku satu persatu. Ada rasa haru dalam hatiku sambil menikmati moment itu. Bayangkan jika aku tadi pulang karena teman-temanku tidak ada. Tentunya aku tidak akan pernah mengalami moment itu. Ada yang memelukku, ada yang meminta kue lebaran, ada yang bertanya kabarku dan sebagainya. Aku merasa mereka benar-benar mencintaiku (hiks). Kebahagiaan yang aku rasakan saat itu benar-benar menghapus semua kekecewaan itu sampai acara usai dan kembali mengobrol akrab bersama team PPL dari universitas lainnya di bawah pohon rindang tempat favoriteku. Dan pulangnya aku diantar oleh salah satu dari mereka. :)

Allah selalu punya cara yang manis memberikan happy ending untuk kisah kita setiap harinya.

Ampenan, 11 September 2011/20:53 Wita
CATATAN II (EDISI PPL PART II: Minggu Kedua)
Catatan ini aku tulis tanggal 15 Agustus 2011 ditempat duduk depan ruang II SMPN 3 Mataram. Sejauh ini kami belum dekat dengan semua guru kecuali guru pamong. selain itu, kami juga tidak memiliki ruangan. Jadilah kami jika tidak ada jam mengajar duduk di bawah pohon rindang dekat tiang bendera. sambil mendengar suguhan musik-musik yang kebanyakan musik dangdut, karena memang sekolah ini bersebelahan dengan pasar. di tempat inilah kami berdiskusi dan melepaskan semuanya.

PPL menurutku sangat berbeda dengan KKN. Disini kami benar-benar dituntut menjadi mandiri dan seprofesional mungkin. Dan tidak mudah PPL di sekolah ini yang siswanya rata-rata terbiasa hidup dalam lingkungan yang keras serta mungkin kurang perhatian. jadilah mereka anak nakal, pemberontak dan susah diatur.

Ini minggu keduaku PPL. aku berharap banyak pada diriku sendiri. bisa membuat peserta didikku memiliki mimpi mereka. ah, sebelumnya mungkin membantu mereka menemukan apa impian mereka. Dan saat catatan ini aku tulis, aku tengan menunggu bel pergantian jam pelajaran.


Minggu, 11 September 2011

Pernahkah Anda Salah Pilih?

Kelabu...
Tdak ada yang salah dengan dunia saat ini. Tidak juga dengan malam yang mulai menunjukkan bulan cantiknya, walau belum sempurna.
Aku dari dunia nyata. Bukan dari dunia mimpi. Ya... itu sudah cukup jelas. Tapi, ah... aku memang selalu ingin bermimpi.
Aku suka menulis. Huruf-huruf sang pembentuk karakter terasa begitu menggairahkan untuk dirakit menjadi sebuah  cerita. Sejenak aku mulai merasa terganggu. Bukan karena huruf-huruf itu. Tapi karena keadaan yang semula kurasa begitu kontradiktif.
Aku sekarang kuliah di teknik. Tapi tak tahu mengapa aku tak seutuhnya menikmatinya. Padahal ini pilihanku. Sama sekali bukan pilihan orang tuaku atau yang lain. Bukan.
Aku lebih mencintai bacaan-bacaan fiksi. Novel, cerpen, puisi, dan yang lain. Bagiku itu semua lebih menarik daripada buku-buku kuliahku. Aku bingung sebingungnya. Aku ingin berlari ke lapangan luas, lalu berteriak kencang sejadi-jadinya. Atau menyelam dalam di laut lepas lalu bercerita tentang kebodohanku kepada ikan-ikan kecil.
“Pernahkah Anda salah pilih?” status facebook yang lantas menjadi pelarian konyolku. Cukup beberapa komentar dari teman tapi aku tak puas. Aku belum bisa bernafas lega. Kali itu puncaknya.
Kawan dari dunia maya pun lantas ikut menyumbang kata. “Jangan bosan kuliah! Orang tuamu saja tak pernah bosan merawatmu, kok...” Kalimat ini seperti sebuah sengatan listrik. Ya, aku tersengat cukup lama. Orang tua. Orang tua. Orang tua. Biar kupanggil namanya tiga kali. Hatiku terasa bergetar setelahnya. Ia memang tak pernah tahu wajah orang tuaku, juga bagaimana Beliau merawatku. Tapi perkataannya. Aku cukup berterimakasih.
Dunia memang terkadang membosankan. Ingin saja rasanya menyesali kehidupan. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah salah. Tuhan tidak pernah kebetulan membuat cerita dan jalan. Walau itu jalan setapak sekalipun. Dan tak ada istilah salah pilih sekarang. Yang ada, hanyalah kita memang sudah ditakdirkan untuk menyinggahi pilihan itu. Seperti kata Dee dalam perahu kertasnya. Terkadang kita harus berputar-putar terlebih dahulu untuk menjadi diri kita.


