twitter


Sudah lama banget aku gak menyapa teman-teman On Lineku terutama warga WR. Hari ini aku pengin nyempetin waktu buat mereka. Khusus yang sudah nulis BBHB ini, khususnya Mbak Repita Hadi, Mbak Mustika WS, mbak Yulina T, aku minta MA'AF baru hari ini aku update BBHB kalian. Tapi itu bukan karena kesengajaan, aku benar-benar sangat sibuk. Aku ikhlas kok kalau kalian bilang macem-macem tentang aku termasuk ngatain aku ganteng dan imut aku terima dechhhh... heheheheh

Hari ini aku agendakan jadwal aja deh biar urut:
1. Update CHSP
2. Edit event "Kesetiaan yang tersisih" dan menerbitkannya
3. Edit event "Bingung"
4. Persiapkan event baru (heheheheheh apa ya?)
5. Katanya pengin terbit buku solo? iyaaaa.... duh sampai lupa dan omong doang kakakak
6. Update Blog pribadi..
7. dll

mudah-mudahan gak ada pelanggan yang rese dan menyela pekerjaanku heheheheh SEMANGAT !!!


Sudahkah Kamu Menemukan Passionmu??

Oleh Launa Rissadia


Akhirnya aku telah menemukan jalanku. Jalan di mana aku akan berjalan dan berjuang untuk meraih impianku. Aku sangat suka membaca buku dan sangat terinspirasi oleh penulis-penulis sukses baik penulis di Indonesia maupun penulis Internasional. Aku banyak belajar dari beberapa buku mereka yang telah kubaca. Aku ingin sukses seperti mereka. Keinginan yang simple tapi tidak mudah dan perlu banyak usaha yang harus aku lakukan.


Aku ingin mengubah hidupku. Aku tidak ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja dan tidak ingin begitu saja mengikuti alur kehidupan yang berjalan tanpa tahu arah serta tujuannya. Aku memiliki jalanku sendiri. Walau nantinya akan banyak rintangan serta tantangan yang akan aku hadapi, aku akan terus berjalan, berjalan, dan berjalan.


Aku juga ingin menjadi orang yang berguna tidak hanya bagi keluargaku tetapi juga bagi semua orang. Impian terbesarku dari setahun lalu adalah menjadi seorang penulis sukses. Penulis yang tidak hanya sukses dalam kehidupan pribadinya tetapi juga kehidupan sosialnya.


Memang baru empat bulan aku menemukan jalanku dan itu sudah pasti waktu yang sebentar. Tapi selama empat bulan tersebut aku telah mendapat banyak pengalaman dan pelajaran sebagai bekal buatku. Bekal untuk masa depanku.


Berawal dari passion yang aku ketahui sejak agustus lalu, aku merasa hari-hariku empat bulan terakhir ini sangat berguna dan jauh lebih baik dibandingkan sebelum aku mengetahui passionku. Karena passionkulah aku semakin bersemangat untuk meraih impianku.


Setelah aku mendapat dua berkah di bulan ini, aku merasa diriku yang sekarang jauh lebih baik. Kalau dulu tidak ada hal yang bisa aku banggakan dari diriku sendiri, setidaknya sekarang ada. Aku tahu dan sangat menyadari perjalananku masih sangat panjang. Ini adalah permulaan bagiku.


Aku tidak tahu kapan aku akan sampai ke tujuanku dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku hanya tahu bahwa aku harus terus berusaha keras dan terus berjuang untuk meraih impian-impianku. Aku tidak akan berhenti sampai aku meraih impianku dan tahu di sanalah aku akan berhenti. Walau aku tahu itu akan membutuhkan proses yang panjang dan waktu yg banyak tapi aku tidak akan menyerah.


Bagaimana denganmu?? Apakah impian terbesarmu?? Sudahkah kamu berjalan di jalan yang tepat sesuai passionmu??
Temukanlah passionmu maka kamu akan mengetahui kemana tujuanmu.


16 Desember 2011
Repita Hadi

Lolos Dari Maut

Innalillahiwainnaillaihiroji'un.... Aaa... mataku seketika ingin merem dan teriak ketakutan. Pagi ini baru saja aku turun dari bus yang membawaku ke kota metropolitan dari Ngawi. Langkahku agak terburu-buru karena harus di kejar sang waktu. Tapi sayang bus yang biasa datang subuh hari ini diba di tempat tujuan sudah pukul 6 pagi.

Di seberang melempar SMS bahwa sebentar lagi akan berangkat, itu artinya surat yang kubawa dari kampung untuk keperluan pajak motor tidak bia di bawa serta, dan terlambat....

Itulah sebabnya kenapa aku buru-buru untuk menyeberang jalan yang ternyata salah ketika aku turun. Kulihat di sebelah kanan, perempatan jalan utama itu sedang menunjukkan lampu warna merah, egera ku;angkahkan kaki, namun naas sampai di tengah jalan lampu menyala hijau .... Astaghfirullah.... Dari arah kiri tepat di jalur aku berdiri kiri kana ada beberapa mobil besar besar, truck gandengan berdempet dengan angkot dan mobil box yang saling mendahului kebut-kebutan mengejar waktu nyala hijau yang tidak lama.

Mendadak lemas dan ngeri membayangkan ya Allah ... takut sekali, apa jadinya tubuh dan nyawaku jika tertabrak. Alhamdulillah... Allah menolongku, pak sopir begitu mahir membawa mobil mereka. Terimakasih ya Allah, Kau begitu sayang padaku, walau pun terkadang aku sering lalai. Terimakasih ya Allah atas nikmat selamat yang tiada ternilai ini.

Sambil menunggu hilang rasa gemetar akirnya aku duduk sembari mencari taksi yang tak kunjung ada yang kosong.
Nikmat Tuhan yang manakah yang kau abaikan? Subhanallah....

Hikmah dari semua kejadian ini adalah, bahwa dalam keadaan apa pun kita tidak perlu terburu-buru mengambil langkah. Ketenangan adalah sesuatu yang mahal, sulit dan terkadang luput dari keadaan yang menguasai kita. Tetaplah kita bersyukur atas setiap kejadian yang menimpa kita, karena semua ada hikmahnya.


Wah gawat kaki bapak sakit, katanya "dengkul" yang kiri susah digerakkan, katanya juga udah diterapi pakai mesin elektrik selama 3 hari ini. Waduh, aku pikir justru itu yang bikin sakit.. hmmmmzzzzz
Sorenya aku anterin ke dokter.. hadehhhh banyak juga antrinya, sabar aja dah...

Minggu, 11 Desember 2011
Hari ini masih senggang, waktunya bersih-bersih dan kembali On Line. Sambil nunggu jam 02.00 ada jadwal main badminton. Tapi ...... bapakku kan lagi sakit, terus si Sapi siapa yang mau mencarikan rumput?? aku bergegar "memateni" komputer dan langsung ke sawah...

"hah... ini jam 12.00 lho"
"Emang napa?"
"masak ke sawah bukannya ngentang entang panase, mletheke bun-bunnan" (panasnya mecahkan ubun-ubun)
"aeee,,,, ra urusan, penting sapiku wareg, lagian bapakku gak bisa nyari rumput, jadi harus aku ni yang biyayakan"

setelah dapat banyak langsung pulang, waduuuhhhh tanganku tergores-gores "kolonjono" kakakak jadi gak imut lagi dah tanganku... biar aja deh penting pacar gak berpaling.....

