twitter


Bukan Jodohku_07 Nov 2011
 
Aku dan kakak seniorku di SMA pergi
ke plaza untuk mencari tas dan kado buat pernikahan senior kami yang lain. Setelah
mendapatkan kado, kami meluncur ke tempat yang lain.
Kami mengelilingi hampir semua toko tas yang
ada di plaza tersebut. Dimulai dari lantai paling dasar sampai atas. Memilah-milah
mana yang bagus dan menempel di hati. Tibalah pada satu toko, shoplifter yang ramah sangat sabar
menjawab semua pertanyaan yang kami ajukan. Tetap memberi senyum walau kami
tidak jadi beli.
Tibalah pada toko berikutnya, dia malah
marah-marah karena tidak jadi beli sambil bermuka masam, padahal kami sudah
meminta maaf. Setelah berkeliling lagi dan berpikir, kami memutuskan balik ke
toko yang shoplifter-nya ramah.
Setelah kami cek, hanya toko tersebut yang
punya model tas tersebut walau di lain toko  ada merk yang sama. Memang lumayan
mahal, tapi melihat kualitas dan sudah jatuh cinta pada pandangan pertama,
akhirnya kakak memutuskan untuk membelinya.
Aku srek (suka) dengan tas merah merk Hermes. Untuk mengganti tas
jalan-jalanku yang sudah kusam dan berbulu. Dan umurnya yang cukup tua. Kutawar
sesuai budget-ku tapi tak bisa lagi, bos-nya
hanya menurunkan lima ribu perak. Huh, aku menghela napas. Aku memandangi tas
merah itu. Sangat manis, imut dan anggun. Kakak itu pun dengan sabar menenteng
tas itu dan mengatakan, “Kakak gak bakalan nyesal belanja disini! Jamin garansi
harga kalau ada yang nawarkan murah dari sini dan ini kualitas bagus!” Murah
katanya???
“Bisa puasa seminggu penuh nih,” dalam hatiku. Kami
pun keluar dari toko itu. Kakak bertanya, “Kenapa gak diambil Mus???”
            “Aih Kak, tak cukup uang Imus.”
            “Ya udah pakai uang Kakak aja dulu.”
            “Boleh??? Tapi bayarnya bulan depan
ya?”
            “Oke.”
            Dari lantai dasar kami kembali
menaiki tangga berjalan.
            Sayang. Sungguh sayang. Bukan jodohku.
Si H telah diambil orang. Hohoho, aku hanya tersenyum kecut. Sebenarnya ada, tapi
warnanya hitam. Aku tidak suka, kelihatan pucat. Sedangkan yang merah kelihatan
manis dan cerah. Shoplifter mencoba
menenangkanku, menelepon bosnya dan kawan bosnya, manatau ada stok yang
tertinggal. Nihil. Habis. Keluarlah aku dengan kecewa. Kami pun tertawa.            
“Itukan Mus, bukan dari tadi diambil. Emang
bukan jodohmu!”
            “Iya Kak, ya udahlah, untungnya Imus gak jadi
ngutang sama Kakak.” Ucapku sambil cemberut.

           “Gak
harus mikirin utang deh,” ujarku dalam hati.
Aku berharap menemukan tas itu lagi. Kami pun
sekali lagi berkeliling, namun sayang, tak ada model yang seperti itu. Hiks. Hari
sudah mendung. Kami pun pulang. Padahal kalau tidak mendung, kami mau mencarinya
di Petisah. Kok jadi kepikiran gini ya?? Sampai saat ini, bentuknya sangat
jelas di mataku.

MPH_ 11: 00 PM