twitter


Minggu, 11 September 2011 pukul 04.42
 Bismillah

Awalnya aku ragu untuk mengikuti BBHB(Bukan Buku Harian Biasa) yang digagas oleh sahabat-sahabat di WR. Jujur saja karena aku nggak terlalu senang untuk curhat di media online, karena aku malu kalau curhatanku dibaca orang banyak. Namun setelah membaca tujuan dari pembuatan BHBB ini, aku tertarik. Setidaknya aku bisa menuliskan nilai positif dari setiap hal yang kualami, hehehe. Selain itu, aku mempunyai sub media yang melatihku untuk menulis suatu hal yang bermanfaat. Secara tidak langsung hal ini membuatku fokus ketika membuka fb.
Selama ini, fb bagiku hanyalah  tempat untuk melihat informasi seputar dunia kuliah, dunia kampus dan ada sedikit hiburan ketika aku melihat 'curhatan ' teman-temanku melalui statusnya. Kadang, aku merasa bosan dan kurang bermanfaat ketika buka fb. Namun melalui BBHB ini, aku berharap aku bisa memberikan hal yang bermanfaat melalui tulisanku.
Ups... hampir lupa
Aku berterima kasih kepada WR yang telah mengizinkanku mengikuti event ini, aku juga berterima kasih kepada pemilik ide hebat ini, Kak Erpin Leader dan yang paling utama aku berterima kasih kepada Allah yang telah memberi kesempatanku untuk hidup dan mengikuti kegiatan ini.
 At least dengan mengucap "Bismillahirrahmanirrahim.." (kayak kegiatan resmi aja, hehe).
Aku memulai kisah di BBHB ini, dan semoga kisah ini mampu menginspirasi. :)

Minggu,11 September 2011 pukul 05.03
Andai Koding Senikmat Writting
Koding..
Entah mengapa aku belum bisa bersahabat  dengannya. Padahal sudah hampir 3 tahun ia mengisi hari-hari ku di Teknik Informatika. Selalu saja aku minder ketika berhadapan dengannya di komputer. Kadang aku mengeluh, "Kenapa teman-temanku kok bisa dan pinter-pinter dalam ngerjain koding, kok aku nggak? padahal aku mungkin memiliki kemampuan yang sama dengan mereka bahkan lebih "(amienn... aku sangat berharap :)).
Hal ini berbanding terbalik 180 bahkan 360 derajat ketika aku berhadapan dengan Writting atau dunia tulis -menulis. Selalu saja ada ide yang tertuang dan imajinasi yang tak terbatas ketika aku melakukannya. Bahkan, dengannya aku mampu menghasilkan beberapa karya dan kalimat-kalimat yang menurutku positif untuk dibaca. Dengan menulis, aku bisa berbagi, entah berbagi informasi, kalimat positif ,ilmu yang baru kudapat bahkan kejadian yang kualami. Jujur saja, aku sangat merasa nikmat ketika menulis, beban pikiranku hilang seolah ditelan bumi. Hebatnya lagi, menulis kadang 'memaksaku ' untuk menambah ilmu pengetahuan secara tidak langsung, dan itu cukup membuatku percaya diri. Satu hal lagi, aku bisa menjadi diriku apa adanya ketika menulis.
Jika disuruh memilih antara koding dan writing. Akan dengan senang hati aku memilih opsi yang kedua. Sayangnya keberadaan ku sebagai mahasiswa tingkat akhir di teknik informatika  'memaksaku' mau tidak mau, bersahabat dengannya. Yah.. penentuan nasib kuliahku ada padanya.
Oh.. Tuhan... aku sangat berharap bisa menemukan kenikmatan dalam koding sama seperti ketika aku menemukan kenikmatan dalam writing. Dan semoga harapanku bisa terjadi secepatnya.. amin