Ahad, September 11th  2011 (at Q-sMaRt Library, Perpustakaan pribadiku)
Me & My Childs

Setelah hampir dua pekan lamanya tak bersua. Kemarin dengan antusiasnya selusin adik-adikku sudah menyapa pagiku. Melepas rindu, sibuk berceloteh masa liburan nya., membanggakan apa saja. Mulai mewarnai hari-hariku lagi.

Ahad pagi kemarin menjadi ahad pagi yang berbeda. Biasanya mereka hanya akan merusak laptop ku, atau sekedar membaca buku. Kemarin, dengan segla argument nya mereka berhasil membuatku mengalah sepanjang hari.

“Ayo Kak, kakak kan udah janji,” seru  Aya menggelembungkan pipinya. Teman-teman nya yang lain mengangguk setuju.

Dulu, aku berjanji, akan mengajari mereka membuat pernak-pernik. Hanya itu! Mudah, tapi tak ada yang mudah meladeni dua belas (mungkin lebih) bocah kecil itu. Malas sekali!

Ajaib! Setelah bersusah payah mulut ini menjelaska mereka tak perlu menunggu waktu untuk mahir! Benar-benar menakjubkan. Urusan itu benar-benar mudah. Terampil sekali mereka menjahit kain-kain itu, mengelemnya menjadi sesuatu yang bernilai untuk dijual. Cuma itu! Dan mereka berhasil membuat beberapa pernak-pernik lucu yang laku dijual. Mereka akan belajar banyak hal, di pagi itu. Aku yakin.

Hassek! Me & My Chids. Mereka bukan anak-anak ku, atau saudara sedarahku. Mungkin untuk teman-temanku, anak-anak seusia sangat menjijikan, rewel, dan selalu ingin tahu. Tak ada salahnya bukan bermain bersama mereka?
Masa kecilku bahagia selayaknya anak-anak, aku hanya ingin mereka merasakan kanak-kanak yang sempurna, bahagia, tertawa, Cuma itu!


BBHB#5
Minggu, 11/09/11
Arti “Erpin” & “Leader”  pada nama fb-ku.

Malam ini, aku terharu membaca BBHB salah satu sahabat WR. Ia menceritakan kisah ayah tercintanya. Dan begitu tersanjungnya aku, ketika dalam penggalan cerita itu ada namaku (Erpin Leader) disebut. Rasa haru malam ini, membuat semangatku makin tumbuh. Aku semakin yakin, bahwa aku bisa mewujudkan mimpi-mimpiku. Terutama impian menjadi pemimpin.

Sahabat, sebelum aku bercerita tentang Leader, aku akan bercerita tentang Erpin. Nama Erpin adalah nama yang diberikan oleh orang tuaku, setahun setelah aku dilahirkan. Namaku sebelumnya adalah Mislam. Karena aku sakit-sakitan, nama Mislam kemudian diganti dengan Erpin.

Aku tidak tahu apa arti Erpin. Yang aku maknai, adalah niat Ayah dan Ibu saat memberikan nama itu. Menurut pengakuan Ibu. Mereka memberikan nama Erpin, karena kebetulan Ayah bekerja di toko bangunan milik keturunan cina. Dimana pemilik toko trsebut, memiliki putra bernama Erpin.
“Erpin anak bos Ayahmu, adalah anak yang cerdas, rajin dan memiliki jiwa sosial tinggi. Meskipun orang tuanya kaya, tapi dia baik sama pembantu / buruh yang bekerja di Toko ayahnya. Oleh karena itulah, Ayah dan Ibu memberikan nama Erpin untukmu”. Tutur Ibu ketika aku menanyakan arti namaku.

Saudaraku, sejak mendengar cerita Ibu, hingga detik ini, aku berusaha “memantaskan diri” untuk menjadi “Erpin” yang mereka idolakan itu. Aku ingin menjadi orang yang sesuai dengan niat mereka. Tapi tidak harus menjadi Erpin (anak bos Ayahku), aku akan jadi diriku sendiri.
Sekarang, aku akan bercerita tentang makna di balik nama Leader yang mengikuti nama Erpin di nama fb-ku.

