twitter


"Rasa yang Tak Ingin Dihilangkan"_300112_my little room_12:15 AM
Rabb, ribuan terima kasih mungkin tak cukup untuk mengutarakan betapa bahagianya hamba. Sungguh, pertolonganmu ada di saat-saat yang tepat. Sungguh, dengan mengingat nama-Mu hati akan tentram. Sungguh, tak ada nikmat yang bisa aku dustakan.

Sepintas, aku dan yang lain tak ada perbedaan, aku lengkap dengan kelima pancaindra dan senantiasa diberi kecukupan. Kadang, mereka beranggapan aku ini hebat. Oh, sesungguhnya tidak! Aku adalah makhluk paling lemah dari dalam. Yang membuatku tegar dan bertahan selama ini adalah pertolongan-Mu yang maha dahsyat.

Sungguh, sebisanya engkau jangan meninggalkan rutinitas membaca dzikir pagi dan petang, menunaikan salat duha dan tahajud, puasa sunnah, bersedekah, atau bahkan meyakinkan diri, kalau Dia akan benar-benar menolongmu. Pasti! Cepat atau lambat pertolongan itu akan datang.



Mungkin sebagian orang, mendapat hadiah atau door-prise keliling Eropa adalah hal yang paling ditunggu, namun bagiku terbebas dari godaan syaitan, adalah hal yang paling diidam-idamkan, betapa tidak, Allah masih sangat sayang pada kita, sehingga menghindarkan kita dari kesalahan menuju kebaikan.



Mengingat tentang kebaikan, jadi teringat peristiwa 4 hari yang lalu, saat aku kehilangan uang. Niatku bulan depan akan kusedekahkan kepada seseorang yang kuanggap berhak, karena dia lagi terlilit hutang, tapi takdir berkata lain. Sepertinya jika sudah ada niat baik, segera laksanakan!

Allah, lagi, lagi, dan lagi, Engkau membalasnya dengan kebaikan, rezeki datang padaku, juniorku memesan satu buku dan saat hari kehilangan itu, aku memperoleh makananan yang enak-enak. Jika masalah disikapi dengan hati lapang dan percaya pada-Nya maka akan diganti dengan keuntungan, terbukti! Alhamdulillah ya Rabb.

Malam ini, salah satu tetanggaku meninggal dunia. Aku dan yang lainnya diingatkan kembali, kalau dunia hanya tempat singgah, sementara kampung akherat adalah tempat abadi. Ayahku, tertegun melihat salah satu kawannya telah berpulang, gak menyangka, sekekar beliau telah tiada. Tiada yang mustahil jika Allah berkehendak dan tak ada yang bisa menunda barang sedetik pun. Allah ampuni dosa-dosa beliau dan terima amalannya. Matikan hamba dalam keadaan Islam dan beriman ya Rabb, begitu juga keluarga dan sahabat-sahabat hamba.

Aku juga terkenang, 18 tahun yang lalu, sosoknya begitu hangat dan bijaksana. Beliau adalah Pak Rahim, guru ngajiku. Aku lupa, kapan beliau meninggal dunia, mungkin delapan tahun yang lalu. Aku hanya mendengar kabar tanpa mengunjungi jenazahnya. Karena kami sudah pindah di lingkungan yang baru. Petuah yang selalu kuingat dari beliau, "Ada tiga sosok lelaki yang harus dihormati seorang wanita dan yang akan diharapkan ridhanya. Mereka adalah ayah kandung, ayah mertua dan suamimu. Hormati mereka dengan sebaik-baiknya akhlak dan cintai mereka dengan sebaik-baiknya iman."

Teringat, dia akan menyiapkan segelas susu coklat hangat di atas mejanya sebelum mengajar, memberi karet penghapus untukku, hadiah dari kemasan susu coklatnya, menggambar pemandangan, seakan-akan kami berada disitu, dan kesabarannya dalam membimbing para santri.

Aku rindu ruangan kecil itu, yang ada kursi dan meja panjang, yang tebuat dari kayu. Beliau hanya dibayar 'sedikit' kalau dulu hanya segenggam beras. Subahanallah....