"yanck... kamu suka nyari rumput kolonjono ya" pacarku
"kok tahu?"
"karena kamu telah mengijaukan hatiku dengan goresan-goresan cinta" kakakakak gombal gambel deh dirimu ini

"mmmmm... yanck, kamu anggota WR ya??" pacarku
"kok tahu?"
"karena kamu telah menginspirasi hatiku" cieeeeeeeeee....... gombal gambel lageeeeeee....

(itu sekelumit SMS aje xixixix)

***
sampai dirumah:
"hey sapiku apa kabar"
"hemmmmaaaaaohhhhhhhh"
"apa?"
"hemaaaaahhhhhhh"
"hah.. apa, kok gak jelas gitu sih?"
(sapiku diem.. dan memandangiku...aku bengong juga)

lalu aku tertawa sendiri, aku yg bodoh apa sapiku yang bego' ya?? kakakaka..... wis lah diem aja ini kukasih makanan yang uuuennnnakkkk... kolonjono hasil keringatku ya... dihabisin Okey?!
Haduuuuhhh sapiku kok gak "dokoh" (lahap) sih makannya....
"Hemmoooooooohhhhh" sapiku
"emooh yaw wis.... ngelih po urusanku, keliren yo rasakno DW, yukkk dada goobye"

aku tinggalkan sapiku, emang sih dia gak begitu suka kalau aku yang kasih makan, cuma si bapak yang ia harapkan. huh dasar sapi edan!!

***
Jam 02.00 akhirnya bisa badminton juga, tunguuuuuuuu kawan2


Hari ini serasa sangat merdeka, semua pekerjaanku sudah kurampungkan sejak subuh tadi. Tinggal beberapa namun tidak mendesak. Aku bingung harus susah atau senang. Aku senang karena aku bisa istirahat. Namun aku juga susah karena pendapatanku berkurang (heheheh ketahuan materialistis). Ah tapi lupakan, fikiran ini harus diistirahatkan agar tidak stresssssss....

Hari ini aku mulai memikirkan pekerjaan onlineku yang terbengkelai, ya skripsi, ya cerpen, proyek bukum dan juga beberapa order desain. Ada lebih dari 6 (enam) skripsi yang harus tertunda.. untung tidak diburu-buru

Siang ini banyak waktu luang, aku matikan komputer, kebetulan salah satu temanku (Fery) datang ke rumah disusul Enjer, Moko, Kibri dan Patlas. (hmmmmm mereka merupakan beberapa teman terbaikku) Mereka tahu aja aku baru nyantai. Sambil dengar musik aku sempatkan untuk membaca buku "LUKISAN KEABADIAN" karya Kahlil Gibran. Lumayan dapat sedikit ilmu tentang puisi.

Agak sore aku diajak tennis meja ke SMPN 1 Pracimantoro (dekat rumah) sudah lama sekali aku tidak ke sekolah tempat sekolahku waktu SMP dulu ternyata sudah sangat berubah. Jadi lebih bagus. Namun ada beberapa yang masih tetap dan tidak bisa dilupakan.... (heheheh gubrakkk)

"hey ayo main..!!"
"Oke oke oke"

aku bengong ngeliat memory itu, akhirnya kaget dikejutkan teman2ku... yuk main tennis meja sampai mangrib tiba.

****
HARI SANGAT senang, karena jarang sekali aku ngumpul sama teman-teman selama ini. mudah-mudahan tidak merubah dan merenggangkan persahabatan hanya gara-gara jarang ketemu. Aku berharap semua ini akan terlukis abadi seperti kata Kahlil Gibran heheheheh



[Bukan Buku Harian Biasa] – Yulina Trihaningsih
Tangerang. Ahad, 4 Desember 2011 – Cerita Kehidupan
 
Sudah lama nggak posting BBHB. Hari ini, aku ingin sekali menulis kisah nyata tentang istimewanya kekuatan doa dan salat Dhuha dalam kehidupan sebuah keluarga yang aku kenal ^_^. Aku tuliskan sebagai catatan kecil pengingat diri ini ....
===========================================================
 
                Pak Anto dan Bu Ina adalah sepasang suami istri yang sedang berhajat ingin menjual rumah mereka. Alasan pertama, karena Pak Anto mendapat promosi untuk merintis satu cabang pabrik baru di lain propinsi. Alasan kedua, anak-anak mereka sudah tumbuh semakin besar, dan rumah mungil yang mereka tempati saat ini, terasa begitu sesak hingga tidak menyisakan tempat untuk bernapas. Akhirnya, bulatlah keputusan Pak Anto dan Bu Ina untuk menjual rumah mereka.
 
Tapi, urusan menjual rumah, tentulah tidak seperti menjual kacang rebus. Kota tempat tinggal mereka saat ini, adalah kota penyangga ibu kota negara. Mereka berharap sekali mendapatkan harga yang tinggi untuk rumah mungil mereka, agar dapat membeli rumah baru yang lebih besar dan luas di kota tetangga.
 
Hingga suatu pagi, keduanya menonton sebuah acara TV yang dipandu oleh seorang ustad muda. Ustad tersebut bercerita tentang kehidupannya di masa lalu yang terlilit banyak hutang, dan kemudian memutuskan menyerahkan segala urusannya itu kepada Allah saja. Dia lakukan salat Dhuha setiap hari, dan memutuskan untuk menginfakkan 100% royalti penjualan bukunya di saat sulit itu. Dan, subhanallah, betapa Allah kemudian menunjukkan kuasa-Nya, dengan memberikan ganti yang berlipat-lipat, dan menghapus semua hutangnya.
 
Pak Anto dan Bu Ina tercenung. Mereka merasakan juga betapa beratnya hidup mereka saat ini, karena mempunyai hutang kepada manusia (baca: bank). Apalagi, mereka juga mempunyai hajat untuk menjual rumah mungil mereka secepatnya.
 
Maka, Pak Anto dan Bu Ina pun mulai memperbaiki lagi salat Dhuha mereka. Yang tadinya hanya dua rakaat, sekali-kali saja. Sekarang menjadi enam rakaat, minimal, setiap harinya. Bu Ina berdoa sungguh-sungguh di setiap salatnya, hingga tidak terasa air matanya mengalir.
 
“Janganlah Engkau tahan rezeki kami, Ya Allah ....  Ampuni dosa-dosa kami, hapuslah hutang-hutang kami, dan mudahkanlah setiap hajat kami di dunia ini.”
 
Salat Dhuha mulai mereka langgengkan. Hingga kemudian, mereka mulai memikirkan apa yang bisa mereka infakkan 100% di saat ini. Untuk mengorek uang belanja, rasanya sulit dan tidak seberapa. Tiba-tiba Bu Ina ingat uang tabungannya di arisan RT yang masih berjalan. Rencananya kalau dapat, uang itu untuk membayar uang buku sekolah kedua anaknya yang sudah ditagih pihak sekolah, dan juga untuk menambal kebutuhan mereka sehari-hari.
 
“Yah, bagaimana kalau nanti dapat uang arisan, kita infakkan 100%?” usul Bu Ina. Pak Anto memandang istrinya, tersenyum.
 
“Wah, boleh, Bu. Berapa sekali dapat?”
 
“Dua juta kurang 50 ribu. Tapi, baru dua kali kocokan. Yang ikut 27 orang. Sekali kocok, yang dapat dua orang,” jelas Bu Ina, merasa tidak yakin.
 
“Yah, kita berdoa saja. Siapa tahu jodoh.” Pak Anto menyemangati istrinya.
 