Sahabat, belajar dari “cara” Ayah dan Ibu memberikan nama. Aku pun membuat nama fb didasari dengan niat. Leader aku ambil dari bahasa inggris, yang artinya Pemimpin. Jujur, aku punya cita-cita dan impian jadi pemimpin. Minimal jadi pemimpin untuk masyarakat di daerahku.
Sejak usia SD, aku sudah akrab dengan “julukan” pemimpin. Mulai dari kelas satu SD hingga aku kuliah, aku pasti jadi ketua kelas. Ketua OSIS, pramuka, dan ketua Risma saat duduk di bangku SMA. Pernah juga jadi ketua organisasi pemuda se-Kabupaten di daerahku. Jabatan sebagai “ketua” yang identik dengan Leader, sudah sering aku emban. Hingga aku masuk di sekolah menulis On Line pun, aku dipercayakan jadi ketua (kepala suku WR angkatan 7). Aku juga tidak tahu, apakah karena bakat, atau apalah namanya. Tapi yang jelas, hingga hari ini aku terus berikhtiar untuk menggapai impianku. Yakni jadi Pemimpin. Dan untuk itulah aku memberi nama Erpin Leader pada nama fb-ku.

Tuhanku, hamba ingin semua orang tahu, bahwa aku punya impian jadi Leader. Bahwa aku senantiasa “memantaskan diri” untuk jadi Leader. Semoga, setiap kali orang menyebut “Erpin Leader”, mereka juga mendo’akanku agar menjadi seorang Pemimpin. Amin ya Rabb.

Sahabat, semoga ada makna dan pesan yang kalian bisa petik dari cerita sederhana ini. Cerita untuk jiwa-jiwa yang luar biasa! Sukses yaa.


Kepastian.

Dear kertas dan pena...

    Ketika membuka mata bangun tidur, hal pertama yang kulakukan adalah meraba-raba di mana letak ponsel miniku. Melihat pukul berapa, sekalian membuka facebook. Dunia tak kasat mata yang akhir-akhir ini menemani hidupku. Dunia di mana ada banyak kisah tertuang, meski keberadaannya masih seperti oksigen, tak teraba, tak terlihat, tapi mampu kuhirup dalam-dalam.

    Aku dekat dengan dia, dia pernah menjadi bagian terpenting dari hidupku. tapi semuanya kandas, karena dia kembali ke peraduan mantan kekasihnya. Disaat ia jatuh dan terpuruk aku hadir bersamanya, di saat ia tak mampu berpijak dan menghapus airmata, aku melakukannya. Tapi disaat kebahagiaan menghampirinya, ia berlalu, meninggalkanku. Rasanya pengorbananku tak cukup terbayar adil. Seminggu kami tak bertegur sapa, bagaimana mau menyapa kalau akunku di blokir :D, yeah...  seperti inilah siklus percintaan remaja masa kini: temenan » sahabat » pdkt »  pacaran » putus » galau » blokir/remove.

    kemudian ia datang lagi, menga-add ulang akunku, meminta maaf, berjanji membuatku bahagia, hari kemarin adalah kesalahpahaman, walaupun sebenarnya i know what he did. Dia selalu memanggilku sayang dan ayang, pernah juga dia keceplosan bilang aku adalah pacarnya, panggilan yang tidak lazim T_T. Akhirnya aku minta kejelasan, minta kepastian. kamu anggap apa aku selama ini? sementara hubungan kita di batas ketidaknormalan sebagai seorang teman, dan itu yang memutuskan aku berbaik hati kepada lelaki manapun yang mendekati aku, memberikan mereka peluang dan kesempatan. Karena aku tidak terikat dengan pihak manapun.

    sekapur sirih : wanita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak suka menunggu untuk hubungan yang tidak jelas. Mereka bisa menunggu kalau benar-benar hubungan mereka sudah ada kepastian, berkomitmen, untuk lelaki yang tidak plinlpan. Kadang "kepastian" yg kita sebut PACARAN adalah other word dari "KETIDAKPASTIAN" itu sendiri. Karena tidak ada kewajiban tertulis yg mengikat di sana. Bersegeralah menikah bila menemukan pasangan yang cocok, sehati, selahir dan sebatin, good luck.

10/9/2011 / 12:00
Kamar mungilku


10 September 2011 Pagiii!!!

Thanks God! Alhamdulillah, akhirnya buka lepi juga. Penampilan lepi yang selama hampir sebulan kusimpan di lemari baju dah bikin sepet mata aja. Bayangin ajah, lepiku tersayang harus terasing, tergeletak, dan nyaris dimakan debu musim kemarau ini yang menggila.
yeah antara sedih dan seneng sih. Yang pasti horrrrrreeeee bisa tak-tik-tuk-tek pencet-pencet keyboard lagi buat ngetik..hihihihihi

Agenda pertama  BERSIHIN SI LEPI!!! (tetap dong )
Namanya juga sahabat yang setia menemani dalam suka dan duka (Lele-Bay), jadi gak tega nian pori-pori kulit lepiku terjejal debu-debu mikroskopis yang bisa membahayakan kesehatannya. Sekali lagi, hatiku gak tega ngelihatnya, bisa-bisa aku dituntut Undang-undang PerLepian kalo membiarkan dia tetap kotor tak terawat. Ogah ah!!