Kalau ada orang kaya yang punya hajatan, beliau dipanggil, kami para santri diajak, sehingga kebagian rezeki. Pulang bawa sebungkus nasi dan seamplop angpau. Tawa riang dari bocah-bocah berwajah polos. Salahnya aku tak punya dokumentasinya, apalah daya tak sanggup beli kamera. Sepatu hampir 'terngaga' saja harus dipertahankan.

Kok mataku mulai berembun ya? Aku benar-benar bersyukur, bisa merasakan itu semua.

Rabbi, ijinkan hamba terus berjalan di muka bumi ini dengan rasa syukur dan takut pada-Mu. Lembutkan hati ini agar mudah menerima hidayah dari-Mu dan kebalkan dia agar tegar dengan anggapan 'remeh' dan 'ejekan' orang lain. Jadikan jiwa ini, jiwa-jiwa yang besar, seperti para pendahulu yang hanya mengharap ridha-Mu.


Jam 23.30 WIB. Setelah aku menangis karena gagal sebuku dengan anak-anak WR. Kini petir sedang melesat di hatiku, wkaakkaak apa sih. Iya nih, aku berharap saat audisi cover "Dalam Genggaman Tangan Tuhan" aku mencoba untuk ikut serta. Minimal aku juga berkontribusi dalam project DGTT. Aku mengirimkan 10 cover bukuku. Kemampuan photoshopku yang apa adanya membuatku pengin terus berusaha membuat sekreatif mungkin. Satu demi satu mereka kuupload. Berbagai respon positif dan kritikan yang memecut mental. Aku tampung semua dalam agenda otakku. Alhamdulillah ada 2 coverku yang masuk nominasi. Aku masih bisa memuaikan senyum kala itu. Revisi-revisi yang kulakukan demi keinginan warga yang senantiasa memberi kritik dan saran. Namun naas kembali. Malam ini pengumuman audisi cover yang ternyata coverku gagal menjadi sampul buku Dalam Genggaman Tangan Tuhan. Oh My God, alhasil ke 10 coverku dibabat habis oleh satu cover yang menurut panitia DGTT layak. Lalu aku merenung harus lebih belajar lagi untuk desain. Dan aku yakin suatu hari nanti ke 10 coverku bisa terbit dengan isi yang lain. Meskipun dalam hati berharap ada peraturan seperti cerpen yang memenangkan pesertanya karena sebuah LIKE. Dan untuk itu coverku mungkin bisa masuk dalam kategori layak jual. Heheheh, makasih untuk hari ini, pengalaman yang sungguh menjadi inspirasi untuk segera bangkit dari keterpurukan.