Ketika awal bulan tiba, dan arisan akan dimulai, Bu Ina sempat merasa ragu. Ia merasa, seperti sedang menguji keyakinannya terhadap janji Allah. Merasa tidak yakin juga, pantaskah dirinya mendapatkan janji tersebut. Namun, dia pasrahkan saja semuanya kepada yang menggenggam jiwanya.
 
Ketika kocokan dikeluarkan, keluarlah dua gulungan kertas dari dalam gelas. Bu Budi, ketua arisan, meminta Bu Ina dan Bu Evi untuk membuka gulungan kertas itu.
 
“Bu Budi!” seru Bu Evi membaca nama yang ada di dalam gulungan kertas di tangannya. Ibu-ibu mulai ramai menggoda Bu Budi yang mendapat arisan. Gemetar tangan Bu Ina membuka gulungan kertasnya.
 
“Bu Rini ...” seru Bu Ina pelan.
 
“Wah, Bu Rini nggak hadir ini, bagaimana?” tanya Bu Budi.
 
“Tapi, kalau dia sudah bayar sih, kasih aja, Bu. Kasihan ...” Bu Ratna bersuara.
 
“Hm ..., begitu, ya? Tapi, bulan lalu namanya juga keluar, dan dia menolak dapat di awal. Coba saya tanyakan dulu, ya ...” inisiatif Bu Budi.
 
Sementara itu, pelan-pelan Bu Ina mencoba berkompromi dengan perasaannya. Ada sedikit rasa kecewa di sana. Dia tersenyum, mencoba melapangkan hatinya.
 
“Ibu-ibu ...,  Bu Rini minta namanya dimasukkan lagi. Jadi, kita kocok satu lagi ya, Bu ...” Bu Budi melaporkan setelah menelpon Bu Rini.
 
Ibu-ibu tertawa dan mulai kembali berharap. Satu gulungan kertas keluar lagi dari gelas kocokan. Bu Budi kembali menyerahkan gulungan itu kepada Bu Ina.
 
Perlahan Bu Ina membuka gulungan itu dan membaca nama di sana. Sebelum berbicara, dihadapkannya kertas itu ke arah ibu-ibu agar semua dapat melihat dan ikut membacanya.
 
“Wah ..., Bu Ina ...!” seru ibu-ibu sambil tertawa. Sementara Bu Ina hanya bisa tersenyum sambil berusaha meredakan gemuruh yang ada di dadanya. Rasanya ingin menangis. Menyadari, dia sempat meragukan janji Tuhannya. Entah bagaimana dia bisa menjelaskan semua peristiwa yang baru saja dia alami. Tapi, yang pasti, sejak saat itu dia bertekad untuk tidak meninggalkan salat Dhuha, dan tidak akan pernah lagi meragukan janji sang penguasa langit dan bumi.
 
*Dan cerita ini masih berlanjut ... ^_^


BBHB_RIRI MARETTA (RI RAMAYA)
 
Dari Awal Memang Dia
Hy sobat WR semuanya, dah lama nih aku ga gabung di WR. Ada BBHB, aku belum pernah curhat di sini. Bingung sih mau curhatin apa. Aku kalau nulis sukanya tentang cinta, hehehe. Oke deh, kisah kali ini tentang cinta dan WR.
Sebelumnya aku ga pernah nyangka. Fajar (sebut saja namanya itu), laki-laki di masa lalu yang kini hadir mengisi hari-hariku. Setiap kali selesai salat, aku selalu ingat dia. Dia yang beberapa waktu yang lalu menjadi imamku dalam salat berjamaah. Kucoba mengingat kembali kenangan-kenangan dulu dengan laki-laki yang sempat mengisi hatiku. Sepertinya tidak satupun dari mereka yang pernah menjadi imamku ketika salat.
Apakah itu yang pertama kalinya dia menjadi imamku? Ternyata tidak. Waktu zaman sekolah dulu, dia pun sering menjadi iman dalam salat berjamaah di sekolah. Dalam do’a aku berharap, semoga memang dia yang akan menjadi imamku kelak dalam keluargaku.
Waktu begitu cepat berlalu, sebelumnya dia bukan siapa-siapa di hatiku. Dia hanyalah masa lalu yang dulu mendambakanku, dan aku pun mungkin sepertinya begitu. Bahkan dia adalah rivalku di sekolah dulu. Banyak orang yang menginginkan kami seperti King and Queen. Tapi, kami malah seperti anjing dan kucing yang setiap hari bertengkar. Jarak dan waktu memisahkan kami sepuluh tahun lamanya, kami tumbuh dengan kedewasaan. Facebook mempertemukan kami dua tahun yang lalu, ketika saat itu aku baru saja memulai suatu hubungan serius dengan seorang laki-laki yang aku sebut tunanganku.
Indra (tunanganku) tidak suka aku aktif di dunia tulis-menulis. Hingga akhirnya, aku menyembunyikan keberadaanku di WR. Setiap kali membuat notes di Facebook, selalu kusembunyikan darinya. Long distance relationship kami akhirnya putus di tengah jalan akibat keterkekangan yang kurasa.
Cerita seputar dunia tulis menulis semua kuceritakan kepada Fajar. Bahkan, berkat dia aku bisa ada di SMCO angkatan 2. Waktu itu 31 Januari 2011, hari terakhir mendaftaran SMCO WR.
Obrolan jarak jauh antara aku dan Fajar :
Aku        : Fajar, lo lagi sibuk ga? Bisa bantu gw? Pokoknya sibuk ga sibuk lo harus bantu gw! ^_^
Fajar      : Apa tuh?
Aku        : Punya ATM Mandiri ga?
Fajar      : Punya.
Aku        : ATM gw lagi kosong nih, maklum lah anak kost akhir bulan. Bisa ga lo transferin duit Rp. 50.000,- ke Rek ini 12345xxxxx? Sekarang?!
Fajar      : Nyusahin aja! Buat apa sih?
Aku        : Gini, gw kan mo daftar Sekolah Menulis Cerpen Online gitu, hari ini terakhir pendaftarannya. Kalau ga sekarang kapan lagi coba? (Dulunya ga tau bakal ada angkatan 3,4 dst). Lo kan cakep... ^_^
Fajar      : Tunggu aja.
Aku        : Kalau udah, bukti tranfernya lo scan yah, terus lo kirim ke e-mail gw!
Fajar      : Hah?? Iya-iya!
Malam harinya :
Fajar      : Cek e-mail tuh!
Aku        Yup!
Beberapa saat kemudian :
Aku        : Mana?? Apaan?? Hitam, gelap!
Fajar      : Apanya?
Aku        : Mana gambarnya? Hitam aja filenya. Kirim lagi, scan yang bener dong!
Fajar      : Arrrggghhh!
Beberapa saat kemudian :
Fajar      : Cek lagi tuh!
Aku        : Sip! Makasih ya sayang... Ntar aku balikin duitnya. ^_^
Fajar      : Wkwkwkwkw...
Aku        : Ih! Dipanggil sayang, bahagianya!
Di saat mau ngirim e-mail pendaftaran ke PP Joni Lis, malah internetku yang ngadat. Hadew...! Cobaan apa lagi nih? Padahal dah mau tengah malam. Saking takutnya ga bisa gabung di SMCO WR, aku smsin aja yang punya WR_nya.  Jadilah aku murid SMCO angkatan 2. Hehehe... ^_^
Bagi Fajar, ungkapan cintanya yang pertama kali kepada seorang perempuan adalah kepadaku waktu kelas 3 SMP. Bagiku, Fajar adalah adalah laki-laki yang kesekian yang pernah ada di hatiku. Kini, aku ingin dia menjadi yang terahir di hatiku. My rival is now my lovely...
 