Agenda 2 : menjelajah di dunia Maya
Sengaja dan 100% dengan sadar aku memutuskan untuk gak buka lepi selama Ramadhan. Karena fisikku yang dah lemes banget, tambah bluuuur kalo mesti memaksakan diri di depan LCD. #pegel euy ne mata.

Nah, hari inilah kesempatanku buat OL. Facebook adalah site yang pertama kubuka. melihat keadaan kampung, sedikit buat pengumuman, chattting ma sebagian warga, cuap-cuap and end ----> gaya Wendy cagur. hahahahhahaha

Eh tahu-tahu dah zuhur, aku stop dulu FBnya, and Going to Musholla. Emang sih aku gak begitu aktif di kampung or di balai desa, tapi meski jarang ninggalin jejak, everyday lho aku buka n update info! *maklum pemalu!!! xixixixixi

sehabis Zuhur yang HOT melebihi Megan Fox!
Ini neh yang buat aku seneng, buka Blog salah satu penerbit yang barusan ngadain event fiction Competition. Alhamdulilllah, ada namaku di nominator. yeah walaupun gak juara sih or gak dapetin hadiahnya, tapi...."sesuatu" bangets gitu lho!! Alhamdulillah yah....
Thanks God.....

sekarang timbul pertanyaan, "Nikmat mana lagi yang kau dustakan, Ful??"
I love u God, My lord, My Love, The one and Only....


Saiful Anwar


Sabtu, 10/09/11
Ketika Insomniaku makin menjadi

Dini hari pukul 3, jemariku masih menari di depan monitor komputer. Sejak awal puasa kemarin, aku jadi susah tidur. Banyak ide yang muncul di kepalaku, yang "memaksaku" untuk menulis.
Entah dengan cara apa aku bersembunyi dari "kegilaan" ini.

Sejak aku bergabung dengan WR, aku mulai "menderita" kelainan. Sulit tidur, maunya nulis. Selain itu, setia pagi aku sudah akrab dengan kertas buram dan pena yang sengaja aku letakkan di sampigku sebelum tidur.

Ya Allah, semoga ini jadi berkah, bukan sesuatu yang tidak bermanfaat. Semoga ini mempermudah jalanku untuk menggapai impian dan cita-cita. Baik mimpi yang aku bangun sendiri, maupun mimpi yang aku bangun bersama orang lain.

Sebentar ada tugas dari Anggota DPRD Propinsi yang ahrus aku selesaikan. Beberapa hari ini aku dituntut untuk berbagi waktu kerja. Aktivitas di kantor dan kampus mulai menumpuk. Belum lagi agenda di group belajar meulis OnLine yang melibatkanku. Makanya, aku punya waktu menulis hanya di waktu seperti ini. Di saat sahabat sudah terlelap, aku masih terjebak di jalan sunyi.

Tuhanku, ketika Insomniaku makin menjadi, peluklah mimpi-mimpiku, sebagaimana aku memeluk-Mu di kesendirian ini.


Sabtu, 10 September 2011
Gak nyangka lho! Ternyata aku begitu dikenal oleh banyak orang. Hehe. Bukannya GR, tapi fakta. Malam Minggu ini ada adik kelas yang sama-sama doyan anime dan manga Jepang menyapaku di chat FB. Dia panggil aku dengan sebutan Kakak.  Aku pun heran dibuatnya. Jadi, langsung kubongkar profilnya saat obrolan pertamanya masuk dalam kotakku. Emang sih, kita satu atap Sekolah Menengah Atas alias Es Em A. Tapi aku beneran gak tahu siapa dia dan gimana orangnya. Fotonya pun tak terpampang di FB. Lumayan bikin kepala cenat-cenut. Sambil muter lagunya SMASH yang sesuai dengan keadaan kepalaku saat ini.

Ok, all izz well. Itulah mantra yang kupunya. Akhirnya kutanya posisi dia saat ini ada di mana. Tak kusangka, ternyata jawabannya Solo. O, owww. Kepala tambah keliling 7 pusingan. Hehe. Solo-Sampang. Betapa jauhnya kedua kota itu kalo ditempuh dengan ngesot. Aduh, capek deh! Aku terima aja takdirku jadi orang yang selalu dikenal banyak orang. Cieee, ternyata ada juga secret admirer  waktu Es Em A. Hahaha…


Pelangi 10 September 2011

Hari ini aku mencoba menyusuri jalan itu lagi. Bukan hanya merefresh tubuh yang hampir tiga hari terserang demam karena cuaca yang tak menentu. Tapi juga untuk mencari bayang para malaikat kecilku.

