twitter


SENANDUNG LAGU CINTA


        Dalam cinta, 13 September 2011

          Cinta, kata yang tak pernah habis untuk dibahasakan. Racikannya teramat manis dalam segala tataran hati sekalipun berada dalam tangan peramu rasa yang tak sama. Hadir tanpa rencana, menyeruak dalam damai di atas tahta rasa terindah. Mendekap dalam hangat para perindu yang masih menyimpannya sebagai butiran kasih.

          Hari ini, mendung bergelayut manja di langit tanahku. Masih membiru namun redup dalam sinar yang tak biasa. Seperti hari-hari sebelumnya akupun kembali berjibaku dengan rutinitas kerja yang mengharuskanku berinteraksi dengan banyak orang. Mengenal mereka satu persatu, mencoba  memahami karakter dan sifat yang kadang sesekali sempat membuatku terkejut. Aku yang terbiasa menakar hati dalam rasa nan lembut, harus jua tunduk pada karakter mereka yang terkadang keras. Bukan hanya terkejut tapi juga kadang air mataku kerap merembes setiap kali mendengar nada tinggi yang tak bersahabat. Tapi sekali lagi aku selalu mencoba berdamai dengan hati, mencoba mengerti dengan menempatkan diri pada posisi mereka. Dan syukur itupun akhirnya masih bisa aku lafazkan sebagai sebuah pembelajaran hidup. Sungguh manusia itu tak harus selalu sama dalam segala hal.

        09.15 ...
Tapi hari ini aku sangat bahagia sebab pelajaran paling indah menjemput hatiku. Cinta, ya hari ini aku mengerti apa itu cinta. Pagi ini seorang customer menjumpaiku. Wanita paruh baya dengan seorang anak kecil yang lucu. Kutebak  sih anak kecil itu adalah cucunya. Sembari melayani beberapa customer lainnya, sesekali mataku menatap ke arah mereka berdua. Suasana yang tak terlalu ramai membuatku dapat dengan jelas mendengarkan perbincangan mereka.
          “Nek, kok harimau itu meninggalkan anaknya ?”
          “Dia nggak meninggalkan anaknya, tapi sedang mencari makan untuk anaknya biar bisa tumbuh sehat kayak Zidan”
          “Owh, dia sayang ya Nek sama anaknya itu ?”
          Kulihat sang Nenek mengangguk sembari tersenyum. Kusempatkan juga melirik ke acara yang mereka tonton di televisi itu.
          “Jadi Mama Zidan meninggalkan Zidan sama nenek itu karena sayang sama Zidan ya, Nek ?”
          “Ya, kan Mama sama Papa kamu cari uang supaya Zidan bisa sekolah dan bisa makan”
          Saat tiba giliran mereka mendatangiku, aku tak tahan untuk tak bertanya.
          “Umur berapa cucunya, Bu ?”
          “Owh, baru tiga tahun. Maaf ya Mbak, dari tadi cerewet banget”
          Aku menggeleng pelan.
          “Anak yang cerdas, Bu” ujarku

          Senandung cinta # 1 … 
          Ikatan cinta yang nyata antara orang tua dan anak tak pernah bisa dipungkiri. Selalu saja abadi, tak pernah lekang.