Raflessia City, November 25 2011-11-25
Ba’da Ashar
For My Lovely at Minang Kabau Village


BBHB-REPITA HADI
18 NOV 2011
KETIKA SABAR HARUS MEMILIH

Malam ini aku terlelap dalam mimpi yang membelalakkan mataku ketika terjaga. Tahukah kau apa itu?
Oh my God, aku bertemu dengan seorang teman, sahabat yang kemudian merusak persahabatan dengan cara
dan hatinya.
Persahabatan kami mulai renggang ketika entah dengan atau tanpa sengaja dia mengatakan padaku, "sebenarnya aku mencintai kamu,"
beriring penyerahan sepucuk undangan pernikahannya dengan seorang gadis yang aku tak mengenalnya.
HMM, bukanlah masalah berat namun aku merasa dipecundangi sebagai seorang sahabat.
Aku tetaplah aku yang dulu, aku tak ingin ukhuwah terputus hanya karena masa lalu konyol yang tak terealisasi.
Adakah hikmah di balik semua ini?
Begitu banyak hal yang kudapatkan dari semua itu, Allah sedang mengujiku, memprosesku dengan sebuah kesabaran yang selama ini kurang kumiliki. Allah lebih menghidupkan hatiku dengan ujian ini karena membawaku lari dan semakin dekat dengan-NYA. Allah juga tumbuh suburkan perasaanku membaca lingkungan.
Pengalaman adalah guru paling berharga, dan aku terlalu kerdil tanpanya. Kini hari ini aku kembali di ingatkan, bahwa aku harus terus bersabar dan sabar menjalani hidup, karena hidup adalah pilihan, perjuangan dan masa depan. pilihan karena harus mampu memilih antara dua sisi 'kiri dan kanan'. Perjuangan, untuk tetap berada pada pilihan demi masa depan yang harus di lalui, masa depan yang menjadi impian indah, bukan sekedar sebuah mimpi.
Dan ketika aku terjaga ternyata sudah jam tiga, artinya aku pun kembali di ingatkan, bahwa aku harus segera penuhi panggilannya. Bye bye mimpi kau hanyalah bunga tidur, walau pun tokohnya pun bagiku benar-benar pemimpi.


Bukan Jodohku_07 Nov 2011
 
Aku dan kakak seniorku di SMA pergi
ke plaza untuk mencari tas dan kado buat pernikahan senior kami yang lain. Setelah
mendapatkan kado, kami meluncur ke tempat yang lain.
Kami mengelilingi hampir semua toko tas yang
ada di plaza tersebut. Dimulai dari lantai paling dasar sampai atas. Memilah-milah
mana yang bagus dan menempel di hati. Tibalah pada satu toko, shoplifter yang ramah sangat sabar
menjawab semua pertanyaan yang kami ajukan. Tetap memberi senyum walau kami
tidak jadi beli.
Tibalah pada toko berikutnya, dia malah
marah-marah karena tidak jadi beli sambil bermuka masam, padahal kami sudah
meminta maaf. Setelah berkeliling lagi dan berpikir, kami memutuskan balik ke
toko yang shoplifter-nya ramah.
Setelah kami cek, hanya toko tersebut yang
punya model tas tersebut walau di lain toko  ada merk yang sama. Memang lumayan
mahal, tapi melihat kualitas dan sudah jatuh cinta pada pandangan pertama,
akhirnya kakak memutuskan untuk membelinya.
Aku srek (suka) dengan tas merah merk Hermes. Untuk mengganti tas
jalan-jalanku yang sudah kusam dan berbulu. Dan umurnya yang cukup tua. Kutawar
sesuai budget-ku tapi tak bisa lagi, bos-nya
hanya menurunkan lima ribu perak. Huh, aku menghela napas. Aku memandangi tas
merah itu. Sangat manis, imut dan anggun. Kakak itu pun dengan sabar menenteng
tas itu dan mengatakan, “Kakak gak bakalan nyesal belanja disini! Jamin garansi
harga kalau ada yang nawarkan murah dari sini dan ini kualitas bagus!” Murah
katanya???
“Bisa puasa seminggu penuh nih,” dalam hatiku. Kami
pun keluar dari toko itu. Kakak bertanya, “Kenapa gak diambil Mus???”
            “Aih Kak, tak cukup uang Imus.”
            “Ya udah pakai uang Kakak aja dulu.”
            “Boleh??? Tapi bayarnya bulan depan
ya?”
            “Oke.”
            Dari lantai dasar kami kembali
menaiki tangga berjalan.
            Sayang. Sungguh sayang. Bukan jodohku.
Si H telah diambil orang. Hohoho, aku hanya tersenyum kecut. Sebenarnya ada, tapi
warnanya hitam. Aku tidak suka, kelihatan pucat. Sedangkan yang merah kelihatan
manis dan cerah. Shoplifter mencoba
menenangkanku, menelepon bosnya dan kawan bosnya, manatau ada stok yang
tertinggal. Nihil. Habis. Keluarlah aku dengan kecewa. Kami pun tertawa.            
“Itukan Mus, bukan dari tadi diambil. Emang
bukan jodohmu!”
            “Iya Kak, ya udahlah, untungnya Imus gak jadi
ngutang sama Kakak.” Ucapku sambil cemberut.

           “Gak
harus mikirin utang deh,” ujarku dalam hati.
Aku berharap menemukan tas itu lagi. Kami pun
sekali lagi berkeliling, namun sayang, tak ada model yang seperti itu. Hiks. Hari
sudah mendung. Kami pun pulang. Padahal kalau tidak mendung, kami mau mencarinya
di Petisah. Kok jadi kepikiran gini ya?? Sampai saat ini, bentuknya sangat
jelas di mataku.