Hari ulang tahunku yang ke-19 pada 2009 lalu merupakan saat yang
langka. Dengan segenap asa kulewati jalanan Bandar Lampung menuju toko
buku terbesar di kota itu. Panas terik tidak kuhiraukan. Dalam
anganku, hanya satu yang harus kudapatkan. Ya..buku biografi artis
favorit yang baru kelar di launching oleh managernya sendiri. Sesampai
di lobi toko, Aku langsung bergegas menaiki tangga untuk menginjakan
kaki di lantai dua. Sekejap kemudian pandanganku terpaut oleh hamparan
buku tapi tidak satupun yang kusentuh. Aku melangkahkan kaki mengitari
rak-rak. Sampai suatu ketika mataku tertuju pada sebuah buku kecil
berwarna biru dengan sampul karikatur. Aku menangkap tulisan dengan
motif khas “Rahasia Kangen Band” Kisah Inspiratif Anak Band. Karena
tidak ada buku contoh, Aku bergegas menuju kasir untuk segera menjadi
pemilik sah buku itu. Hatiku berdebar sangat kencang, kemudian meredup
setelah printer mencetak struk transaksi pembelian. Aku pulang kerumah
kakak dan membaca hingga halaman paling bontot.
Kangen Band?, banyak sahabatku yang mengernyitkan dahi ketika
mendengar nama itu. Aku tidak tahu alasan mereka. Menurutku Kangen
Band adalah sosok pejuang dalam pencapaian mimpi. Mimpi menjadi besar
dan menginsipirasi untuk khalayak. Band asal Bandar Lampung yang
tumbuh dengan bermodal tekad tanpa sepeser rupiah. Mempunyai awal yang
gelap tanpa tahu kelanjutan karirnya. Namun Kangen band mampu bertahan
untuk menjadi icon pencapaian mimpi. Hingga pada akhirnya mampu
membawa karyanya ke mata khalayak luar negeri.
Berawal dari pertemuan di salah satu gang di Bandar Lampung kemudian
beranjak untuk menyatukan jiwa musikalitas mereka. Mereka tidak
memandang latar belakang kehidupan masing-masing personil. Semua
berjalan dengan kesahajaan. Kangen Band mempunyai jiwa yang kuat
dimana berani mengambil resiko untuk meggaungkan karyanya. Berbagai
rintangan dilaluinya dengan seksama. Perjuangan masing-masing personil
untuk lepas dari deraan cobaan justru menjadi titik balik
kesuksesanya.
Aku pun ingin seperti Kangen Band, menjadi seorang yang berjiwa besar
dan berani berbuat. Menulis mimpi dalam kehidupan dan menjadikanya
nyata. Kangen memberi inspirasi dalam kepenulisanku. Berani berkarya
dan menyebarkan karya kepada jutaan penikmat. Atas tekad itu pada
akhir Oktober 2011, Aku sedikit sungkan mengirimkan cerita pendek pada
audisi cerita pendek yang akan dibukukan. Dengan segenap asa, Aku
mengirimkan melalu e-mail. Aku tidak pernah berharap apakah karya
kecil itu akan diterima oleh juri. Fikiranku sangat ciut kala itu.
Bagaimana tidak? Tidak ubahnya Kangen Band, Aku hanya mempunyai tekad
dan harapan. Aku sangat asing dengan dunia kepenulisan. Tidak
mempunyai modal apapun. Aku tidak tahu ejaan yang disempurnakan (EYD),
bahkan pemilihan diksi-pun terkadang masih rancu. Namun Aku
terinspirasi oleh artis klangenanku itu. Aku harus berjiwa besar
terhadap karya yang tercipta.
Setelah penantian selama 1 bulan, hatiku dikejutkan oleh pengumuman
naskah yang lolos audisi. Nama dan judul naskahku menjadi bagian dalam
pengumuman itu. Ikut berderet bersama penulis-penulis besar. Buku
bertajuk perjuangan seorang ayah terbit satu bulan kemudian. Aku
sangat menghargai buku pertamaku itu. Semoga itu menjadi langkah awal
untuk mengembangkan karirku, seperti Kangen Band.
Inilah profil Kangen Band yang kudapatkan dari buku Rahasia Kangen Band:
Nama Kangen Band sudah digunakan sejak awal 2004, Andika adalah
pencetus nama itu. Nama tanpa makna apapun. Pada tanggal 4 Juli 2005,
nama Kangen Band resmi mulai dikibarkan. Personil Kangen Band Andika
(Vokalis), Bebe (Basist), Lim (Drum), Dodhy (Guitar), Tama (Guitar)
dan Izzi (Key Board) juga Eren (Vokalis).
Sebuah Puisi untuk Kangen band:
    Kangen Band, benang merah mimpi,
Yang mengusiku untuk berbuat banyak,
Mengais suka cita pengarungan kehidupan,
Menembus batas kota,
yang tersudahi dengan segala canda tawa,
Kangen Band,
Akhir sebuah penantian yang tertunda,
Melaju pada bilik-bilik nyawa kehidupan,
Mengalun pada raut-raut yang tidak lagi sembab,
Kangen Band, lantunan kesuksesan!

Kangen Band, Aku Kangen Sukses Sepertimu,
Lampung, Januari 2012
Hermawan W Saputra.


