twitter


Si Penat
September 14, 2011   10.30 pm


Malam Ry...Hari ini penat begitu melanda. Sejak dari pagi tadi hingga sekarang ternyata si penat masih begitu betah bersamaku. Hanya tadi siang sempat kuusir dia sebentar saat melarikan diri ke Prodigy. Walau hanya 2 jam tapi cukuplah untuk sedikit mulai menyegarkan pikiran, meskipun 2 jam itu juga ternyata membuat kepalaku ikutan pusing.Alhasil sampai dirumah mata pun udah ngga sanggup lagi untuk melek. Kasur pun menjadi tempat pelabuhan terindah. Usai bangun tidur kuhidupkan lepy. Langsung aja tangan bergerak mengklik-klik home page WR. Penasaran juga, ada kabar baru apa ya hari ini... Setengah jam mengobrak-abrik WR ternyata si penat berangsur-angsur pergi. Beberapa postingan BBHB di WR ditambah komentar yg wara-wiri rupanya mampu juga mengusir si penat... Bener-bener bisa jadi pengobat rupanya.


(ditulis pada hari Rabu, tanggal 14 september 2011, jam 14.16 WIP)

5 perkara

Ternyata benar banget peringatan Tuhan tentang 5 perkara.
Sehat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati

Sekarang saatnya si Rik ngerasaain sempitnya waktu yang menghantar (wew, sok sibuk), apa-apa yang mo dilakuin jadi susah (efek lamanya liburan), semua pekerjaan yang harus segera selesai menambah kerepotan, jadinya buat ngerjain apa-apa jadi serba mepet, saking mepetnya buat nungging aja gak sempat.

Semua mesti dikejar waktu (besok-besok mesti bikin perhitungan dengan waktu, gantiin Rik yang ngejar). Hmm___ tapi jadi aneh, diarynya tetap bisa update meskipun pendek ^_^.

Harus mesti berbenah diri lagi, bikin schedule agar kejadian seperti ini gak keulang lagi. Mesti banyak ngerenungin lagi makna peringatan Tuhan tentang 5 perkara ini. ^_^


Rabu, 14 September 2011 Pukul 12.30
Datangnya Burung Kutilang

Pukul 12.30, Omku datang ke rumah ternyata membawa burung Kutilang untuk diberikan Papaku.  Seharusnya ada dua ekor tetapi yang satu sudah terbang. Karena belum mempunyai sangkar burung, burungnya dimasukkan di keranjang sampah yang ditutup sebagai sangkarnya. Burung tersebut ternyata masih kecil karena makan saja masih dibantu oleh Mamaku. Makanannya buah pisang dan kates. Wah akhirnya aku bisa mendengarkan kicauan burung yang merdu setiap saat. Akhirnya malam hari calon adikku membawakan sangkar buat burung kutilang. Sehingga bisa lebih leluasa untuk terbang dan bisa digantungkan di udara.


Bogor, Rabu 14 September 2011
Hari yang cerah untuk jiwa yang gundah… ce ileh… hahay :P
Bismillah…

Hari ini hari pertama kuliah setelah libur panjang. Haha, benar-benar libur karena selama di rumah rasanya hampir tak pernah buka file-file kuliah. Padahal ya ni pemirsa (wkwkw… ngerasa jadi artis :P) saya tuh bawa Pe-eR ke rumah. Fufufu… Proposal buat tugas akhir, yang akhirnya terbengkalai begitu saja. Sudahlah… untuk sejenak lupakan dulu masalah itu.

Sebelum subuh ikutan sahur. Niat shaum ganti yang hanya tinggal 2 hari lagi. Tapi masih bimbang karena kemarin temen-temen kaum ibu-ibu di kelas ngajak makan di warung pecel favorit kami, ya sekalian silaturrahim ba’da lebaran. Saya pikir mungkin susana akan jadi lain kalau saya nggak ikutan makan. Ya udah jadinya saya batal untuk shaum. Wkwkwk sedih pemirsa (aneh… sedih kok ketawa).