MPH_ 11: 00 PM


Kesal sejadi-jadinya_06
November 2011
Apa kesalahanku sampai-sampai mereka bersikap
seperti itu padaku. Atau aku yang sangat sensitif??? Kesensitifanku  selalu memuncak di hari pertama bulannya. Betapa
kesalnya aku mengetahui mereka mau mengadakan iftar jama’i semalam tanpa mengikutsertakan aku. Padahal dari pagi
sampai siang kami bertemu. Sebenarnya aku tak tahu, ketika membuka fb, status
mereka terpampang di home (beranda),
alhasil aku membacanya.
Kenapa aku dicuekin, sudah sebulan lebih rasa
ini tersimpan dalam hatiku. Kalau katanya kondisi imannya yang rapuh, tapi
kenapa dia tidak berusaha memperbaiki persahabatan kami seperti semula, walau
semalam kami sudah melakukan komunikasi yang cukup lancar. Entahlah, apakah aku
merasa cemburu??? Tapi bukankah dalam persahabatan ada hak dan kewajiban
seorang sahabat??? Kalau bukan dengan mereka aku bermanja-manja, sama siapa
lagi??
Mereka saudari yang kusayangi karena Allah. Saudari
yang selalu kubangga-banggaan. Saudari yang dipersatukan dari SMA. Salahkah aku
meminta perhatian dari mereka, toh aku selama ini mewujudkan kasih sayangku
dengan ungkapan, sms, puisi. Kenapa ketika aku muncul di status mereka aku
diacuhkan. Sebenarnya apa mau kalian? Dan apa salahku??
Sebelumnya tidak pernah seperti ini, mereka
selalu merespon apa yang aku lakukan. Apa mereka tidak menginginkan
keberadaanku. Ya, mungkin. Lebih baik aku diam. Atau berusaha untuk menjadi
cuek. Tak mau tahu tentang keadaan mereka, tak perlu khawatir lagi tentang
kondisi mereka, tak perlu memikirkan mereka, tak perlu mengenang keadaan dulu. Apakah
enak seperti itu??
Kekesalanku menjadi-jadi, adik lelakiku malah
mencopot label garansi di modemku, padahal itu sebagai tanda bukti kalau mau servis
dan mengganti modem. Aku berencana, besok mau ke tokonya. Akhir-akhir ini modemku
menunjukkan sikap yang aneh. Biasanya, jika ada gambar globe di sudut kanan
bawah layar laptopku dan lampu hijau atau biru menyala di modemku, maka
berselancar ke dunia maya sangat nyaman. Tapi ini, lampu sudah hijau, globe ada,
tak bisa konek. Dan kadang globe ada, lampu biru nyala, juga tak konek. Nanti lampu
hijau nyala, globe tak nongol, bisa konek, tapi sangat lama loading-nya.
Kupikir karena lagi ada gangguan jaringan
sehingga menjadi lemot tapi ini kenapa jadi aneh begitu. Buktinya kalau kubawa
ke kantor, sinyal penuh dan browsing pun jadi nyaman. Tadi malam jadwal deadline pengiriman naskah true story of jomblo.
Aku sudah menyiapkan flashdisc untuk
menyimpan file lalu ke warnet. Sangat
terpaksa dalam hatiku jika ke warnet malam-malam. Apalagi kalau sudah malam
isinya para lelaki dan kebanyakan merokok. Alhamdulillah setitik harapan, sinyal muncul, globe nongol, hijau bersinar. Walau lama, tapi
proses pengiriman naskah berhasil.
Aku baru selesai mandi. Lumayan tenang sambil
mendengarkan lantunan kalam ilahi dari mp3. Ditambah tasbih dari rintik-rintik
hujan di luar. Mungkin tambah tenang jika melakukan salat, saat ini cuti. Mau tidak
mau aku harus menerima giliran tersebut. Kulekatkan modem ke my bluish (sebutan laptopku), kali ini
sinyal sama sekali hilang, tak ada tanda-tanda kehidupan. Confuse -_-
Padahal yang lalu mereka semua kusms mengajak
jalan-jalan. Mau kuajak makan karena ada kelebihan rezeki, tapi tak jadi. Hanya
satu yang bisa itupun lama balasnya. Biasanya mereka sangat bergelora ketika
kuajak jalan, tapi kali ini beda.
Setelah kuingat-ingat dengan begitu keras
sampai menyelam cukup dalam ke alam memori, sepertinya aku tidak melakukan
kesalahan, pertemuan kami terakhir baik-baik saja. Penuh tawa. Pulang salam-salaman
seperti biasa. Senyum manis dari masing-masing peserta. Tapi kenapa ya? Apa
masing-masing ada kesibukan yang memusatkan perhatian sehingga aku
terabaikan???
Apa status BBHB-ku ini??? Apakah pending atau sending??? Semoga sinyal berpihak padaku sehingga terkirim. Bukti terkirim,
BBHB-ku ini akan nimbrung di blog CHSP.
Kalau tidak, akan bertahan di dokumen my
bluish.
Bee (nickname
my bluish), apakah besok hari akan cerah? Apakah mereka masih merasakan
rasa ini? rasa sayang kepada mereka? Berkumpul bersama? Tidak hanya berdua,
tapi kami semua. Personil lengkap dan membentuk formasi ukhuwah nan indah. Apakah
kuberi waktu lagi untuk mereka menikmati hidup tanpa diriku??? Ya, mungkin ada
sikapku yang kurang berkenan di hati mereka. Aku juga sudah mengirim sms kepada
mereka. Walau aku menunggu-nunggu apa bentuk kesalahanku itu biar bisa
kuperbaiki. Atau memang rasa sensitif ini yang menjadi-jadi. Atau ini hanya bisikan
setan yang selalu ingin memutuskan tali ukhuwah. Semoga tidak.
Ya Rabb, jagalah pendengaran dan hati kami dari
segala macam bujukan setan. Hembuskan prasangka baik pada ubun-ubun kami. Biarlah
hati kami terjaga oleh cahaya iman dariMu. Jaga mereka dari pandanganku yang
terbatas. Lapangkan dada kami dari segala macam hasut dan dengki. Mudahkan langkah
dan lapangkan rezeki kami dalam menuntut  ilmu dan mencari rezeki walau dari tempat dan cara yang berbeda. Jauhkan
dari segala macam jalan, cara dan makanan yang haram.
Mereka akan tetap menjadi saudariku yang
kusayangi karenaMu ya Rabb. Apapun kesalahan yang mereka buat tak bisa
menghilangkan rasa yang telah Engkau tanamkan di hatiku ini. Sungguh manusiawi
rasa kesal itu datang, semoga mereka bisa memafkan semua kesalahanku.
Persahatan dan kehidupan rumah tangga memiliki
kesamaan, yaitu akan terjadi riak gelombang yang hampir menenggelamkan. Yang terpenting,
usahamu untuk kembali mengamankan kemudinya dengan iman dan islam agar kembali
berlayar dengan tenang. Semoga kalian disana selalu dalam keadaan baik dan
dalam limpahan kasih sayang Allah ^_^ MPH (my
purple heart) 05: 47 PM


BBHB- Rahma Esti
Refleksi akhir bulan : Komitmen, Serius, Berdo’a
Senin, 31 Oktober 2011
                Mengakhiri bulan semoga sekaligus menjadi awal untukku menapaki lembaran baru menjadi orang-orang beruntung yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Aamiin.
                Kemarin, bulan lalu, tahun lalu aku punya sederet target yang ingin kuraih dalam waktu terdekat, waktu mendatang, dan mendatangnya lagi. Semua yang kuimpikan aku tuliskan. Misalnya saja sampai bulan Desember nanti aku menargetkan skripsiku selesai.
                Untuk hal yang satu ini aku sudah mulai merancangnya sejak awal tahun 2011 lalu. Pokoknya bulan ini harus maju judul, di-acc, penelitian, ini itu dan seterusnya. Hingga menginjak bulan berikutnya. Nggak ada progress. Bahkan sedikit demi sedikit mulai tergeser oleh aktivitas lain yang membuatku merasa lebih free, lebih bebas untuk kesana kemari.
                Hasilnya? Teman-teman seangkatanku sudah lebih dulu mengenakan toga di hari wisudanya beberapa bulan yang lalu. Dan aku…kira-kira kapan ya selesai penelitian ini??????
Terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi, aku ingin sejenak menengok diri sendiri. Evaluasi, harus! Apa yang telah kuperbuat selama ini, ada apa dengan targetku yang tak kunjung tercapai?
Aku rasa ada masalah dengan diriku sendiri. (NOTE : terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi). Ini masalah komitmen dan keseriusan. Ini hasil perenunganku. Kalau selama ini aku mengaku sibuk, kurasa teman-temanku juga punya aktivitas lain selain menulis. Kalau aku beralasan ini itu kurasa karena aku tidak benar-benar mengatasi permasalahanku dan tidak menjaga keseriusanku dalam mewujudkan impianku.
                Tapi semuanya tidak terlepas dari Dia. Seberapa besar kita berharap, memohon kepada-Nya, sabar menjalankan perintah-Nya. So, terakhir aku dapat pencerahan. Mulai saat ini harus serius. Sepertinya tidak ada kata terlambat. Usaha yang keras diiringi doa yang mantap. Allah pasti bersama kita.***