--
www.warnaputih-inc.blogspot.com


BBHB - REPITA HADI
26 Januari 2012

Garis Tangan

Kugoreskan tinta ini bersama rintik hujan di bola mata yang tak lagi bulat, ketika tanpa kusadari indahnya syair KCB dalam BBHB menghias lembut telingaku.
31 hari sudah aku tenggelam dalam lautan rasa duka. Menjadi hari pertama dalam perjalan hidup ini untuk memulai segalanya dari titik nol. Kembali meraih asa, dan mimpi baru. Kembali memberi indah senyum di bibir, dan kembali memberi hari-hari dengan segala tatap mata ke depan, hari esok masih panjang.
Masih kuingat jelas, menjadi hari pertama dalam tepisan lukaku ini tanpa titik air mata adalah ketika aku berada bersama kalian, saudaraku WR. Surabaya, menjadi sejarah penepis duka.
Ketika cinta bertasbih, hidup terasa indah. Namun ketika garis tangan membawa takdirku untuk meninggalkan cinta dan ketulusan, dunia terasa begitu suram. Cieee uhuuuiii lebbayyyyy. Biarkanlah, hiks.
Tanpa angin, tanpa petir, tiada hujan dan badai semua harus kualami. Semua baik-baik saja. Tidak ada dengki, tidak ada benci, tidak pula pertikaian. Namun sungguh membuat hati menjadi terasi getir, lebih dari sekedar jelak.
Disinilah mampu aku memetik indah bunga cinta. Dan ketika kulihat sebuah tulisan ‘cinta tanpa syarat’ sebuah kisah nyata hasil jelajah PP ke rumah mbah google, baru kusadari, betapa harus kupahami maknanya. Betapa beruntung almh memiliki imam sepertinya, bahkan ketika maut memisahkan lebih dari 7 tahun pun ia masih tetap mengisi relung hatinya.
Duhai hatiku, inilah hidup. Tak perlu di tangisi apa yang terlepas dari diri, cukuplah masa sedih kujadikan keindahan di masa depan dengan segala kearifan. Duhai jiwa, memiliki rasa ikhlas memanglah sulit, namun akan lebih indah ketika kita belajar mendewasakan diri, dan menerima takdir atas ketentuan hidup dari-Nya.
Tidak semua yang menjadi keinginan kita harus selalu terpenuhi. Kenyataan itu pahit, namun lebih indah karena datang-Nya dari Allah. Saatnya menjadikan masa susah dan masa senang bermanfaat bagi kita, dan semua. Dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan.Harapku semoga Allah berikan padaku imam yang setia hidup dan matiku seperti mereka-mereka. amiin. hihi.
Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian, karena rencana Allah selalu Indah untuk hamba-hamba-Nya.