Anak-anak jalanan yang terus saja berjuang di tengah terik siang dan mendekap gerimis yang menghujani jiwa mereka dengan kesejukan tanpa lelah. Bersama mereka sering kulewati senja. Menyaksikan jingga yang mengakar di kaki langit. Damai itu nyata, dan bahagia itu disini (Hati) ketika kita berbagi.

Di simpang lampu merah ini, aku pernah mencumbu senyum mereka. Menari dalam imaji rindu akan damai yang pernah mereka ungkapkan, menaburi rasa akan kesyukuran yang tak pernah lepas dari bibir-bibir mungil itu meski keterbatasan hidup mengekang mereka dalam ketakberdayaan. 

Selepas cahaya, dua belas hari sudah aku tak menjumpai malaikat-malaikat kecil itu lagi. tnya yang hadir membuahkan jawab bahwa mereka telah pergi tanpa jejak. Entah kemana, bahkan aku tak juga bisa menjumpa bayang mereka di pagi ini. Semua hilang tanpa pesan dan kata. Rindu masih saja menari dalam liukan rasaku. Resah mendekap membayang mereka kala dingin sangat menjerat di malam-malam kemarin. Seperti apa mereka melewati senja kali ini ? Mungkinkah sama sepertiku ?.

            Senja ... Kembali kunikmati sendiri, bersama rindu dan sepi.
            Entah kapan aku menemukan malaikat-malaikat kecil itu lagi …


10 September 2011

Aku masih di ranjang sementara bapak dan ibuku sudah pergi dinas. Bapak mengangkut 50 karung pupuk kandang sejak habis subuh tadi, sementara ibu menjinjing tas beras untuk berdagang ke pasar. Bangun Pet ..!! Yap, aku gak boleh tidur terus. Mentang-mentang kemarin sakit, memang sekarang masih sakit. ??

Maaf, sekarang aku sudah sembuh. Terima kasih ya Allah. Langsung aku ke belakang rumah, biasanya di sana matahari langsung menyorot dinding rumahku. Hmmm.. segar sekali udara pagi ini. Sambil melamun, menyaksikan sapi-sapi dan kambingku sarapan, aku mencoba menghangatkan air yang sangat dingin ini. Dengan kayu bakar yang dipotong kemarin sore, api ini lebih cepat menyala karena kayu yang kupakai sangat kering, sekering iklim di daerahku yang dilanda kemarau panjang.

Sambil menunggu air panas, aku online FB, karena pasti sangat banyak pemberitahuan. Hmm terang saja, pak Joni LE, EL dkk sedang berdiskusi di ruang sidang. Aku ketinggalan berita, namun langsung kutangkap apa yang mereka bicarakan. Tentu saja Writing Revolution yang mempunyai banyak inspirasi. Tentang kehadiran BBHB, membuat semangat baru di tubuh WRdan tentu saja saya pada khususnya. Seperti hari ini, aku menjadi lebih bersemangat karena sudah sembuh dari sakit demam 4 hari belakangan.

Aktivitasku hari ini seperti biasa bekerja, mengetik, menulis, melayani pelanggan dll. Seperti ibu guru yang astu ini. Namanya Ibu Sutriyati guru kelas 3 SD. Beliau ingin dibuatkan surat pernyataan beberapa lembar sebagai persyaratan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Terbuka. Wow, semangat belajarnya masih tinggi, padahal umurnya sudah mengijak 40 an lho.Perlu dicontoh.

****
Hah, kesembuhanku ini mendapat hadiah yang menurut saya membahagiakan secara saya jarang lolos dalam event-event menulis, tapi teryata aku lolos juga di sebuah event Lomba Tole Udin :
JUARA I - Uang sebesar Rp.150.000,- + 1 Buah Buku Jomblo Cenat-Cenut.Com (bertanda tangan penulis), diraih oleh :  Suden Basayev - Dendan Wonokairun dan Perkawinan Joko Bodo

JUARA II - Uang sebesar Rp.100.000,- + 1 Buah Buku Jomblo Cenat-Cenut.Com (bertanda tangan penulis), diraih oleh : Harry Gunawan - Tuty 2011

JUARA III - Uang sebesar Rp. 75.000,- + 1 Buah Buku Jomblo Cenat-Cenut.Com  (bertanda tangan penulis), diarih oleh : Rosi Meilani - Kabayan Kecebur Sumur