[Bukan Buku Harian Biasa] – Yulina Trihaningsih
Tangerang. Ahad, 23 Oktober 2011 – Mimpi
 
                Hidup terasa lebih hidup bagiku setahun belakangan ini. Mungkin aku termasuk manusia yang telat menyadari apa sebenarnya mimpi-mimpi dalam hidupku. Ternyata, mengenali apa sebenarnya mimpi-mimpi kita, lalu memberanikan diri melangkah masuk ke dunia yang kita impikan, tenggelam dalam lautan dunia asing yang belum pernah kita pijak, membuatku tersadar ada hal-hal yang begitu menyenangkan untuk diperjuangkan, ternyata.  
                Aku tidak pernah menyesali keputusanku untuk menjadi Stay at Home Mommy. Tidak pernah merasakan bekerja kantoran dan menerima gaji :D. Namun, setelah sepuluh tahun berlalu, mengapa kurasakan sesuatu yang mengganjal? Aku merasa kehilangan sesuatu dalam diriku. Padahal, aku bukanlah ibu yang hanya diam di dalam rumah. Hari-hariku selalu terisi dengan kegiatan belajar dan mengajar, dan bertemu dengan banyak orang. Tapi, mengapa sering kurasakan sepi?
                Maka, aku mulai lagi menuliskan segala resahku dalam blogku di multiply yang sudah lama mati suri :D, dan terkadang catatanku itu aku share pula di FB. Tidak sering memang, namun suatu hari seorang teman lama di masa kuliah mengomentari catatan-catatan kecilku itu. Seseorang yang memang kukenal sebagai penulis sejak dulu J.
                Dia memotivasiku untuk terus menulis dan menyarankanku untuk ikut lomba-lomba kepenulisan online. Tidak lupa diperkenalkannya link di FB yang berisi banyak info tentang lomba kepenulisan online. Tiba-tiba saja aku seperti terbangun dari tidur panjangku. Aku seperti menemukan lagi semangat baru dalam hidupku, ketika kusadari seseorang telah menunjukkan dengan jelas kepadaku dunia yang sesungguhnya telah lama kucintai, namun entah mengapa aku seperti tersesat untuk masuk kembali ke dalamnya. Ketika kujelaskan kepadanya bahwa alasanku menulis hanyalah untuk ‘membebaskan’ perasaanku, dengan bijak dia membalas:
                “Menulis itu kan tidak harus untuk dinikmati sendiri. Bila orang lain bisa tercerahkan dengan tulisan kita, berarti kita sudah bersedekah kata ....”
Sejak saat itu, aku sangat menikmati hidup dengan bermimpi. Hari-hari terlewati dalam dunia aksara, bergabung dalam komunitas kepenulisan dan bertemu dengan banyak orang dengan mimpi yang sama. Sungguh, mimpi inilah  yang membuat hidupku terasa penuh warna dan menyenangkan.
 
*Berterima kasih kepada sahabat lama: Nursalam AR.


Ujian
19 Oktober 2011
Setiap manusia yang dilahirkan di dunia ini pasti mendapatkan ujian. Namun Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan kita.
Hari ini aku tidak beraktivitas yang menghabiskan banyak energi. Secara fisik memang tidak terlalu lelah. Tidak seperti biasanya yang dikejar agenda. Jam 06.00 ikut kajian, jam 07.30 harus sudah meluncur di dunia skripsi. Jam 11.00 ngantri konsultasi, makan siang, shalat, rapat-rapat (kutulis jamak karena satu hari lebih dari satu rapat).
Ya, untungnya hari ini tidak terlalu menghabiskan banyak energi. Aku pun santai. Dalam hati aku sudah berniat menyelesaikan deadline-deadline cerpen yang harus segera dikumpulkan.
Jam-jam selepas maghrib anak-anak kos sudah pada riuh. Ada yang sibuk tilawah, teriak-teriak ngantri kamar mandi, atau makan di aula depan. Ya, begitulah kosan aktivis. Berkumpulnya kalau hari sudah malam.
Di tengah riuhnya mereka aku menyingkir ke kamar mengutak atik laptop. Namun baru beberapa menit tiba-tiba tubuhku lemas. Entah, aku pun heran. Lemas bukan main. Mata berat. Aku mengantuk. Apa yang terjadi setelah itu aku tidak ingat lagi.
Baru sekitar jam sembilan aku terbangun, dikagetkan suara adikku yang menggedor pintu kamar. Laptopku berkedip dan hanya menampilkan gambar demi gambar.
                “Mbak! Ibunya Mas Bagus meninggal.”
Aku setengah sadar. Kubuka mata dan mencoba mengenali suasana sekitar. Oh ya Allah, bukankah aku tadi mau mengerjakan deadline cerpenku? Ya ampun, gantian laptopku yang memandangi aku.
                Suara adikku diulang lagi. Kali ini aku sadar sepenuhnya.
                Ibunya Bagus me…ninggal? Innalillaahi.
Aku melompat keluar kamar. Mencari kelengkapan informasi yang baru saja kudapat. Antara percaya dan tidak aku juga mengirimkan pesan singkat ke salah seorang teman dekat. Mencoba meyakinkan kalau berita yang baru saja kudengar bukan kabar burung.
         Ternyata benar. Ibunya sahabatku telah dipanggil-Nya. Aku merinding. Ya Allah, aku tidak bisa membayangkan apa yang dirasakan Bagus saat itu.
              Sehari sebelumnya dia baru tiba di Solo untuk keperluan konsultasi skripsinya. Padahal jarak antara kotanya dengan Solo sekitar delapan jam perjalanan dengan bus. Padahal lagi, dia harus membantu mencari nafkah keluarga karena ibunya terbaring tak berdaya karena kanker. Dan malam ini, dia harus menerima kenyataan kalau wanita yang melahirkannya itu dipanggil Yang Maha Kuasa.
             Aku beristighfar. Siang tadi aku baru saja mengeluh pada orangtuaku. Kiriman uang yang terlambat dikirim padahal kebutuhan menumpuk membuatku hampir menangis. Ah, ampuni aku ya Allah. Ternyata ada sahabatku yang diuji lebih daripada aku. Tentunya kalau itu terjadi padaku, aku tidak bisa membayangkan apakan aku akan sanggup menjalaninya atau tidak.
            Ya Allah, aku memohon ampun atas kekhilafanku. Dan semoga sahabatku Engkau beri kekuatan iman serta kesabaran yang lebih. Semoga amal baik ibunya menjadi pemberat timbangannya kelak di hari kiamat.  
 
Iyyaakana’budu waiyyaa kanasta’iinu. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.
 