BBHB - Repita Hadi
22 Januari 2012

Catatan Kopdaria

Yuhuuu, alhamdulillah akirnya Allah memberi kesempatan untukku berangkat menuju kota Pahlawan, menyusuri jalan kenangan. Ehemm. Walaupun sebenarnya kepala rasanya pusing dua puluh keliling. Sampai gak bisa tidur nih malam, hanya terlelap satu jam saja saking penatnya. Ya sudah nikmati saja dengan senang hati semoga tidak masuk angin esok pagi.
            Pukul tiga lebih sepuluh menit, saatnya beraksi. Berangkatttt, sambil nenteng tas isi payung satu-satunya barang yang bisa disiapkan Simbok. Duh, males juga sebenarnya bawa, haqul yakin soalnya yang lain pada nggak bawa nih. Jadi percuma kan kalau hujan hanya ada payung satu, masa harus berenam hihi, tapi tak apalah demi menyenangkan hatinya.
            Perjalanan pagi yang menjadi moment termahal sepanjang hidup, tidak ada lagi segelas air merah kecoklatan penghangat lambung ketika terbangun yang dulu biasa di siapkan Ibu setiap pulang, ketika hendak kembali berangkat kuliah pagi-pagi buta, bahkan ketika sudah bekerja pun. Semua harus kulakukan sendiri sekarang, termasuk ubo rampe rumah sebelum pergi. Hmm, ternyata begini rasanya menjadi manusia dewasa yang sesungguhnya.
            Tunggu menunggu selesai, berangkatlah dengan gembira, cita-citaku begitu naik langsung tidur hitung-hitung bayar hutang tidur semalam. Ternyata tetap saja tidak bisa merem, setiap mau bermimpi busnya nendang lobang mak jedaggg, waduwh untung saja gak hamil, coba kalau hamil bisa-bisa keguguran deh akibat mental.
            Jam tujuh lewat sedikit, baru sampai jombang. Kulirik kiri, hehehe sama deh, semua parfumnya berubah jadi bau minyak angin. Ya Allah, semoga tidak ada yang tumbang di jalan. Tapi alamat kesiangan deh, harusnya jam delapan mendarat di Bungurasih. Begini nih yang aku tak suka, datang terlambat. Rasanya jadi nggak enjoy deh kalau nggak on time.
            Hampir setengah sepuluh, sampai deh akirnya di IAIN dengan selamat. Wow... mas MJ sudah siap diatas kuda besinya jemput semua orang. Telat sih, tapi kan lebih baik terlambat dari pada tidak hehehe. Begitu masuk aku langsung terpukau, ada suara merdu dan empuk. Owh, ternyata keponakanku sedang berdo’a dengan khusuk. Aduh... tante juga mau di ajarin ngaji, Nak!
            Saatnya duduk manis, dengerin PP Jo bagi-bagi rantang. Seperti biasa sambil pegang pulpen lihat kertas kosong. Tak bersuara. Wahh... malah dibilang merenung. Waduwh Pe... gak tahu ya, aku kan emang begitu kalau di ajar, merekam setiap kata dalam memori gitu. Hihi padahal emang sudah sebulan gak bisa senyum nih.
            Tapi masalahnya jadi ketauan kalau jarang ngomong nih, hehe. Kan lebih suka jadi pendengar setia gittuuu. Tak apa ya, yang penting kalian semua selalu dihatiku kok sob. Suwer deh, senengggg sekali ketemu kalian semua. Anugerah terindah pengobat gundah. Ya.. beginilah hidup, selalu ada bermacam karakter manusia di sekitar kita yang harus bisa kita telusuri bagaimana cara kita memahaminya.
            Tapi jujur, pas lihat si imut Nava, aku jadi berpikir. Kenapa aku bisa begini ya sekarang? Padahal dulu waktu seumuran dia aku jadi manusia paling heboh di sekolah, cerewet, teriaknya paling kencang sampai-sampai terdengar dari sekolah ke rumah yang jaraknya dua puluh lima meteran. Sudah begitu paling hoby ngeyel dan berantem sama teman laki. Wkwkwk.
            Hmm, baru sadar. Waktu banyak merubahku. Keadaan mampu mendewasakan. Aku jadi rindu masa kecilku, tanpa beban, tertawa lepas tanpa ada guratan masamnya duka. Hidup ini indah... saatnya mensyukuri dan mengikhlaskan yang terjadi agar damai rasa hati.
            Ahaa, tapi aku seneng nih, dapat buku PP yang kuincar sejak belum daftar WR, mantra cepat kaya. Penasaran tauuu. Asyikk, dapat bonus juga. Sipp deh dapat rantang novel metropop Fortunata, terimakasihhhh. Nggak tahu deh lupa tadi nulis apaan, perasaan ngalor ngidul sampai-sampai mau masukin satu ayat saja bingung ngambil moment memasukkan kata yang tepat. Padahal dari atas sudah terekam naruh “Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sampai mereka mau merubah.”  Begini deh kalau punya IQ lola, tapi alhamdulillah masih normal.
            Tapi yakin jadi nyesek nih kalau lihat nama mas ichsan nanti. Yach, Pe... bilang aja kalau mas Ichsan naskah-naskahnya dah lari jauh sampai Jakarta, kalau aku masih nggremet di Surabaya alias jalan ditempat gitu. Wkwkwkwk. Emang iya sih hihi. Wajar dong, mas ichsan kan laki larinya kenceng, lha akukan perempuan, mana kurus lagi. Kalau kalah ya gapapa gitu. Aku tuh sebenarnya rajin, tapi masih sibuk ngurusin hati dan pikiran hehehe alasan. But, jadi berpikir ‘kalau mereka bisa kenapa aku nggak?’
            Selalu ada hikmah di setiap kejadian, banyak sekali yang dapat kupetik dari silaturahmi kali ini. Yang terpenting adalah selalu menjaga ukhuwah yang sudah ada. Jangan sampai kita menjadi orang lemah, “selemah-lemah orang adalah yang tidak mau mencari teman, lebih dari itu adalah mereka yang melupakan teman yang telah dicarinya.” Perowinya siapa ya? aku lupa hehehe. Banyak teman banyak ilmu deh pokoknya.


Fly Over 08 Januari 2012 11:58 pm

Malam ini sepertinya aku akan kembali tak bisa terlelap dengan 'baik', entahlah.....

Rabb, hamba adalah orang paling perasa atau tersensitif di dunia??? Mengingat wajah dan ucapan mereka, rasanya hamba tak tega, tapi Rabb, tahukah mereka kalau selama ini hamba sudah berusaha mengikuti 'mau' mereka???

