twitter


[Bukan Buku Harian Biasa] – Yulina Trihaningsih
Tangerang. Ahad, 23 Oktober 2011 – Mimpi
 
                Hidup terasa lebih hidup bagiku setahun belakangan ini. Mungkin aku termasuk manusia yang telat menyadari apa sebenarnya mimpi-mimpi dalam hidupku. Ternyata, mengenali apa sebenarnya mimpi-mimpi kita, lalu memberanikan diri melangkah masuk ke dunia yang kita impikan, tenggelam dalam lautan dunia asing yang belum pernah kita pijak, membuatku tersadar ada hal-hal yang begitu menyenangkan untuk diperjuangkan, ternyata.  
                Aku tidak pernah menyesali keputusanku untuk menjadi Stay at Home Mommy. Tidak pernah merasakan bekerja kantoran dan menerima gaji :D. Namun, setelah sepuluh tahun berlalu, mengapa kurasakan sesuatu yang mengganjal? Aku merasa kehilangan sesuatu dalam diriku. Padahal, aku bukanlah ibu yang hanya diam di dalam rumah. Hari-hariku selalu terisi dengan kegiatan belajar dan mengajar, dan bertemu dengan banyak orang. Tapi, mengapa sering kurasakan sepi?
                Maka, aku mulai lagi menuliskan segala resahku dalam blogku di multiply yang sudah lama mati suri :D, dan terkadang catatanku itu aku share pula di FB. Tidak sering memang, namun suatu hari seorang teman lama di masa kuliah mengomentari catatan-catatan kecilku itu. Seseorang yang memang kukenal sebagai penulis sejak dulu J.
                Dia memotivasiku untuk terus menulis dan menyarankanku untuk ikut lomba-lomba kepenulisan online. Tidak lupa diperkenalkannya link di FB yang berisi banyak info tentang lomba kepenulisan online. Tiba-tiba saja aku seperti terbangun dari tidur panjangku. Aku seperti menemukan lagi semangat baru dalam hidupku, ketika kusadari seseorang telah menunjukkan dengan jelas kepadaku dunia yang sesungguhnya telah lama kucintai, namun entah mengapa aku seperti tersesat untuk masuk kembali ke dalamnya. Ketika kujelaskan kepadanya bahwa alasanku menulis hanyalah untuk ‘membebaskan’ perasaanku, dengan bijak dia membalas:
                “Menulis itu kan tidak harus untuk dinikmati sendiri. Bila orang lain bisa tercerahkan dengan tulisan kita, berarti kita sudah bersedekah kata ....”
Sejak saat itu, aku sangat menikmati hidup dengan bermimpi. Hari-hari terlewati dalam dunia aksara, bergabung dalam komunitas kepenulisan dan bertemu dengan banyak orang dengan mimpi yang sama. Sungguh, mimpi inilah  yang membuat hidupku terasa penuh warna dan menyenangkan.
 
*Berterima kasih kepada sahabat lama: Nursalam AR.