twitter


10 - 13 Sept 2011
OSPEK: Banyak Kisah dan Pelajaran


Akhirnya dapet kuliah juga... Meski bukan universitas negeri atau fakultas kedokteran yang kuimpi-impikan selama 6 tahun. Aku berkali-kali gagal dalam tes. Banyak orang menawariku, lebih baik lewat jalur belakang saja. Keluargaku darah biru yang cukup punya nama dan koneksi, akan sangat mudah untuk menghalalkan berbagai cara. Tapi kupikir, jika aku gagal berkali-kali, itu artinya aku tidak pantas menjadi bagian dari orang-orang berjas putih dan berkalung stetoskop. Akhirnya, aku masuk S1 Keperawatan. Orang tuaku juga mendukung lebih baik jadi perawat saja, cepat dapat pekerjaan & cepat kembali modalnya. Tapi aku belum ikhlas.

Aku alumni salah satu SMA negeri terfavorit di Bali. Aku tinggal mewarisi organisasi besar peninggalan seniorku. Aku dimanja dengan segala fasilitas dan banyak koneksi yang bisa kuhubungi tanpa kesulitan berarti. Proposal disetujui kepala sekolah tanpa basa-basi, dengan dana yang selalu tersedia. Pintu gerbang sekolah ditutup jam 7 pagi, dan aku sampai di rumah jam 7 sore. Jadi, setiap hari aku menghabiskan waktu selama 12 jam di tempat itu. Temanku rata-rata peringkat 1 sampai 3 di seluruh SMP. Setiap presentasi, aku merasa kelasku selalu bersitegang. Persahabatan yang tidak tulus. Saingan yah tetap saja saingan, meskipun kita berhubungan baik. Aku benar-benar hampa.  Kepribadianku berubah. Bukan lagi anak polos, cepat kasihan, penurut, terlalu ramah, dan cengeng. Sekarang, aku mulai bisa membangkang, cuek, memelototi orang yang mengomeliku, dan beradu argumen. Akhirnya 3 tahun cepat berlalu dan aku senang bisa memulai hidupku yang baru di bangku kuliah.

Dengan perasaan tidak plong, aku berangkat ke kampus untuk mengikuti ospek. Baiklah, sekarang aku harus ngampus di sekolah tinggi swasta, bukan universitas negeri. Udah itu kampusnya baru lima tahun lagi! Aku tak tahu kenapa aku bisa yakin menuruti ide gila orang tuaku. Namun seperti kata bijak, kita tidak akan tahu bagaimana rasanya sebelum mencoba sendiri. Dan aku akhirnya menemukan hal yang sangat luar biasa di sini. Sesuatu yang selama ini aku cari di SMA favorit tempatku belajar selama 3 tahun, tapi tak pernah bisa kutemukan.

Aku mendapat sahabat-sahabat baik dari berbagai daerah. Mereka sangat apa adanya, ramah, dan mudah diajak bekerja sama. OSPEK selama 3 hari dengan banyak tugas dan barang bawaan hingga aku kurang tidur dan makan. Tapi semuanya terasa mudah karena mereka, teman-teman sekelompokku di OSPEK. Kami cepat sekali akrab. Ada yang suka ketiduran di seminar, bahkan saat berbaris pun dia bisa tidur dengan posisi berdiri. Ada yang cinlok. Ada yang berbagi cerita tentang daerah masing-masing. Ada yang meniru medoknya bahasa daerah lain. Aku tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah lucu mereka. Tak ada deskriminasi. Aku menemukan diriku yang dulu lagi, murah senyum dan begitu hangat.

Impianku, bisa terpilih menjadi ketua umum jurnalis dan perangkat inti Badan Eksekutif Mahasiswa. Mungkin di sini, aku akan belajar lebih banyak bagaimana membesarkan organisasi yang baru lahir. Perlu berpikir keras dan solidaritas tinggi. Bukan lagi terima beres seperti dulu. Tantangan yang menarik itu mungkin akan membuatku betah di sini. Aku belajar banyak, bahwa memimpin adalah mempengaruhi orang lain dengan percaya akan bakat diri sendiri.


Mungkin waktu SMA, semua anak gadis mengimpikan kepopuleran dan kekuasaan. Tapi satu hal yang kupelajari saat kuliah, jika kita tampil di segala kesempatan dengan prcaya diri, ceria, santun dan menunjukkan semua yang kita miliki dengan rasa syukur, maka dengan sendirinya kita akan terlihat cantik, cerdas, hebat, dan dicintai semua orang. Sungguh luar biasa, kita diterima apa adanya oleh orang-orang di sekitar kita. Mengapa harus bermimpi menjadi orang lain, jika diri kita sendiri saja sesungguhnya sudah punya banyak hal yang mesti dibanggakan? Kita harus menyadari keistimewaan itu ada. Ayo…Ayoo, temukan keistimewaan dalam dirimu!

0 Coment:

Posting Komentar