Pukul sebelas kurang saya udah nunggu di tempat yang sudah disepakati. Mbak Ika dengan mobilnya akan menjemput. Nunggu agak lama bosen juga (siapa suruh datangnya kecepetan…? DL. Apa tuh? Derita Lo… ckckck). Akhirnya pukul sebelas lewat dikit yang ditunggu-tunggu pun datang. Kami melaju ke warung makan yang masakannya mak nyos itu. Xixixi.

Sampai di TKP… kami langsung pesen makanan. Lalu makan sambil cerita-cerita. Alhamdulillah ya pemirsa (menirukan Syahrini… hihihi) nggak ada yang keselek, padahal makannya sambil ketawa ketiwi. Abis makan adzan berkumandang… enaknya makan di sini selain karena makanannya yang top markotop, tempatnya yang nyaman juga dilengkapi dengan fasilitas ibadah. Kita nggak perlu kesulitan untuk mencari tempat sholat. Ada toilet dan tempat wudhu yang bersih, jadi saatnya masuk waktu shalat maka kita bisa dengan nyaman sujud bersama orang-orang yang sujud (sholat jama’ah maksudnya cuy :)).

Baiklah pemirsa, sekian dulu perjalanan kuliner saya, sebenarnya saya mau nulis yang lain, tapi ternyata pemirsa tulisan saya udah cukup panjang, takut juga yang baca ntar bosen. Hehe…

Hikmah hari ini:
Nggak ada Lo nggak rame… hehe :P
*Gk nyambung… fufufu.


Dear Diary,
Hari ini adalah hari kedua aku memasuki dunia mengajar di kampus.
Ternyata aku salah jadwal
Aku tak tahu kalau jadwalnya adalah mata kuliah Anorganik I, eh aku siapnya mata kuliah Bahasa Inggris III.
Asli deh saya jadi kikuk namun segera kunetralisir dengan candaan yang membuat mereka segar diawal perkuliahan...
Intinya, segala sesuatu akan bisa diatasi dengan kepala dingin dan hati yang tenang.
Selalu ada jalan untuk menangani setiap masalah meski harus tertatih-tatih dalam melakukan setiap kegiatan yang menguras rasa dan asa...

Palangkaraya, 13 September 2011


Dear Diary,
Aku tidak menyangka akan sesesak ini dadaku menghadapi masyarakat baru.
Awalnya saya sangat bahagia sebab semua ramah dengan diriku
Aku juga tak pernah tahu betapa diriku sulit mengungkapkan semuanya disini
Aku percaya pada pandangan pertama, namun entah mengapa kecewa diakhirnya
Aku tak terbiasa dengan ini tetapi harus berusaha untuk terbiasa

Jika pagi ini aku menangis, sore ini aku harus tertawa
Jika hari ini aku kecewa, esok hari harus bahagia