Terima kasihku pada WR!
Aku ga akan pernah menyesal menghabiskan detikku, menitku dan hariku di depan laptop tua kesayanganku ini. Didukung peranan modem yang luar biasa karena sinyalnya yang ilang timbul yang semakin membuatku terlatih kesabarannya.
Salah satu hal yang membuatku BETAH di depan laptop tua ini adalah karena saat aku OL aku senang karena begitu bnyknya notifications dan rata-rata itu dari grup Writing Revolution ataupun dari WR 07. Oh Tuhan, hidupku serasa berwarna ketika ‘bertemu’ dengan mereka. Orang-orang hebat lagi luar biasa yang banyak menginspirasiku setiap hari.
Yapp. akhirnya aku menemukan cita-citaku, yakni PENULIS. tapi aku sadari kemampuan nalarku yang belum seberapa. Tapi aku yakin akan rasa ingin tahu-ku inilah yang merupakan anugrah terindah dari Sang Maha Kuasa. Hasilnya. aku selalu dipertemukan dengan orang yang baik hatinya dan mau berbagi. Puji Syukur Alhamdulillah. Terima Kasih WR. Pelan-pelan aku kan belajar. LAGI dan Lagi. Tak kenal lelah. Semoga Allah SWT meredhoi kita semua. J
 
Kamis, 20 Oktober 2011
‘Peri Ungu’ di Bukittinggi


10 Oktober 2011
Harus Bisa!

Ruh, menjadi bisa ternyata tak mudah. Aku harus terpaksa memaksa diriku untuk tetap bertahan menghadapi segala ujian, membiasakan diri untuk terbiasa dengan segala duri yang menggoresku di sepanjang perjalanan. Apapun yang terjadi, aku harus bisa!
Ruh, sudah lama aku tak mengikuti perlombaan. Seperti biasanya, aku menulis tergantung pada mood. Jika sedang di atas normal, aku lebih suka menulis catatan. Catatan yang ku simpan dan ku baca sendiri sebagai terapi diri sendiri. Kadang juga ada beberapa yang sengaja aku tulis dalam catatan facebook atau ku kirimkan kepada seseorang yang ku percaya dan mengerti aku.
Ruh, giliran malam ini, aku ada selera berlomba, ternyata justru membuatku kecewa. Lomba yang ku ikuti ini adalah lomba membuat resensi sebuah buku kumcer dari sebuah Grup di FB, salah satu grup tempatku belajar menulis. Awal keinginanku mengikuti lomba ini simple saja, aku mengidolakan para penulis cerpen dalam buku tersebut. Mengidolakan bukan karena keterkenalan mereka, tapi justru pada kesederhanaan mereka. Yang meskipun sudah terkenal, masih peduli kepada penulis pemula seperti aku ini. Mereka bersedia menjawab pertanyaanku atau sekedar memberi kripik pedas pada tulisanku, hal itu sungguh membuatku senang.
Buku yang akan diresensi itu sengaja ku datangkan jauh-jauh dari Indonesia. Baru kemarin sampai. Meskipun sebelum membeli aku sudah membaca dengan pinjam dari seorang teman, begitu buku itu datang aku baca berulang kali. Karena menurut tulisan yang aku baca, kalau ingin membuat resensi mesti mengerti isi buku yang diresensi.
Selesai membaca dan sekaligus sambil terus baca, aku membuat resensi sebisaku. Karena jujur saja, Ruh, aku tak yakin tulisanku itu sebuah resensi. Berkali baca, berkali tulis, berkali edit. Kemudian aku pubhlis dalam catatan FB, serta mengirim link catatan ke panitia lomba. (Seperti syarat lomba). Sungguh, sebenarnya aku sama sekali tak PD dengan tulisanku, karena aku percaya pasti banyak yang lebih pandai menulis dan mengikuti lomba ini. Tapi aku mengingat semua tujuan awalku. Hanya berpartisipasi tanpa ambisi menang. Boro-boro mikir menang, mikir tulisanku pantas nggak diikutkan lomba saja sudah pusing.
Dan tahu apa yang terjadi,Ruh? Tulisanku dikomentari sebagai tulisan hasil PLAGIAT/COPAS dari tulisan orang lain. Tuing! Tuing! Aku kaget setengah mati, Ruh. Hiks sediiihhhhh… capek-capek mikir dan nulis, eh ternyata. Uft! Aku rasanya seperti dilempar batu, Ruh. Kepalaku langsung pusing gara-gara kagetku.
Aku berusaha menenangkan diriku. Segera aku tutup akun FB-ku, karena tak ingin semakin sakit membaca komentar-komentar orang tersebut. Orang itu ternyata salah satu peserta lomba juga, merasa tulisanku sama dengan apa yang ditulisnya dan ditulis beberapa peserta yang lain. Makanya dia emosi tingkat tinggi. Dan aku? Aku juga emosi, tidak terima! Tapi kamu tahu, Ruh, kalau marah besar aku justru menggunung, tak bisa berkomentar. Hhh…
Aku tak habis piker, Ruh. Kami meresensi buku yang sama, bukankah kemungkinan untuk menulis sama itu ada? Kalau pun copas atau plagiat, bukankah aku mesti membaca tulisan mereka? Bagaimana aku bisa meniru atau mengcopas tulisan mereka, jika aku tidak membacanya?
Andai saja mereka tahu, ya, Ruh. Aku ini seorang babu yang bekerja 24 jam dalam rumah majikan. Kalau aku ingin OL FB otomatis mesti mencuri-curi waktu dari majikanku. Ada lagi, aku ini asli gaptek. Sampai dengan hari ini, mengetik saja pakai dua jari. Hmmm aku taka da waktu untuk membuka dan membaca catatan peserta lain, kecuali yang memang di tag ke akunku. Sedangkan orang yang komentar itu, tak pernah berinteraksi denganku. Hmm…
Ruh… Hiks… (Bisa menangis juga nih. Lumayan lega.)
Aku curhat pada orang-orang terdekatku, Ruh. Dan jawabannya membuatku tenang.
“Mba nggak usah mikir. Berarti orang yang komen itu kelihatan nggak bener. Namanya juga resensi buku, bukunya sama. Ya pastinya banyak kemungkinan untuk sama. Lagian kata-kata kan terbatas, kalau sudah digunakan orang lebih dulu, apa kita nggak boleh pakai? Sabar, ya, Mba… Adik, juga pernah mengalaminya.”
“Sabar, Mak… Para Suker & Juri pasti mengerti maksud Mamak. Mungkin saja dia jarang mengikuti lomba dan berambisi untuk menang, jadinya seperti itu. Santai aja lagi, Mak…”
Ah, Ruh, aku berusaha menyikapi semuanya dengan tenang. Menganggap semuanya sebagai duri, sebagai kerikil dalam perjalananku. Meski jujur saja, Sakiiittt!!! Aku tak akan menjadikan semua ini membuatku trauma atau malas menulis. Aku akan buktikan bahwa aku bisa. Harus bisa!

Ruang Ungu Hatiku:
23:45Pm



11 Oktober 2011
Kasih Sayang Itu Menguatkan.

Ruh, malam ini aku menangis sekaligus tertawa. Sedih sekaligus bahagia.
Kesedihanku karena merasakan sakit ketika mendapatkan batu sandungan sebagai ujian untuk melangkah lebih jauh dalam hidupku. Terutama dalam dunia kepenulisan yang sudah menjadi bagaian dari duniaku.
Dituduh Plagiat/Copas tulisan orang. Sakit sekali rasanya. Aku tak butuh pujian atau kekaguman orang kepada tulisan yang ku buat, tapi aku juga tidak terima jika dituduh semena-mena. Sungguh!
Di tengah kesedihanku yang berusaha ku simpan sendiri dan ku jadikan bahan perenungan , datang sms dari orang-orang terdekatku. Mereka meminta penjelasan asal tuduhan dan memberikan suntikan semangat untukku. Sungguh-sungguh mengharukan. Sungguh nikmat Tuhan yang mana, yang engkau dustakan? Tuhan memberikan ujian sekaligus menunjukkan padaku bahwa masih ada orang-orang yang perhatian dan peduli padaku. Alhamdulillah…
Mamak pasti bisa mak. Kerikil kecil memang dtg kapan aja kan mak. Iki pembuktian kalau mamak bisa, mamak nggak salah, jadi ya enjoy aja mak.
Ya udahlah, bi. Tadinya mau saya labrak tuh. Mau saya bilang, "Jgn fitnah, bibiku! Jgn sok hebat, yah!" Hehe. Tapi gak jadi ah. Saya kan anak baik. Hahaha.
Hihi. Tenang aja, bi. Kalo ada yg jahatin bibi lagi, saya yg paling depan ngebela bibi. :9