Minggu, 11 September 2011 pukul 20.59
Antara Kewajiban dan Keinginan
Seringkali apa yang kita inginkan berbanding terbalik dengan kenyataan, itulah hidup dan itulah yang kualami saat ini. Keinginan ku untuk menjadi seorang penulis mulai kuat, karena aku menemukan menulis adalah hal yang membuatku nyaman. Sayangnya aku terbentur dengan sebuah kewajiban yang kadang menurutku merupakan 'hambatan' dalam hidupku.
Jujur saja, pada dasarnya dunia kuliah cukup menyenangkan, selain aku banyak mendapatkan pengalaman baru, ilmu baru pun banyak ku dapatkan termasuk dunia  menulis yang membuatku sangat nyaman, tanpa sadar aku sering membandingkan antara dunia perkuliahan dan dunia menulis.
Dan...hari ini aku mendapat teguran keras, terutama dari ibuku. Semua itu berawal ketika aku merasa nyerah dengan tugas "koding" yang diberikan. Aku sering merasa nge down bin nyerah duluan ketika berhadapan dengannya. Lucu, kan?
Awalnya aku sih cuek dengan teguran itu, tapi ketika ibuku mengaitkan dengan hobiku aku mulai terpancing. Dalam hati aku ingin mengatakan bahwa aku protes dengan teguran yang ibuku berikan. Bahkan parahnya ibuku bilang,"Boleh menekuni dunia menulis asal udah lulus kuliah".Jujur saja aku semakin semaput dan tambah kesel ma koding.
"Duh, jangan dong mi. Nulis itu kan hobiku, itung-itung ngisi waktu kosong. Lagian, nulis bikin aku nyaman, nggak kayak koding"ucapku kesal.
"Ya, tapi teteh tuh orangnya jika berada dalam  dua buah pekerjaan yang berbeda, sering lupa dengan kewajiban, contohnya ketika teteh menulis, teteh sering melalaikan kewajiban teteh yaitu belajar koding, dan ketika ada tugas yang gak bisa,sering uring-uringan".
Aku cukup kesal mendengarkan penjelasan ibuku. Tapi ibuku ada benarnya juga. Aku sering menomor duakan kewajibanku dibandingkan dengan keinginanku.
"Trus gimana?, aku kan memang gak nyaman sama koding "terangku.
"Di dunia ini antara kewajiban dan hobby atau keinginan, berbanding terbalik. Kewajiban yang kita alami, memang tidak senyaman hobby kita. Contohnya saja umi, umi memang nyaman sebagai orang kantoran? " tanya ibuku. Dalam hati, "Mana aku tau umi suka atau nggak?"
Namun, jawaban ibuku diluar dugaan,"Tidak. Tapi, karena kewajiban, mau nggak mau harus umi jalani. Dan umi coba untuk menciptakan suasana nyaman".
"Tapi, umi ridha kan aku jadi penulis. Maksudnya kalau nulis tiap hari?" jujur saja, aku deg-degan nanya ini, takut ibuku nggak setuju. Masalahnya, "Ridhallahi fi ridha walidaini, Ridho Allah terletak pada Ridha orang tua". Kalau orang tuaku nggak setuju, maka Allah pun sama, dan kalau Allah nggak setuju, " Apa kata dunia???".
Pastinya sesuatu hal yang tidak disukai Allah akan membawa dampak buruk, sekalipun itu hal yang sangat kita senangi. Naudzubillahi min dzalik... jangan sampai itu terjadi.
Untungnya ibuku mengatakan, "Umi  ridha, dengan syarat teteh harus lulus tepat waktu".
Fuihhhh.... Yess
Akhirnya aku lega, sangat lega!!
Mendapat legalitas dari orang tuaku, terutama ibuku. Namun, ada beberapa hal yang harus kuperhatikan, menjadi  catatan dan harus menemukan solusi untuk diselesaikan, diantaranya:
1. Dahulukan kewajiban dari pada keinginan
    Seberapa pun besar tekad dan keinginan kita.  Selama ada kewajiban yang belum terpenuhi, itu akan menjadi sebuah penghalang  bahkan hambatan terbesar untuk menggapai mimpi kita dan apa yang kita inginkan.
2. Gunakan skala prioritas
    Lebih kepada follow up point pertama alias praktek untuk mengerjakan point pertama. Its mean, aku harus buat jadwal dan harus kupenuhi. NGGAK BOLEH NGGAK, kalau tidak karir menulisku + kelulusan kuliahku terancam, hehehe.
3. Ciptakan keadaan "Terpaksa".
    Setelah mendapat teguran dan solusi dari ibuku, akupun langsung mencari cara untuk lebih belajar men"CINTAI" koding, sebagaimana aku menyenangi dunia menulis. Singkat cerita aku mendapatkan advise dari kakak tingkatku, dan yang beliau sarankan adalah menciptakan sebuah keadaan terpaksa dan pembiasaan. Karena dengan terpaksa otomatis kita butuh ilmu tersebut, setelah kita butuh maka secara tidak sadar, kita akan melakukan pembiasan-pembiasaan. yah istilahnya"Bisa karena dipaksa", hehe. Dan aku mulai susun stategi, doakan semoga berhasil ya.
Terakhir adalah berdoa
Tak ada sesuatu yang instan ketika kita ingin memperoleh sesuatu, terutama ilmu. Semua butuh proses.Dalam berproses itulah banyak hal yang kita sangat butuhkan, mulai dari kesehatan jasmani dan rohani, hingga keistiqomahan dalam hati. Aku sangat meyakini bahwa orang sukses adalah orang yang istiqomah dalam melaksanakan segala sesuatunya, dan aku ingin hal itu terjadi padaku. Satu hal lagi, dengan berdoa kita akan menyadari bahwa tanpa Kuasa-Nya, kita ini hanyalah makhluk lemah nan naif yang tak bisa berbuat apa-apa.
Aku berdoa semoga Allah memberiku keistiqamahan untuk menyenangi koding layaknya aku menyenangi menulis. Dan aku bisa mempersembahkan karya terbaik melalui keduanya, sehingga pengorbanan orang tuaku tidak sia-sia. Semoga Allah mengijabah doaku. Amien..
Doakan aku juga ya, teman-teman... :)

0 Coment:

Posting Komentar