Dan berikut 5 karya yang juga akan ikut menghiasi buku TOLE UDIN :

Aira Arsitha - Facebook Putri Aji Bedarah Putih
Mustika Wildasari - Bonar dan Sang Bebek
Haris Firmansyah Hirawling - Kang Keling
Om Dompet - Mercy dan Jay
Muz Zamilah - Kabayan Pulang Kampung

Selamat buat para pemenang dan mohon maaf atas keterlambatan pengumuman ini. Buat sahabat yang karyanya belum terpilih jangan berkecil hati, melainkan menjadikan ini motivasi untuk menghasilkan karya lebih baik lagi.

Yah ini langkah awal hari ini. Hehehehe....
Sampai malam ini pun aku tetap semangat, ditinggal simbok ke rumah saudari\a ke Boyolali. Hmmm, jadi mikir besok siapa yang bikin sarapan, simboknya kan nginep haduhhhh..

Jam 22.50 aku istirahat nulis, dan lagi ngejar Deadline Cerpen Menpora (heheheh berani amat ikutan event seebsar itu) halah memang gw pikirin. Aku pergi bergadang dulu, sambil bersosialisasi sama teman-teman nongkrongku san minum kopi bersama. Tepat jam 23.15 aku pulang dan menyelesaikan tugas kirim naskah dan juga update CHSP.

terakhir nulis BBHB ku sendiri hehehehe.


10 September 2011/10:57 Wita



Ini adalah minggu pertama aku dan teman-teman PPL-ku kembali ke sekolah. Bagi rekan-rekan PPL-ku, melakukan praktek mengajar ini hanya sebuah formalitas dan kembali ke sekolah pinggiran ini berarti kembali ke sarang anak-anak nakal. Aku akui mereka benar. Ini hanya formalitas untuk memenuhi SKS akademik dan juga benar bahwa sekolah ini adalah sarang anak-anak nakal.

Namun, hatiku berontak dengan kata-kata itu. walaupun aku tidak bercita-cita menjadi seorang pendidik, tapi hatiku perlahan-lahan menerima kenyataan bahwa untuk saat ini aku adalah seorang pendidik. walaupun itu hanya 'ceritanya'.

Aku tak melihat PPL ini adalah sebuah formalitas semata namun sebuah kesempatan untuk memiliki pengalaman, momen, kenangan yang mungkin tidak semua orang akan mendapatkannya. aku tidak melihat mereka adalah anak-anak nakal, melainkan anak-anak yang spesial. mereka tidak dari golongan keluarga kaya, mayoritas orang tua mereka bekerja sebagai buruh, nelayan, tukang dan hanya sedikit yang PN. Mereka tidak hidup di kompleks elite, tapi dikampung yang padat penduduk dengan gang-gang kecil yang becek jika hujan deras atau bau sampah yang menyengat.

Anak-anak itu nakal karena keadaan juga lingkungan. mungkin mereka fikir dengan cara itulah mereka bisa survive atau diperhatikan. satu keinginanku ketika pertama kali bertemu mereka di dalam kelas, aku ingin membantu mereka menemukan mimpi-mimpi mereka. mungkin aku bisa membantu mewujudkannya


10 September 2011

@6 September 2011
Menghitung sisa waktu di hari ini, satu jam yang ku punya. Di waktu yang seharusnya ku rebahkan seluruh ingatanku, namun yang terjadi adalah aku menghitung ampas rasa. Membuka-buka kembali semua tentang kita. Ups, ada satu kata yang ganjil: kita. Mungkin hanya aku. Ya, tentangku. Ini soal perasaanku, hanya perasaanku, sama sekali tidak terkait dengan apa yang tersembunyi di hatimu.
Mungkin masih bersisa. Namun, bukan untuk ku himpun, apalagi ku timbun di bawah tanah yang gembur kemudian rajin memberikan pupuk dan menyiraminya. Bukan. Bukan untuk itu aku menghitung sisa-sisa rasa.
Semua yang tertinggal membuatku mengerti tentang segalanya. Tentang siapa dirimu yang sebenarnya. Semakin memperjelas kesimpulan dari dugaan-dugaan. Membebaskan hati dari cengkeraman namamu.
Kau tahu, aku tak butuh waktu lama untuk mengetahuinya. Mungkin kau terlupa jika aku berteman dengan angin. Isyarat-isyarat yang disampaikannya melalui desau, tarikan dan hembusan napas panjangku. Semuanya membuatku merasa cukup puas hanya dengan diammu.
Ku pastikan suatu hari nanti tiada lagi yang tersisa. Mungkin awan hitam bersegera menggulungnya. Bersiap menjatuhkan butir-butir kekecewaan. Lalu semua kembali seperti sedia kala ketika warna-warni merekahkan senyuman, meriangkan hati lagi. Akhirnya, semua yang ku persiapkan, ku rawat, ku jaga baik-baik, akan bersemi indah pada waktunya. Tanpamu.


