twitter


Rabu, 14 September 2011 pukul 18:37

PEMINAT LOMBA

Aku sempat kaget begitu ponselku bordering, dan cukup lama aku memperhatikan nomor yang masuk tersebut. Aku bimbang, diangkat tidak ya? Tapi karena aku sedang di rumah salah satu murid privatku, aku merasa tidak enak hati pada tuan rumah dan membiarkan ponselku berbunyi. Nomor Simpati! Siapa ya? Akhirnya kuangkat juga setelah beberapa kali berdering.

“Ya Hallo….” jawabku.

“Maaf, ini yang namanya Futicha Turisqoh?” tanya suara penelpon. Suara seorang laki-laki.

“Ya betul. Ada apa ya?” tanyaku penuh selidik. Aku sempat deg-degan, takut ada berita buruk.

“Saya baca di Kompasiana tentang Audisi Penulis Buku Cinta Membaca. Saya tertarik dan ingin mencoba ikut. Apa dibolehkan? Syaratnya apa saja ya? Biar lebih jelas….”

Plong rasanya! Kukira ada apa…. Entahlah, aku begitu takut setiap ada bunyi telepon, apalagi jika sang penelpon adalah laki-laki. Kenapa ya? Apa aku begitu paranoid hingga selalu enggan jika mengangkat telepon? Aku pun segera menjelaskan syarat-syaratnya, meski dalam pengumuman sebenarya sudah sangat jelas. Tapi aku tak ingin berburuk sangka terhadap sang penelpon. Dia bilang dari Ciamis, kalau tidak salah, dan namanya Jarig (???) Nama yang asing dan aneh di telinga.

Aku bersyukur, lomba itu mendapat respon yang cukup baik dari para pembaca, baik pembaca dari facebook maupun blog. Mudah-mudahan peminatnya banyak. Amin….

***

Rabu, 14 September 2011 pukul 18:38

WANITA

Tadi aku kondangan di rumah wali murid, dan aku melihat sesuatu yang janggal dari dua orang tamu wanita. Tamu yang duduk di depanku itu cantik-cantik, berbaju hitam tanpa lengan da transparan. Berdandan menor dan menarik perhatian tamu-tamu lainnya. Sepertinya mereka penyanyi.Yang aku herankan, mereka duduk selonjor tanpa melepas sepatunya. Sangat tidak sopan! Batinku. Sudah begitu, sambil merokok lagi! Aku jadi tidak betah berlama-lama di sana, selain aku tak biasa bergaul dengan asap rokok, juga risih melihat pemandangan yang sangat tidak sedap tersebut. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi aku paling tidak suka melihat dandanan seorang wanita yang tidak menutup aurat dan melakukan hal-hal yang tidak wajar dan tidak pada umumnya. Aku yang sangat menjunjung tinggi derajat wanita sesuai koridor syari’ah, melihat pemandangan seperti itu mendadak jengah dan ingin segera beranjak dari tempat itu. Wahai wanita, apa yang sebenarnya kauharapkan dari dandanan seperti itu? Hufft! Tapi aku tak mungkin ikut campur dan langsung berceramah di depan mereka kan? Bagaimanapun mereka punya hak hidup bermasyarakat, meski masyarakat masih merasa asing melihat cara hidup mereka.

***

0 Coment:

Posting Komentar