twitter


Selasa, 13 September 2011 pukul 20:13

KEHILANGAN SAHABAT

Aku merindukan sahabat terbaikku, sahabatku di saat ku masih duduk di bangku SMP. Namanya Ikke Susanti. Orangnya cantik, putih, dan selalu ceria. Dia sangat perhatian, peduli, dan tidak pernah membuatku sakit hati. Sejak kelas satu, dia selalu di sampingku. Duduk sebangku, bercengkerama, dan selalu mendendangkan lagu untukku. Dia jago main gitar, yang ia pelajari dari kakaknya, Iqbal. Entahlah, berada di sampingnya selalu membuatku terhibur, hingga ku merasa sedih jika ia tak berangkat sekolah.

Suatu hari, ia mengajakku jalan-jalan di sebuah mini market. Ia memang sering mengajakku ke sana, meski sekedar jalan-jalan tanpa membeli apapun. Dia memang sangat suka berbagi cerita, curhat ataupun menanyakan keadaanku di saat jalan-jalan denganku. Itu yang membuatku betah berada di sampingnya, sebab aku merasa dihargai. Berbagi cerita suka dan duka denganku membuatku merasa berharga. Itulah sebabnya aku mengiyakan saja ajakannya untuk jalan-jalan ke mini market langganan kami. Sama sekali tak terbersit ada sesuatu yang akan membuatku teringat terus sepanjang hidupku.

“Ayo Put, ambil apa saja yang kau mau…..” kata Ikke setelah cukup lama kami berjalan dan ngobrol.

“Apa? Ambil apa saja? Maksudnya?” tanyaku heran. Ada yang aneh, sebab biasanya Ikke menawarkan dulu jika ingin memberikan sesuatu untukku. Tapi saat itu Ikke mempersilakan aku untuk mengambil sesukaku. Tapi aku tidak berani mengambilnya, khawatir Ikke hanya becanda.

“Iya,ambil saja…. Nggak apa-apa kok! Mumpung aku lagi ada rejeki….” jawabmu santai.

“Tapi kenapa? Kamu sepertinya sedang mengistimewakan aku…. Jangan begitu ah! Aku kan jadi nggak enak….” jawabku masih tak percaya dengan perintahnya.

“Emang kamu nggak tahu ini hari apa?” tanya Ikke heran.

“Hari apa? Hari Selasa! Emang ada apa sih? Kok pake nanya hari segala?” jawabku tak mengerti.

“Kamu beneran nggak tahu?”

“Nggak! Emang hari apa??” aku balik bertanya, masih tak mengerti.

“Ya Allah, Put….. Masa kamu nggak ingat? Bukannya sekarang hari ulang tahunmu?” tanya Ikke sambil geleng-geleng kepala. Aku pun langsung mendadak kaget.

“Ya Allah! Kenapa aku bisa lupa ya Ke? Iya…. Sekarang kan tanggal 28…..” jawabku, masih dengan mimik muka kaget. Sungguh! Aku benar-benar lupa dengan tanggal lahirku sendiri. Mungkin karena aku sejak kecil tak pernah merayakan ulang tahun, jadi hari-hari yang kulalui tidak ada bedanya, tak ada yang istimewa buatku. Aku benar-benar malu sama Ikke. Aku yang ulang tahun, tapi malah Ikke yang ingat tanggal lahirku. Entahlah, tiba-tiba saja airmataku meleleh. Tak kusangka sahabatku begitu perhatian padaku, padahal aku sendiri tidak peduli dengan yang namanya ulang tahun. Masih dengan posisi berdiri dan mata berkaca-kaca, ia langsung memelukku dan berucap:

“Selamat ulang tahun ya? Semoga panjang umur, makin pintar, dan bahagia selalu….”

Aku tak kuasa menjawabnya, bahkan aku makin terisak-isak dibuatnya.

“Makasih ya Ke? Kamu baik banget……” jawabku, masih dengan terisak-isak.

“Okey, sekarang kamu tinggal pilih, mana yang kamu suka. Ambil saja…. Nggak pa-pa kok!” kata Ikke sambil tersenyum.

“Nggak ah! Aku tidak butuh apa-apa kok Ke…. Memiliki sahabat yang baik seperti kamu saja sudah membuatku  bahagia. Thanx ya Ke, kamu sudah membuatku happy….” jawabku sambil menggandeng tangannya. Lalu Ikke menarik tanganku menuju rak yang berisi coklat-coklat, dan ia memberiku beberapa coklat kesukaanku.

“Ini buat kamu, sebagai hadiah ulang tahunmu….” kata Ikke dengan senyum manisnya. Aku pun dengan senang hati menerimanya…..

###***###

Mengingat itu semua, membuatku kangen ingin berjumpa dengan Ikke, sahabat lamaku. Tapi sayang, sejak ia pindah ke Maluku mengikuti keluarganya karena ayahnya bertugas di sana sebagai perwira Negara, aku tak mendengar beritanya lagi.

Aku kehilangan berita tentangnya. Sempat terdengar ia kini tinggal di Jakarta, tapi yang memberi kabar juga kini entah di mana keberadaannya. Kini aku telah kehilangan sahabat terbaikku. Ikke, semoga Tuhan mempertemukan kita kembali…. Amin.

***

0 Coment:

Posting Komentar