13 September 2011 Pukul 03.43
Cuci Darah (Hemodialisa)
"Senin", hari yang dulu sangat kubenci karena harus berdiri satu jam untuk upacara bendera. Hari yang buat aku merasa spesial saat Ultahku tepat di hari ini. Atau hari dimana aku merasa dekat dengan sang Khalik karena masih dikuatkan untuk berpuasa sunnah senin-kamis. Tetapi, sekarang berbeda, Senin adalah hari dimana ritual pencucian darahku dilaksanakan.
Robb, terkadang terbesit iri dalam hati melihat teman-teman seusiaku yang kini sibuk meniti karier, atau menikmati masa-masa penuh tantangan dalam menggapai cita. Melihat keadaanku sekarang, hati ini sakit Robb, menjalani keputusan-Mu ini.
Aku masih ingat, ketika impian telah di depan mata, ketika rencana panjang telah tersusun, dan ketika semua hampir sempurna, tiba-tiba semua harus terhenti. Aku harus rela meninggalkan itu semua karena penyakit ini. Kerusakan ginjal yang Engkau kirimkan kepadaku....
Robb, ketika jarum besar ini berhasil melubangi pembuluhku, hingga semua isinya terpancar dalam lekuk-lekuk selang ini, aku menyebut nama-Mu. Mencoba memandang sel-sel darahku yang mengalir deras dalam labirin selang-selang panjang yang seperti tanpa muara akhir. Darahku begitu merah, namun siapa sangka. Merah bukan berarti bahagia, merah bukan berani, tapi merah ini adalah kotor. Ternoda oleh racun-racun sisa metabolisme tubuhku. Hatiku hanya berharap, semoga dalam noda darahku ini, masih ada nama-Mu di setiap gerakannya. Amien.
Kadang aku berfikir, bodohnya aku yang dulu selalu melupakan begitu banyak nikmat yang selalu Engkau beri. Nikmat minum, makan, olahraga, bahkan bernafas dengan lengang dan lega. Aku lalai untuk bersyukur Robb. Sekarang, ketika semua nikmat itu telah Engkau cabut, aku menangis. Protes.
Air yang dulu sanggup kunikmati semauku, kini Engkau batasi, Fisikku yang kuat kini lemah tak berdaya, nafasku pun, kini penuh sesak. Karena jantung ini harus berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Derita ini begitu Perih, Robb. Namun, Sekali lagi, aku hanyalah mahluk-Mu. Tak punya kekuatan dan daya apa-apa. Hanya kepadamulah aku bergantung dan meminta pertolongan.
Gagal ginjal ini telah memakan habis dagingku, hampir 1 tahun kulalui semua ini dengan rima iman yang bergejolak. sabar, marah, benci, ingin mati, semua bercampur dalam diri. PHK, hilangnya kesempatan, kehilangan orang yang tercinta, perubahan fisik yang tidak terelakkan, membuatku sadar:
"kemanakah muara akhir hidupku ini?"
apakah kekayaan? keindahan fisik? istri cantik? hidup makmur? kejayaan ?
Tapi, jika semua itu telah lenyap, tak ada sisa kecuali penyesalan....
Tetap semangat, Hadapi, Hayati, dan Nikmati semua Takdir Allah, Ful!! karena Allahlah yang menciptakanmu, tentu saja Dia yang lebih tahu apa yang terbaik buatmu!!
Terimakasih Rabb
Semoga cintaku selalu terlimpah untukmu......
Saiful Anwar