Jalur yang hamba ambil saat ini, sebenarnya adalah sesuatu yang bukan, bukan dari kemauan hati hamba. Namun, lama kelamaan hamba mulai menyukainya, menyenanginya dan mulai jatuh cinta. Ketika semua hamba bangun, dari semangat dan kemauan, bukannya mereka yang memberi dukungan terbesar ketika itu. Mereka yang mengatakan, "Kamu bisa, itu hal mudah!!!"

Kini, ketika hamba berdoa, kenapa doa itu seakan begitu cepat Engkau jawab. Inikah trik yang harus hamba pecahkan sendiri? Hamba gak kuat ya Rabb, hamba malas 'bertekak' dengan mereka, pusing, sangat pusing menentang perkataan orang tersayang, yang hamba tahu maksud mereka itu baik, sangat baik, tapi Rabb, tahukah mereka ada 'sesuatu' yang hamba cari lebih dari sekedar 'itu'???

Rabb, wajah seperti apa yang hamba harus perlihatkan di depan wajah-wajah polos tak berdosa esok pagi? Para tunas bangsa yang memiliki keunikan masing-masing. Hari-hari hamba sudah diisi dengan tawa sekaligus rengekan tangisan mereka. Entahlah Rabb, hal itu membuat hamba tersenyum bahagia.

Kenapa memilih itu sulit ya Rabb??? Hamba gak bisa fokus menulis untuk naskah novel kedua hamba, ketika mau menulis 'terpentok' oleh peristiwa semalam, sepertinya harapan mereka begitu 'gede' kepada hamba.

Membaca dan menguatkan volume mp3 adalah pelarianku, karena beberapa hari kedepan aku tak bisa berkonsultasi sama Rabb-q, dalam suasana cuti, namun kali ini aku benar-benar galau ditambah kram diperutku, sepertinya hari-hariku akan penuh kesensitifan. Berharap 'tidak'!!!!!

Bersandar di rak-rak buku yang ada di gramedia dan mencium aromanya membuatku 'gila' benar-benar ingin memiliki itu semua. Semua seperti berteriak, "Miliki daku, aku padamu!" namun apa daya kantongku tak sanggup. Selama ini sudah kucicil dan kupesan via on line, kemaren aku memboyong satu buku seharga 150 ribu, bakal mengencangkan ikat pinggang nih, buku yang lama ingin kumiliki, sebenarnya banyak lagi sih, sudah ku-list, beberapa di antaranya, novel baru Kang Abik "Cinta Suci Zahrana" dan beberapa karya Salim A Fillah, dan masih buanyak lagi. Aku juga baru mendapat dua buku baru sekaligus dari sahabatku, senangnya, plus bros jilbab, alhamdulillah, sesuatu ya.

Tahun lalu (2011) aku mendapat banyak hadiah, senangnya, hadiah yang tak disangka-sangka, dimulai dari penerbitan bukuku, novel solo dan antologi bersama kawan-kawan, hal yang tak pernah kusangka, seorang Mustika bisa menghasilkan karya kecil-kecilan, semoga bermanfaat jika aku, kemudian, tak ada lagi di muka bumi ini.

Lanjut, kado-kado dari orang-orang tersayang dan teman se-WR, kadonya berupa baju, bros, buku, jilbab, tupperware, mug, sampai puisi-puisi indah, lantunan doa yang tulus, sehingga meresap sampai ke hati yang membuat aku bertahan sampai sekarang. Thank you full to all.

Masyaallah, aku lupa-lupa ingat mengirim kado buat si Mbak Upik, maafin ya Mbak, belum sempat ke kantor pos, karena kedatangan saudara dari kampung, terus ngajak jalan-jalan, he, jadi keenakan.

Dua minggu liburan membuat berat badanku naik, ketika kemaren aku menimbang, akhirnya angka 44 itu tertembus, biasanya bertahan di 41 semoga bisa menembus angka 47 atau 48. Semoga.

Aduh, ini koq jadi ngomong kado dan berat badan segala ya??? Aku jadi bingung sendiri, tadi kita bicara tentang apa ya?? Yang pasti kali ini bukan cinta, tapi tentang pilihan. Bukan. Ini bukan tentang memilih pendamping hidup sama sekali bukan. Ada masanya! Bukan untuk saat ini.