Di Sudut penatku,
10 September 2011, 22:54 wib

“Jangan menangis sayang, air mata itu tak layak kau teteskan hanya demi rasa takutmu. Kau adalah jiwa yang bebas, jiwa yang tegar, jiwa yang kuat. Kau mampu kalahkan waktu yang membunuhmu, yang kadang melihatmu dengan sebelah mata dan keraguan. Jangan indahkan mereka yang menatap sinis terhadapmu, karena mereka tak pernah tau siapa dirimu, dan tidaklah tentu sebaik dan setangguh dirimu”

Hufft ...lagi-lagi aku harus membangkitkan semangatku yang  tiba-tiba meredup. Tak tahu sudah beberapa hari ini, jiwaku kembali gontai, lelah dan jenuh.  Tumpukan kertas kerja yang makin menumpuk hanya mampu ku pandangi saja. Tak segera di selesaikan. Tak ada ide yang dapat ku tuangkan. Ku kembali tak berdaya dalam keterpurukan. Merasa paling lemah, tak sempurna, apalagi jadi tambah sedih pas tahu adanya diriku hanya membuat orang lain susah. Jadi bikin agak sensitif denger omongan orang yang gak bener tentangku.

Sudahlah itu kekurangan manusia.......selalu salah dan memang tak sempurna. Ku cari hawa baru untuk menghilangkan penatku. Mungkin aku sedang lelah saja karena rutinitasku, sehingga ku tak wajar dan cepat terpancing emosi menyikapi setiap hal kecil yang tak ku sukai. Ku ambil sebuah buku yang senantiasa menjadi sahabatku, dan penyemangatku di kala ku telah mencapai titik nadirku. Kutemukan untaian kata yang kali ini menentramkan jiwaku,

“Jangan pernah membalas cercaan atau omongan miring orang yang melukai hati kita. Karena KESABARAN dalam menghadapi semua itulah yang akan dengan sendirinya menguburkan kehinaan. Kesabaran adalah sumber KEMULIAAN. DIAM adalah sumber kekuatan mengalahkan musuh, dan MEMAAFKAN adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan kemuliaan “ oleh Aidh Al Qarni.

*Supeeeerrrr, jadi semangat lagi..!


Sabtu, 10 September 2011 @ 10.45 WIB
Kampung Halaman

Setelah mengalami dilematika kemarin, akhirnya sekarang aku putuskan untuk pulang. Aku seperti tak sadar dengan apa yang aku lakukan. Selesai menerima pesan singkat dari saudaraku di rumah yang menceritakan bahwa mbahku di kampung sedang kritis dan ingin bertemu denganku, segera kulangkahkan kaki meninggalkan Surabaya. Aku tak sempat berpikir tentang segala hal yang wajib aku lakukan hari ini di kampus, tidak juga terbersit pikiran bahwa aku sedang menjalankan sebuah amanah yang tidak bisa ku tinggal. Naluriku sebagai manusia seketika merajai urat nadiku. Hal yang terlintas hanyalah aku dapat bertemu dengan mbahku, kemudian mohon maaf pada beliau. Aku hanya tak ingin, diriku yang banyak khilaf ini tak sempat meminta maaf di saat akhir hidupnya. 
Aku baru tersadar setelah aku benar-benar sampai rumah. Segera ku temui mbah, aku pegang tangannya, dan aku pinta maaf darinya. Kelegaan yang luar biasa. Alhamdulillah, aku masih sempat megucap maaf. Barulah saat itu ku buka handphone yang sejak tadi tak aku jamah. Sepuluh pesan singkat, dan semuanya menanyakan keberadaanku, semuanya menungguku. Seperti tersihir, aku lemas seketika. Tuhan.... Apakah aku benar-benar egois? Aku tinggalkan kewajiban-kewajibanku tanpa meninggalkan sebuah pesan, bahkan tanpa ada seorangpun yang tahu. 
Ehm.... Apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Kini aku telah di kampung, hari ini hampir sempurna terlewati. Aku yakin kawan-kawanku di sana dapat mengerti akan posisiku. Aku hanya dapat meminta maaf pada semua orang yang telah kutinggalkan tanpa pesan. Aku hanya butuh maaf....