============================================================

          11.30 ...
          Kulirik awan di luar, masih redup. Beberapa customer juga sempat kudengar mengeluh karena beberapa agenda mereka terpaksa dibatalkan sebab cuaca yang tak bersahabat. Pandangku tertuju pada sepasang anak muda yang sedang menunggu nomer antriannya dipanggil. Sikap mereka yang sangat mesra jelas saja menandakan hubungan yang tak biasa. Bukan sekedar persahabatan belaka. Kulihat laki-laki itu sangat perhatian padanya. Mulai dari mencarikan tempat duduk, menjawab setiap pertanyaan wanita itu dengan sabar. Sesekali senyum mereka terlihat beradu dalam tarian cinta yang indah. Aku dapat melihat pancaran mata dalam binar bahagia.
          Akhirnya apa yang aku fikirkan terjawab sudah. Benar tebakanku kalau mereka adalah sepasang pengantin baru. Umurnya masih relatif muda tapi mereka sudah berani mengambil komitmen bersama dalam ikatan suciNya.
          “Sudah berapa lama menikah ?” tanyaku saat mereka telah berada di depanku sembari menerima sejumlah uang yang hendak mereka tabung.
          “Satu tahun, Mbak”
          “Satu tahun tapi masih terlihat seperti orang pacaran ya ?”
          “Karena kami memang sedang pacaran”
          Aku bingung. Keningku sedikit berdenyit.
          “Nggak usah bingung, Mbak. Kami memang sudah menikah tapi kami nggak pernah pacaran sebelumnya. Jadi pacaran kami ya setelah menikah ini” jawab wanita itu
          Aku baru mengerti apa yang ia maksud. Subhanallah, orang lain yang melihat saja sangat bahagia. Apalagi mereka yang menjalaninya. Sungguh segenap cinta yang datang hanya karenaNya membuat setiap hati dipenuhi bahagia yang sebenarnya.

          Senandung cinta # 2 … 
          Biarkan rindu itu menari dalam altar sang Maha Cinta, untuk kemudian menjemput cinta yang semata hadir dalam rasa hanya karenaNya di suatu saat nanti, saat terindah seperti yang Dia janjikan. Maka jangan pernah gelisah atau resah.
==================================================================

        14.25 …
          Seorang customer yang setiap bulan selalu kujumpa, saat ia mengambil gaji pensiunnya. Hari ini dia datang. Seperti biasa dia tak pernah sendiri. Sosok inilah yng selalu membuat hatiku bergemuruh dalam haru. Mungkin aku yang terlalu cengeng dalam memaknai hidupnya tapi dia masih menjadi sumber inspirasi hingga saat ini.
          Usianya sudah sangat tua. Setiap kali kemari, dia senantiasa bersama sang istri. Selalu berdua. Menggunakan jasa becak yang mengantarkan mereka untuk sampai di kantor ini. Tahu kenapa aku sangat kagum pada pasangan ini ? Karena kesetiaan yang mereka punya. Sang istri menderita kebutaan sudah sejak lama. Dunia yang semakin indah ini telah menjadi gelap dalam pandangnya. Menurut dokter kebutaannya sudah permanen sejak beberapa tahun terakhir.
          “Pak Abu Hanifah, kenapa Ibu masih ikut ? Apa nggak kasihan. Lagipula rekeningnya kan atas nama Bapak, jadi cukup Bapak yang datang kemari sudah bisa dicairkan kok” tanyaku suatu kali
          “Mbak, istri saya memang sudah buta. Tapi dulu waktu dia masih melihat, kami selalu kemana-mana bersama. Jadi saya ingin agar dia tetap bisa menikmati dunia. Dia masih bisa melihat karena saya yang akan menjadi matanya”
          Subhanallah, takbirku bergema dalam kalbu. Aku tersentak seketika. Begitu besar cinta yang mereka punya, terikat dalam kesetiaan yang tak lekang sekalipun semua telah berubah kini. Kuyakin, cinta mereka bukan karena rupa, materi atau tahta tapi semata karenaNya.
          “Kenapa, Mbak ?” ujarnya
          Aku tersenyum. Tapi beberapa tetes hangat sempat menyentuh pipiku. Indah, hanya itu. Aku dapat merasakannya bahkan saat kulihat mereka beranjak meninggalkanku yang masih termangu. Aku beruntung bisa mnegenal mereka, sebuah pelajaran yang indah.

          Senandung cinta # 3 …
          Cinta yang indah karenaNya takkan pernah surut sekalipun keadaan tak lagi serupa seperti semula. Sebab ia ada di hati, bukan pada potret diri yang akan berubah seiring waktu.

          Bkl. 13 09 2011

0 Coment:

Posting Komentar