Kabar dari abang sepupuku tentang 'sesuatu' hal membuatku 'terbengong'. Inikah jawaban doaku?? Koq secepat itukah??? Aku membisu, tak kubiarkan mereka tahu. Iklan. "Terima kasih buat kakak dan abang yang selalu perhatian padaku, perhatian kalian membuatku meneteskan air mata haru, sangat haru, kalian masih menganggapku 'adik kecil' kalian, walau kalian pada berkeluarga, kasih sayang terus mengalir buat adikmu ini. Ingin rasanya memutar kembali kenangan masa kecil, waktu dulu kagak ada handy cam ya. Sayang sekali. Kan lucu melihat si abang merajuk. Nangkap capung dan ikan mas di sawah. Badan penuh lumpur. Kangen masa-masa dulu."

Ketika sabtu kemaren aku pulang raker, eh, mereka nanya, "Udah dikabari si Abangkan??" Aku pun menjawab, " Yang mana ya???" pura-pura terkejut. Itu dan bla bla bla. Oh MG......., akhirnya mereka mendengar juga, langsung dari abangku ketika mereka berkunjung ke rumah pamanku. Perdebatan pun terjadi, aku bersikeras dengan pendapatku, mereka lebih menekankan pada, "Apa selamanya mereka bisa menjamin??? Sudah pasti????" Aku terdiam, memang tak ada yang pasti, kecuali janji Allah. "Inilah, dia terus memikirkan orang, tak pernah memikirkan dirinya sendiri, nanti kamu juga yang rugi Nak!" ujar beliau.

Aku masih tetap pada pendirianku, aku masih memilki tanggungjawab kepada 'badan' yang memberiku amanah dan tentunya kepada Allah untuk menyelesaikan perjanjian.

Aku pergi berlalu, tak ingin memperpanjang debat, dan masuk ke kamar. Membenamkan wajah di bantal, lalu berteriak. Bulir-bulir bening bercucuran di pipiku. Dulu mereka yang ingin aku menggeluti 'ini', ini malah, aghhhhhhhhhhhh. Aku menatap langit-langit kamarku, perkataan mereka ada benarnya, bisikku dalam hati, tapi, aghhhhhhhhhhhhhhhhhh.

"Kak." Teriak adikku. Ternyata nasi goreng pun tiba. Kami tetap menikmati nasi goreng dalam satu lingkaran. Aku melihat mereka menikmatinya dengan perlahan, seperti ada yang terganjal, yang ingin kembali diungkapkan, namun tertahan agar tak merusak suasana makan malam yang harmonis. Selesai makan, aku kembali ke kamar, menghidupkan lepi karena ada tugas nge-host di acara Edos. Sembari nge-host, aku memberi like dan komen di beberapa status kawan-kawan, eh ada komen-komen yang membuat perutku tergelitik. Sedikit menghibur di suasana galau. Hal itu gak bisa buat perasaanku 'plong'.

Malam kian larut, badan pun kian kalut. Kurebahkan badan di kasurku yang empuk, suasana magrib tadi kembali terlintas.

Kupejamkan mata, semoga esok kutemukan jawaban.

Minggu ini ada tiga agenda dari pagi sampai sore, dua diantaranya menghadiri undangan senior dan kawan se-almamater. Kalau tidak mengingat kewajiban seorang muslim, aku sudah pulang, perutku kram, akhirnya menahan kram yang melilit, mendoakan saudara dengan senyum terkembang.

Pertemuan dengan kawan-kawan seperjuangan tadi juga masih tidak membuat perasaanku lega, masih belum ada gambaran. Malam ini, melalui buku "chicken soup for the soul" aku akan menjelajahi sisi-sisi positif dari kehidupan lain, kan kita bisa mengambil hikmah dari mana saja. Allah kan menyebar hikmah dimanapun dan kapanpun, so.... walau ini diambil dari kisah nyata keluarga 'barat' pasti ada hikmanya, ada lucunya, pastinya so sweet. Oke deh, selamat membaca. Semoga kegalauan hatiku besok sudah pudar. Amin ya Rabb.

"Akankah Mustika mengikuti keinginan 'mereka' atau mengikuti kehendak hatinya??? Yakinkah ia dengan keputusannya nanti?? Atau ada penyesalan di kemudian hari???" ujar Feni Rose dengan mata melotot dan bibir monyong kesamping.