Palangkaraya, 12 September 2011


Depok, Medio :  Rabu ,  14 September 2011
Pelajaran dari Seorang Ibu …
            Siang itu ketika sedang asyik mengerjakan tugas rutin di kantor, tiba-tiba bos besar menuju tempatku dan memberikan perintah untuk mengikuti rapat mendadak di Bogor dengan seorang teman. Gubrak … aku lihat undangannya jam 14.00 WIB, tetapi kenapa jam dua kurang seperempat baru dikasih ? Bahan – bahan belum siap lagi.Suatu kebiasaan di birokrat yang harus segera ditinggalkan!
            Dengan terburu – buru aku menyiapkan bahan rapat dan bergegas segera untuk menuju stasiun Gambir , mengejar jadwal  kereta menuju Bogor. Siang itu penumpang tidak begitu padat karena bukan jam  pegawai pulang. Karena tidak dapat tempat duduk terpaksa aku berdiri di dekat pintu masuk. Di stasiun Manggarai di antara desakan penumpang, masuk seorang ibu dengan anak laki – lakinya. Anak itu kira – kira berumur 12 tahun. Bertubuh sehat, gemuk dan ceria. Sekilas tidak ada yang ganjil dengan penampilannya. Seorang Bapak yang baik hati memberikan tempat duduk kepada ibu-anak ini. Alhamdulillah … ternyata di negara ini masih banyak orang yang mudah terketuk hatinya.
           Kereta kemudian melaju meneruskan perjalanan ke Bogor. Tiba – tiba terdengar suara teriakan kencang , “ Hore … hore ! tut… tut ... jes … jes !”. Semua mata memandang ke sumber suara itu, dan ternyata berasal dari suara anak laki-laki tambun tersebut. Dia meloncat-loncat kegirangan seperti anak balita.
“ Jangan begitu nak, malu dong sama om dan tante di sebelah.” bisik ibu itu lembut menenangkan anaknya. Anak itu tak peduli, dia semakin tak terkendali. Wajahnya polos dan anehnya tatapannya kosong. Persis seperti anak penderita autis.  Aku tahu ciri – ciri anak yang memerlukan perhatian khusus tersebut karena anak saudara sepupuku menderita autis.Tak dapat kubayangkan betapa repot mengasuh, membimbing dan mendampingi  anak –anak tersebut.
           Aku terus memperhatikan keduanya, terutama si ibu. Dengan telaten beliau terus berusaha membuat buah hatinya nyaman di dalam kereta. Senyumnya terus mengembang, walaupun ada beberapa penumpang terlihat bermuka masam kepadanya. Wajah lembutnya tetap teduh, tiada rasa minder tergambar darinya.
           Kereta terus melaju dan hampir sampai stasiun Bojong Gede. Jalannya sudah mulai melambat, pertanda masinis mulai mengerem.
“ Kita mau sampai rumah nak. Sebentar lagi kita turun, besok  naik kereta lagi ya.” Anak itu cuek saja, tak peduli dengan ibunya. Mungkin juga dia tidak memahami maksud perkataan tersebut. Akhirnya keduanya turun dan tak lupa ucapan terima kasih kepada bapak yang merelakan tempat duduknya tadi.
           Melihat semuanya itu timbul perasaan kagum dan trenyuh dalam hatiku. Ibu, adalah seorang ibu. Walaupun bagaimanapun keadaan anaknya dia tetap menyayangi dan menerima apa adanya. Kasih ibu sepanjang jaman, tak tergerus oleh waktu dan keadaan. Seperti syair lagu anak –anak, Ibu adalah: “Sang Surya yang menyinari dunia … “.
           Aku berjanji kelak bila kami telah diberi momongan, aku akan menjadi ayah terbaik buat anak – anakku. Karena mereka adalah segalanya. Bunga – bunga surga yang menghiasai nafas dan jiwa sepanjang hidup. Rasanya kami sudah tak sabar memilikinya. Semoga Tuhan segera mengabulkan keinginan kami… Amin .
******
Berita per-14 September 2011 , Sumber : Harian Seputar Indonesia, Indo Pos
-  Nasional
Toyota investasi Rp. 2,9 Triliun untuk membangun pabrik baru di Indonesia dan menjadikannya sebagai basis produk di Asia.             Komentar : .Semoga berjalan mulus, tidak bernasib seperti mobil Timor.
PT KCJ ( PT KAI Commuter Jabodetabek) menambah keretanya sebanyak 60 buah.             Komentar : Semoga penumpang tidak ada lagi penumpukan dan lebih nyaman.
-   Pendidikan
Sejumlah kalangan menilai rencana pemerintah mendirikan sekolah calon ilmuwan perlu pengkajian mendalam.             Komentar : kapan mulainya bos, jika terus dikaji dan dinilai. Kita perlu buktinya !
-    Ekonomi
Indonesia diperkirakan akan  mengimpor 60 juta unit telepon seluler pada tahun 2011.               Komentar : Jangan mengimpor terus dong, gantian kita mengekspor …
-  Seni dan hiburan
Miss Angola “Leila Lopes” terpilih sebagai Miss Universe  2011 yang diadakan di Rio de Jainaro, Brasil dengan menyisihkan 88 orang pesaing.                                                   Komentar : Kapan ya kita bisa menang ? minimal sepuluh besarlah,  Ayo putri    Indonesia,semangat ! End of Report… to be continued …

Quote of The Day :
“ Saya pikir Anda dapat memiliki semuanya. Anda hanya perlu kerja keras, karena hal – hal besar tidak akan datang dengan mudah.”
Katy Perry (  Katherin Elyzabeth Hudson, musisi Amerika Serikat).