Awalnya Kakak sudah baca kedua resensi tulisan dan membandingkan, secara ide awal ada perbedaan. Sudah dibilang juga sama (….) bahwa kutipan yang sama itu mungkin berasal dari sumber/testimoni yang sama. Apalagi dibatasi dengan kata yang harus ditulis.
Kesamaan dalam menulis sebuah tulisan mungkin saja terjadi, bahkan ini pernah terjadi. Memang secara struktur akan mengalami kesan/suasan yang berbeda walau idenya hampir mirip. Tapi kalau plagiat semua unsur hampir sama (ide awal dan suasana cerita/tulisan) ini sangat mudah sekali melacaknya dengan membandingkan dua tulisan dan mempersentasekan berapa persen kemiripannya.
Untuk kasus ini Kk tidak bisa menyimpulkan adalah sebuah plagiat, karena ada beberapa unsur lain yang harus diperhatikan. Dalam kasus ini, kemungkinan ada kemiripan dua tulisan sangat berpotensi terjadi karena harus meresensi dari buku yang sama.
Pengalaman Kakak sendiri juga pernah dicap plagiat, dan yang paling menyakitkan cerpen kakak itu dibatalkan sebagai Juara I secara sepihak oleh panitia, tanpa ada diberi ruang pembelaan sama sekali. Tapi ya sudahlah, walau menyakitkan kita dituduh atas hal yang tidak dilakukan, Adik percaya saja Allah Maha Mengetahui dan Mahaadil.
Ini adalah anak tangga "tantangan" yang harus Adik hadapi dan lalui untuk membesarkan nama Adik sebagai penulis. Jika dulu Kakak tidak bangkit dan memilih tenggelam dalam keputusasan karena dituduh plagiat, mungkin Adikku tak akan pernah kenal dengan
Kk.
Adikku sayang, Allah punya cara yang berbeda untuk menguji komitmen kita atas setiap pilihan yang ambil. Dari sekian hal yang menyamakan kita, ternyata juga mengalami hal yang sama seperti ini. Aneh... hehe...

Adik lanjut aja ikut lomba resensi itu, anggaplah ini gula-gula kehidupan yang "prematur" jadi rasanya sepat, qiqiqi...
Awas kalo samp
ai ada masalah dengan kesehatan Adik karena masalah ini.
Subhanallah… aku menangis bukan karena sakit hati lagi, tapi karena haru biru. Kasih sayang mereka yang tulus begitu menguatkanku. Trima kasih, Ya Tuhanku, atas semuanya…  telah Engkau hadirkan cinta karena-Mu. Meski dalam maya tapi semua rasa terasa nyata.

RUH, Malam



BBHB_Yully Riswati

18 September 2011
Tentang Kerinduanku Pada Ibuku

Ruh, hari ini aku menangis di depan teman-temanku.
 
Seperti biasanya,Ruh, tiap bulan di minggu pertama, forum mengadakan kegiatan rutin diskusi kepenulisan. Dalam diskusi itu kami mengulas buletin forum mulai dari cover, layout sampai isinya yang berupa tulisan-tulisan anggotanya.

Setelah bedah kisti, cerpen dan jurnal, kami sampai pada acara bedah puisi. Dan ternyata salah satunya adalah puisiku yang berjudul ‘Rindu Ibu’.
Oh, ya, Ruh… biasanya kami menyebut acara bedah tulisan dengan acara pembantaian tulisan. Karena saat tulisan kami diulas, maka kami seperti sedang dibantai. Mesti siap dengan kritikan pedas dan berbagai macam komentar yang tentunya relatif dari masing-masing komentator.

Sebelum dibedah, puisiku dibacakan oleh salah satu teman. Baru mendengar pembacaan puisiku, mataku sudah mendung. Meski temanku membacanya tidak serius (dengan diselingi senyum-senyum) tapi tetap saja ada haru kurasa. Dan begitu pula kulihat dirasakan beberapa temanku lainnya.

“Sepertinya aku pernah baca puisi ini dalam event lomba? Dimana ya? Menang nggak?” komentar pertama salah satu temanku.
“Iya, Puisi ini diikutkan dalam lomba puisi kerinduan pada Ibu khusus BMI-HK. Tapi karena mungkin belum sesuai dengan selera juri, jadinya nggak menang.” Aku masih bisa tertawa.
Selanjutnya komentar-komentar masih bisa kujawab dengan rasa biasa. Sampai pada pertanyaan Mbak Andina, senior sekaligus guru kami di forum.
“Sebenarnya saya suka puisi ini, bisa dipahami dan dimengerti maksudnya. Tapi saya kok jadi agak gimana gitu dengan pemilihan kata dikalimat terakhir. Tak ada yang lebih mawar dari luka rinduku padamu. Kenapa mesti pakai kalimat ini, Dek?”
“Saya ingin menyampaikan kalau rindu pada ibu melukaiku, Mbak.”
“Iya, saya mengerti tapi kenapa memakai kata ‘Mawar’? Mawar itu kan melambangkan keindahan? Kenapa ‘luka’?”
“Kan mawar berduri jadi luka, loh, Mbak” jawabku ngawur. Untuk menyembunyikan perasaanku yang mulai mengharu biru.
Akhirnya teman-temanku sahut menyahut komentar. Benar-benar diskusi yang hidup, masing masing mengartikan bait terakhir puisiku dengan versi mereka sendiri. Sampai akhirnya Mbak Dhieny bersuara, “Sudah teman-teman. Saya bisa memahami apa yang dimaksud Yuli dalam bait terakhirnya. Dan tidak ada yang salah dengan bait tersebut.”
Air mataku seketika tak tertahan lagi, Ruh. Aku menangis. (Dasarnya emang cengeng.)
“Mbak, yang saya maksud dengan bait terakhir puisi itu, hanya ingin menggambarkan dan menyampaikan perasaan tentang Ibu. Bagaimana kerinduan saya pada Ibu teramat indah layaknya mawar, tapi begitu menyakitkan bagi diri saya sendiri. Bahwa merindukan seseorang yang bahkan wajahnya saja tak pernah kita lihat, teramat menyakitkan.”
Semua diam. Berusaha menenangkanku. Tak menyangka bedah puisiku menjadi bedah hati juga. Mereka yang sebenarnya tak pernah tahu ceritaku tentang Ibuku, menjadi mengerti.

Ruuuuuuuhhh…. Aku rindu Ibu!
 
Rindu Ibu 
Oleh : Arista Devi

Ibu...
Meski wajahmu tak mampu kulukiskan
Bayangmu tak bisa kumusiumkan
Tetapi adamu tetap kukenangkan
Karena engkau perantara hadirku kedunia.

Ibu…
Bergetar hatiku ketika menyebut namamu
Satu kata mengandung beribu makna berjuta rasa
Satu kata berbalut semesta cinta
Kasih suci tiada mendua

Ibu…
Tak ada bait puisi untukmu
Tak ada cerita panjang tentangmu
Hanya ada setangkup doa
Dan senandung kerinduanku

Ibu….
Sungguh ingin kukatakan
Tak ada yang lebih mawar dari luka rinduku padamu.

(To Kwa Wan, 12/5/2011)
 
Ruang Ungu Hatiku
20:00Pm