10 September 2011


Sudah jadi tradisi (bukan iklan mie bungkus lho ^ ^) kalau waktu istirahat aku suka dengan yang namanya perawatan badan, entah itu potong dan rapiin kuku atau crub sendiri di kamar, dan sudah menjadi kebutuhan pokok aku suka yang namanya masker.
Aku menggunakan masker biasanya pada malam hari disaat tidur.

Siang tadi gak ada kerjaan jadi waktu istirahat ku gunakakan buat maskeran karena divest mask maka yang kuoles disekitar hidung dahi dan ats bibir.
belum lama bermsker ria ada suara bel berbunyi aku lihat ternyata tukang pos mengantar surat kilat. terpaksa aku turun sambil berlari menuruni tangga (sengaja gak naik lif itung itung olah raga)sampai dibawah kubuka pintu ternyata tukang pos terkejut sambil mengelus dada juga senyum senyum, tadinya aku cuek aja tapi pas terasa ada yang kencang di wajahku, alamak rupanya maskerku belum dilepas. ya gak apa apa deh diketawain tukang pos itung itung pemain ria jenaka he he

kejutan ke dua

tadi sore saat acara pelukan sama guling aku dikejutkan suara sms yang masuk di hapeku, sekali aku baca, mbak mobil  yang carter  orang itu sudah dikembalikan, begitu isi sms dari adikku di indonesia sana. Alhamdulillah ya Alloh berkat pertolonganmu ternyata mobil itu masih rejeki hamba. Mobil panter keluaran 2002 itu disewa orang untuk mengantar pulang saudaranya pada lebaran +2 ke daerah Bekasi dan rencana senin sudah kembali. Ternyata ngaret sampai 1 minggu.
keluarga sudah was was bahkan sudah ada keluarga lapor polisi karena yang menyewa mobilku sudah tidak bisa dihubungi, ternyata semuanya baik baik saja. Alhamdulillah


10 September 2011
Cemburu

ada belati menoreh rasaku
tepat pada purna luka
ketika mereka mesra dalam hangat keluarga
terikat temali cinta

bilakah tiba giliranku?
jawaban meragu
aku meragu
hanya waktu yang tahu

Ruh, aku capeeekkk!!!

Ruh, tak terasa sudah hampir 3 bulan, aku tinggal bersama dalam rumah baru & keluarga baruku (baca: majikan baru). Alhamdulillah,untuk ukuran orang asing yang baru berinteraksi hubungan kami sangat baik. Benar-benar seperti keluarga sendiri.

Setiap tanggal 15 pada bulan kedelapan tahun lama China, di Hong Kong ada peringatan Cung Jao Cit. Dan untuk memperingatinya, mereka biasanya berkumpul bersama keluarga besar di sebuah restoran untuk acara makan bersama. Hari ini keluarga baruku sedang memeperingatinya.

Untuk pertama kalinya aku berkumpul dengan keluarga besar Lay yang terdiri dari Kakek Lay dan Ama isterinya, serta tiga bersaudara (semua laki-laki) beserta isteri dan anaknya masing-masing.
Seperti umumnya sebuah keluarga yang jarang sekali berjumpa, mereka banyak mengobrol dan bertanya kabar tentang kegiatan masing-masing. Tampak akrab.

Ada satu hal yang menarik perhatianku dan benar-benar membuatku cemburu, Ruh. Ketiga lelaki bermarga Lay itu begitu perhatian kepada orangtuanya yang sudah agak pikun, meskipun dihadapan isterinya masing-masing, tak nampak canggung sama sekali. (Lelaki loh, Ruh...) Dan para istri meski tak seperhatian mereka, tapi juga menghormati mertuanya. Sesuatu yang jarang sekali kutemui baik di Hong Kong ini atau pun di Indonesia, terutama pada masa-masa sekarang ini. Saat individualisme semakin meraja di mana-mana.

Bukan rahasia lagi jika banyak anak-anak yang jauh dengan orangtuanya setelah menikah. Atau banyak anak-anak yang menyia-nyiakan orangtuanya yang sudah lanjut usia. Karena malu atau pun merasa direpotkan dengan kepikunan orangtuanya. Ah, andai saja mereka tahu kalau mereka pun pasti menjadi tua (tentunya jika belum tiba waktunya berakhir). Bagaimana jika nasib tersia-sia orangtuanya juga mereka alami nantinya?
Duh, Ruh, membayangkannya aku ngeri sendiri.

Ruh, aku cemburu karena tak mungkin bisa seperti mereka. Bukan aku tak ingin… Tapi karena aku tak punya orangtua.
Ah, sudah dulu ya, Ruh. Ngantuk, nih.

Ruh (Ruang ungu hatiku)
23:49Pm