14 September 2011
Kawan, pernahkah kalian merasa galau ketika kehabisan ide? Atau kalian merasa bagai tersendat melanjutkan kata yang telah kalian tulis? Itulah yang saya rasakan saat ini kawan. Saya kehabisan ide. Otak saya tak cukup siap menangkap ide lebih tepatnya. Akhir-akhir ini terlalu banyak hal yang saya pikirkan. Terlepas penting atau tidaknya pikiran tersebut. Tapi yang pasti, malam ini saya dapat mengambil pelajaran dari yang saya alami hari ini, bahwa orang yang hobi berleha-leha atau tak pandai menghargai waktu, maka ia akan selalu terlambat. Ah, saya tak ingin lagi menjadi pribadi yang seperti itu. Mulai sekarang saya akan komitmen melatih diri saya agar selalu berusaha untuk tepat waktu.
Apakah sekarang saya benar-benar sedang sangat galau? Mungkin! Tapi yang pasti, kesuksesan itu tidak akan menghampiri seseorang dengan perjuangan lemah. Setiap kesuksesan akan selalu menuntut kerja keras dan kesungguhan. Ah, mungkin kalian bingung membaca tulisan saya ini. Kemanakah arah pembicaraan saya ini? Saya pun bingung kawan! Beginilah mungkin kalau orang galau sedang menulis ya? Topikya abstrak, hehe ….
Tapi yang terang kawan, saat ini, pada detik ini, otak saya tak cukup siap untuk menangkap ide. Tersebab otak saya lagi ribet. Ribetnya kenapa? Itu rahasia saya kawan, hehe …. Jadi karena keribetan itu, jadi berimbas pada otak saya malam ini. Saya jadi tersendat-sendat merangkai kata. Ah, apa kalian masih bingung? Jangan bingung kawan, sebenarnya ini hanyalah ungkapan hati seseorang yang sedang curhat. Meski tak jelas benang merahnya apa? Ah, ribet ya? Saya juga merasa begitu.
  Jadi intinya, saya sedang ada proyek menulis dengan seseorang. Saya mengenalnya di dunia maya bernama facebook. Dan besok saya berjanji akan menyelesaikan proyek saya tersebut dan akan mengirimkan tulisan saya kepadanya. Dan sekarang apa yang terjadi? Saya kehabisan ide, saya kesulitan melanjutkan kata-kata saya yang telah saya ketik di Microsoft word 2007. Saya seperti kodok yang sedang tersuruk dalam lobang yang gelap. Gelap kawan! Tak ada secuil pun ide itu. Kalau pun ada, otak saya sedang kocar-kacir, tidak fokus. Jemari saya kaku. Tersendat-sendat. Kalau begitu, bagaimanakah solusinya? Saya akan tanyakan pada langit yang tak berbintang, hehe ….
Sekian dulu cerita saya hari ini kawan.
Wassalam
Nana Karlina


14 September 2011

"BUAIAN MIMPI INDAH"

Di Balik Tirai Hujan …
Kulukiskan kisahku, tentangmu.

Kemarin, rindu membakar harap dalam kalbu untuk sebuah perjumpaan. Menciptakaan asa yang tak biasa akan sebuah kebersamaan, seperti dahulu. Kebersamaan yang senantiasa menebar bahagia tak ternilai. Kebersamaan yang begitu indah dalam bingkai “kasih”; di bawah gubuk “cinta”, di atas altar sang “Maha Cinta” dan di tengah-tengah orang “terkasih”. Sungguh tak ada kebersamaan seindah berkumpul dengan keluarga. Ya… keluarga adalah harta paling indah dalam hidup. Dialah permata yang tak tertandingi kemilau indahnya. Tempat menumpahkan segala suka dan duka yang membanjiri raga. Ah…rindu, selalu menjadi penghias dalam hidup yang kujalani. Terkadang manis namun kadang juga terasa pahit bila tak bersambut dengan pertemuan. Itulah “rindu”.

