twitter


BBHB

14 September 2011
Dewasakah, Aku?

Alhamdulillah, Ruh… Malam ini masih bisa curhat padamu lagi.
Seharian ini rasanya masih sama seperti kemarin, tapi saat ku tulis curhatku untukmu ini, sudah mendingan.

Ini berhubungan dengan curhat seseorang, Ruh.
Dia mengeluh tentang sikap orang terdekatnya yang tidak bisa dewasa, padahal usianya sudah dewasa. Menurutnya, orang terdekatnya itu seringkali marah-marah dengan alasan tak jelas, cemburu, kekanak-kanakan dan manja tidak karuan. Labil akut. Dan ujung-ujungnya membuatnya bosan dan berpikir untuk meninggalkan orang terdekatnya tersebut. Bahkan sekarang dia mengaku sudah jalan dengan orang lain yang dianggapnya dewasa.

Seperti biasa, Ruh. Aku diam mendengarkan dan sesekali tersenyum karena merasa lucu. Kenapa? Karena aku justru merasa orang yang sedang curhat padaku itu belum bersikap dewasa. Hihi… Emang benar kalau kita tak bisa melihat punggung kita sendiri, ya, Ruh? Hanya bisa menilai orang lain dan malas untuk intropeksi diri.
Setelah orang tersebut selesai bercerita kemudian minta pendapat serta saranku, Ruh. Padahal aku ngerti apa coba?

Menurutku, Ruh. Usia bukan pathokan atau ukuran untuk suatu kedewasaan. Karena pada kenyataannya banyak kutemui orang yang usianya sudah dewasa tapi masih kekanak-kanakan atau malah usia masih muda tapi sudah dewasa dalam berpikir dan bersikap. Hmm… kalau sudah begini, gimana kita bisa memastikan tingkat kedewasaan seseorang, ya, Ruh? Ah, kok jadi repot sih.

Dewasakah aku, Ruh?
Kalau berkaca dan mengingat sikapku juga mengamati orang sekitarku, Ruh. Aku berpendapat tiap orang memiliki dua sisi. Satu sisi dewasa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan logika. Sedang sisi lainnya, sisi kekanakan berdasarkan naluri dan perasaan. Siapa sih yang nggak ingin menjadi dewasa? Siapa pula yang nggak ingin diperhatikan? Dimanjakan? Dsb.

Jadi kesimpulanku, Ruh. Dewasa itu kembali pada masing-masing pribadi bagaimana dalam menyeimbangkan antara dua sisi dalam dirinya. Karena kalau hanya menonjol salah satu, akan terlihat sok dewasa atau seperti anak kecil. Menyebalkan, ya? Sampai dengan hari ini, Ruh… aku sendiri sedang belajar dan terus berusaha untuk ini. Untuk dewasa menurut versi analisaku. Semoga bisa.

Ah, Ruh yang pasti apa pun penilaian orang terhadapku. Mau dibilang dewasa atau dikatakan kekanakan, terserah. Itu hak mereka. Tapi yang pasti aku ingin menjadi diriku sendiri dan terus berusaha untuk lebih baik lagi. InsyaAllah.


Ruang Ungu Hatiku
23:05Pm

0 Coment:

Posting Komentar