Setelah seharian penuh menjalani rutinitas seperti biasa, maka saatnya raga beristirahat. Sebab mata sudah tak sanggup menahan kantuk. Kupejamkan mata hingga terlelap. Setelahnya, ada hal berbeda yang terjadi, sosok yang kurindu itu hadir. Begitu nyata di pelupuk mataku. Menghadirkan kasih dalam bingkai cinta yang tak biasa. Ah…dia, sosok itu, sosok yang selalu kurindu menjelma nyata di hadapanku. Ibu…ya ibu tercinta. Ia hadir menemani malamku.

Saat itu ntah pada moment apa, aku tak tahu. Kulihat orang-orang berbondong-bondong menuju suatu tempat. Tempat apa itu? Aku jua tak tahu, samar. Di tengah kerumuman orang-orang aku mencari sosok itu karena aku telah kehilangan jejaknya karena terlalu ramai. Kutolehkan ke belakang berharap ada sosok itu di sana. Samar-samar kulihat ayah menggandeng tangannya dengan mesra, mesra sekali. Namun ia tak berdua, ada seorang bocah kecil pula mendampinginya, ia adalah keponaanku. Sesaat kemudian kupanggil keponaanku dan kugandeng jemari mungilnya. Akhirnya kami berjalan beriringan, di sebelahku ada seorang ibu paruh baya, ialah tetanggaku.

        “Lel, kenapa kok kamu begitu cuek pada ibumu. Biasanya kamu begitu dekat dengannya.?”
Deg…tiba-tiba saja aku sadar saat aku memanggil firja, keponaanku. Aku sama sekali tak memandang wajah seseorang yang bergandengan dengan ayahku, yakni ibuku. Seketika, kupalingkan wajahku mencari sosok itu yang berjalan di belakangku. Aku tersenyum padanya, ia pun membalas senyumku. Manis, manis sekali. Senyuman yang telah lama tak kujumpai, senyuman yang selalu kurindu menjelma nyata di pelupuk mataku. Kemudian kami meneruskan perjalanan kembali, di tengah perjalanan air bening jatuh merembes membasahi pipi, kudekap seseorang yang berada di sebelahku yakni kak Sarmiani, tetangga dekat rumah. Kutumpahkan air mataku di sana. Ntah apa yang membuatku menangis, aku sungguh tak mengerti. Tak lama kemudian, jalanan yang tadinya ramai oleh kerumunan orang tiba-tiba saja menghilang, kutatap sekelilingku demi meyakinkan kembali tatapan mataku, senyap. Yang ada hanya sepi. Aku terbelalak, saat menyadari bahwa aku berada di atas tempat tidur. Ya… aku bermimpi, bermimpi bertemu dengan almarhumah ibunda yang telah dua tahun kembali ke PangkuanNya.

Cinta yang tak biasa telah menebarkan kasih tak terlupa. Rindu yang kemarin membelenggu hati terobati sudah. Allah selalu punya cara yang tak terisyaratkan dalam memenuhi harap setiap hambaNya. Saat kerinduan kemarin menjelma nyata dalam sebuah perjumpaan, meski tak senyata yang kumau. Di alam mimpi, Allah telah mempertemukanku dengannya, sosok yang dua tahun ini memenuhi rongga kerinduanku. Buaian mimpi yang begitu indah, saat aku dapat menatap sunyuman manis itu. Senyuman yang telah lama tak terlihat. Senyum…ya semoga saja ia memang selalu tersenyum berada di dekatMu. Dalam bingkai kerinduan, kusapa kau dalam lirih do’a. Kan kuabadikan mimpi manis ini agar tak lenyap ditelan masa.


BBHB 10
14 Sep. 11
Sahabat Tambel Butuh

Sahabat adalah ketika loe butuh, gue harus selalu ada. Dan ketika gue butuh eloe, bodo amat itukan urusan eloe. Dimanakah persahabatan yang kalian tawarkan dan gembar-gemborkan itu? Kalau lagi butuh namanya sahabat, setelah itu bodo amattt... amat aja pinter. Emang enak buat tambel butuh? Cuciannnn deh gueeee.....
-------------------------------------------o0o----------------------------------------------


14 September 2011
Lagi2 di gubug penatku....


Semua seperti mimpi, dan benar saja , karena semua itu benar-benar hanya sebuah mimpi. Baru saja aku terbangun dari tidur panjangku, padahal sang surya telah berada tepat di atas kepala. Sungguh aktivitas yang tiada berguna. Entah kenapa, hari ini ingin sekali aku bermalas-malas ria, ingin menikmati sisa hidupku tanpa memikirkan apapun. Ditambah lagi dengan jadwal kuliah yang dihapuskan di hari ini, menambah hasratku untuk jatuh dalam dekapan guling dan bantal kesayanganku. Huh.... meski di luar sana masih banyak yang menungguku, masih banyak pekerjaan yang menunggu aku jamah, namun indra ini tetap ingin tuk diam. 

Saat sedang nganggur begini, membuatku ingat pada kenangan indah bersama mas Fi. Sekedar mengingat aktivitas bersama masku itu, mengingat kata-katanya, membuatku semakin kangen. Coba saja dia ada di sini sekarang, tak akan pernah ada kata malas-malasan lagi. Dia begitu hebat bagiku. Dia mampu menyihirku dengan sekali ucap, membuatku tunduk akan kata-katanya. Sekali dia bilang SEMANGAT, maka aku akan benar-benar punya daya untuk kembali bersemangat. Begitu istimewanya dia bagiku, hingga aku tak akan oernah sanggup untuk kehilangannya. Mas.... aku ingin bertemu denganmu, Aku ingin dengar kata-kata manismu lagi. Aku ingin kau warnai lagi hidupku yang semaiki terasa tak berarti ini. Mas.... dimanapun kau berada, dengarkanlah pintaku. datanglah Mas.... Aku kangen kamu....


*****


BBHB

14 September 2011
Dewasakah, Aku?

Alhamdulillah, Ruh… Malam ini masih bisa curhat padamu lagi.
Seharian ini rasanya masih sama seperti kemarin, tapi saat ku tulis curhatku untukmu ini, sudah mendingan.

Ini berhubungan dengan curhat seseorang, Ruh.
Dia mengeluh tentang sikap orang terdekatnya yang tidak bisa dewasa, padahal usianya sudah dewasa. Menurutnya, orang terdekatnya itu seringkali marah-marah dengan alasan tak jelas, cemburu, kekanak-kanakan dan manja tidak karuan. Labil akut. Dan ujung-ujungnya membuatnya bosan dan berpikir untuk meninggalkan orang terdekatnya tersebut. Bahkan sekarang dia mengaku sudah jalan dengan orang lain yang dianggapnya dewasa.

Seperti biasa, Ruh. Aku diam mendengarkan dan sesekali tersenyum karena merasa lucu. Kenapa? Karena aku justru merasa orang yang sedang curhat padaku itu belum bersikap dewasa. Hihi… Emang benar kalau kita tak bisa melihat punggung kita sendiri, ya, Ruh? Hanya bisa menilai orang lain dan malas untuk intropeksi diri.
Setelah orang tersebut selesai bercerita kemudian minta pendapat serta saranku, Ruh. Padahal aku ngerti apa coba?

Menurutku, Ruh. Usia bukan pathokan atau ukuran untuk suatu kedewasaan. Karena pada kenyataannya banyak kutemui orang yang usianya sudah dewasa tapi masih kekanak-kanakan atau malah usia masih muda tapi sudah dewasa dalam berpikir dan bersikap. Hmm… kalau sudah begini, gimana kita bisa memastikan tingkat kedewasaan seseorang, ya, Ruh? Ah, kok jadi repot sih.

Dewasakah aku, Ruh?
Kalau berkaca dan mengingat sikapku juga mengamati orang sekitarku, Ruh. Aku berpendapat tiap orang memiliki dua sisi. Satu sisi dewasa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan logika. Sedang sisi lainnya, sisi kekanakan berdasarkan naluri dan perasaan. Siapa sih yang nggak ingin menjadi dewasa? Siapa pula yang nggak ingin diperhatikan? Dimanjakan? Dsb.

Jadi kesimpulanku, Ruh. Dewasa itu kembali pada masing-masing pribadi bagaimana dalam menyeimbangkan antara dua sisi dalam dirinya. Karena kalau hanya menonjol salah satu, akan terlihat sok dewasa atau seperti anak kecil. Menyebalkan, ya? Sampai dengan hari ini, Ruh… aku sendiri sedang belajar dan terus berusaha untuk ini. Untuk dewasa menurut versi analisaku. Semoga bisa.

Ah, Ruh yang pasti apa pun penilaian orang terhadapku. Mau dibilang dewasa atau dikatakan kekanakan, terserah. Itu hak mereka. Tapi yang pasti aku ingin menjadi diriku sendiri dan terus berusaha untuk lebih baik lagi. InsyaAllah.


Ruang Ungu Hatiku
23:05Pm


Rabu, 14 September 2011 pukul 18:37

PEMINAT LOMBA

Aku sempat kaget begitu ponselku bordering, dan cukup lama aku memperhatikan nomor yang masuk tersebut. Aku bimbang, diangkat tidak ya? Tapi karena aku sedang di rumah salah satu murid privatku, aku merasa tidak enak hati pada tuan rumah dan membiarkan ponselku berbunyi. Nomor Simpati! Siapa ya? Akhirnya kuangkat juga setelah beberapa kali berdering.

“Ya Hallo….” jawabku.

“Maaf, ini yang namanya Futicha Turisqoh?” tanya suara penelpon. Suara seorang laki-laki.

“Ya betul. Ada apa ya?” tanyaku penuh selidik. Aku sempat deg-degan, takut ada berita buruk.

“Saya baca di Kompasiana tentang Audisi Penulis Buku Cinta Membaca. Saya tertarik dan ingin mencoba ikut. Apa dibolehkan? Syaratnya apa saja ya? Biar lebih jelas….”

Plong rasanya! Kukira ada apa…. Entahlah, aku begitu takut setiap ada bunyi telepon, apalagi jika sang penelpon adalah laki-laki. Kenapa ya? Apa aku begitu paranoid hingga selalu enggan jika mengangkat telepon? Aku pun segera menjelaskan syarat-syaratnya, meski dalam pengumuman sebenarya sudah sangat jelas. Tapi aku tak ingin berburuk sangka terhadap sang penelpon. Dia bilang dari Ciamis, kalau tidak salah, dan namanya Jarig (???) Nama yang asing dan aneh di telinga.

Aku bersyukur, lomba itu mendapat respon yang cukup baik dari para pembaca, baik pembaca dari facebook maupun blog. Mudah-mudahan peminatnya banyak. Amin….

***

Rabu, 14 September 2011 pukul 18:38

WANITA

Tadi aku kondangan di rumah wali murid, dan aku melihat sesuatu yang janggal dari dua orang tamu wanita. Tamu yang duduk di depanku itu cantik-cantik, berbaju hitam tanpa lengan da transparan. Berdandan menor dan menarik perhatian tamu-tamu lainnya. Sepertinya mereka penyanyi.Yang aku herankan, mereka duduk selonjor tanpa melepas sepatunya. Sangat tidak sopan! Batinku. Sudah begitu, sambil merokok lagi! Aku jadi tidak betah berlama-lama di sana, selain aku tak biasa bergaul dengan asap rokok, juga risih melihat pemandangan yang sangat tidak sedap tersebut. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi aku paling tidak suka melihat dandanan seorang wanita yang tidak menutup aurat dan melakukan hal-hal yang tidak wajar dan tidak pada umumnya. Aku yang sangat menjunjung tinggi derajat wanita sesuai koridor syari’ah, melihat pemandangan seperti itu mendadak jengah dan ingin segera beranjak dari tempat itu. Wahai wanita, apa yang sebenarnya kauharapkan dari dandanan seperti itu? Hufft! Tapi aku tak mungkin ikut campur dan langsung berceramah di depan mereka kan? Bagaimanapun mereka punya hak hidup bermasyarakat, meski masyarakat masih merasa asing melihat cara hidup mereka.

***