twitter


Fly Over 08 Januari 2012 11:58 pm

Malam ini sepertinya aku akan kembali tak bisa terlelap dengan 'baik', entahlah.....

Rabb, hamba adalah orang paling perasa atau tersensitif di dunia??? Mengingat wajah dan ucapan mereka, rasanya hamba tak tega, tapi Rabb, tahukah mereka kalau selama ini hamba sudah berusaha mengikuti 'mau' mereka???

Jalur yang hamba ambil saat ini, sebenarnya adalah sesuatu yang bukan, bukan dari kemauan hati hamba. Namun, lama kelamaan hamba mulai menyukainya, menyenanginya dan mulai jatuh cinta. Ketika semua hamba bangun, dari semangat dan kemauan, bukannya mereka yang memberi dukungan terbesar ketika itu. Mereka yang mengatakan, "Kamu bisa, itu hal mudah!!!"

Kini, ketika hamba berdoa, kenapa doa itu seakan begitu cepat Engkau jawab. Inikah trik yang harus hamba pecahkan sendiri? Hamba gak kuat ya Rabb, hamba malas 'bertekak' dengan mereka, pusing, sangat pusing menentang perkataan orang tersayang, yang hamba tahu maksud mereka itu baik, sangat baik, tapi Rabb, tahukah mereka ada 'sesuatu' yang hamba cari lebih dari sekedar 'itu'???

Rabb, wajah seperti apa yang hamba harus perlihatkan di depan wajah-wajah polos tak berdosa esok pagi? Para tunas bangsa yang memiliki keunikan masing-masing. Hari-hari hamba sudah diisi dengan tawa sekaligus rengekan tangisan mereka. Entahlah Rabb, hal itu membuat hamba tersenyum bahagia.

Kenapa memilih itu sulit ya Rabb??? Hamba gak bisa fokus menulis untuk naskah novel kedua hamba, ketika mau menulis 'terpentok' oleh peristiwa semalam, sepertinya harapan mereka begitu 'gede' kepada hamba.

Membaca dan menguatkan volume mp3 adalah pelarianku, karena beberapa hari kedepan aku tak bisa berkonsultasi sama Rabb-q, dalam suasana cuti, namun kali ini aku benar-benar galau ditambah kram diperutku, sepertinya hari-hariku akan penuh kesensitifan. Berharap 'tidak'!!!!!

Bersandar di rak-rak buku yang ada di gramedia dan mencium aromanya membuatku 'gila' benar-benar ingin memiliki itu semua. Semua seperti berteriak, "Miliki daku, aku padamu!" namun apa daya kantongku tak sanggup. Selama ini sudah kucicil dan kupesan via on line, kemaren aku memboyong satu buku seharga 150 ribu, bakal mengencangkan ikat pinggang nih, buku yang lama ingin kumiliki, sebenarnya banyak lagi sih, sudah ku-list, beberapa di antaranya, novel baru Kang Abik "Cinta Suci Zahrana" dan beberapa karya Salim A Fillah, dan masih buanyak lagi. Aku juga baru mendapat dua buku baru sekaligus dari sahabatku, senangnya, plus bros jilbab, alhamdulillah, sesuatu ya.

Tahun lalu (2011) aku mendapat banyak hadiah, senangnya, hadiah yang tak disangka-sangka, dimulai dari penerbitan bukuku, novel solo dan antologi bersama kawan-kawan, hal yang tak pernah kusangka, seorang Mustika bisa menghasilkan karya kecil-kecilan, semoga bermanfaat jika aku, kemudian, tak ada lagi di muka bumi ini.

Lanjut, kado-kado dari orang-orang tersayang dan teman se-WR, kadonya berupa baju, bros, buku, jilbab, tupperware, mug, sampai puisi-puisi indah, lantunan doa yang tulus, sehingga meresap sampai ke hati yang membuat aku bertahan sampai sekarang. Thank you full to all.

Masyaallah, aku lupa-lupa ingat mengirim kado buat si Mbak Upik, maafin ya Mbak, belum sempat ke kantor pos, karena kedatangan saudara dari kampung, terus ngajak jalan-jalan, he, jadi keenakan.

Dua minggu liburan membuat berat badanku naik, ketika kemaren aku menimbang, akhirnya angka 44 itu tertembus, biasanya bertahan di 41 semoga bisa menembus angka 47 atau 48. Semoga.

Aduh, ini koq jadi ngomong kado dan berat badan segala ya??? Aku jadi bingung sendiri, tadi kita bicara tentang apa ya?? Yang pasti kali ini bukan cinta, tapi tentang pilihan. Bukan. Ini bukan tentang memilih pendamping hidup sama sekali bukan. Ada masanya! Bukan untuk saat ini.

Kabar dari abang sepupuku tentang 'sesuatu' hal membuatku 'terbengong'. Inikah jawaban doaku?? Koq secepat itukah??? Aku membisu, tak kubiarkan mereka tahu. Iklan. "Terima kasih buat kakak dan abang yang selalu perhatian padaku, perhatian kalian membuatku meneteskan air mata haru, sangat haru, kalian masih menganggapku 'adik kecil' kalian, walau kalian pada berkeluarga, kasih sayang terus mengalir buat adikmu ini. Ingin rasanya memutar kembali kenangan masa kecil, waktu dulu kagak ada handy cam ya. Sayang sekali. Kan lucu melihat si abang merajuk. Nangkap capung dan ikan mas di sawah. Badan penuh lumpur. Kangen masa-masa dulu."

Ketika sabtu kemaren aku pulang raker, eh, mereka nanya, "Udah dikabari si Abangkan??" Aku pun menjawab, " Yang mana ya???" pura-pura terkejut. Itu dan bla bla bla. Oh MG......., akhirnya mereka mendengar juga, langsung dari abangku ketika mereka berkunjung ke rumah pamanku. Perdebatan pun terjadi, aku bersikeras dengan pendapatku, mereka lebih menekankan pada, "Apa selamanya mereka bisa menjamin??? Sudah pasti????" Aku terdiam, memang tak ada yang pasti, kecuali janji Allah. "Inilah, dia terus memikirkan orang, tak pernah memikirkan dirinya sendiri, nanti kamu juga yang rugi Nak!" ujar beliau.

Aku masih tetap pada pendirianku, aku masih memilki tanggungjawab kepada 'badan' yang memberiku amanah dan tentunya kepada Allah untuk menyelesaikan perjanjian.

Aku pergi berlalu, tak ingin memperpanjang debat, dan masuk ke kamar. Membenamkan wajah di bantal, lalu berteriak. Bulir-bulir bening bercucuran di pipiku. Dulu mereka yang ingin aku menggeluti 'ini', ini malah, aghhhhhhhhhhhh. Aku menatap langit-langit kamarku, perkataan mereka ada benarnya, bisikku dalam hati, tapi, aghhhhhhhhhhhhhhhhhh.

"Kak." Teriak adikku. Ternyata nasi goreng pun tiba. Kami tetap menikmati nasi goreng dalam satu lingkaran. Aku melihat mereka menikmatinya dengan perlahan, seperti ada yang terganjal, yang ingin kembali diungkapkan, namun tertahan agar tak merusak suasana makan malam yang harmonis. Selesai makan, aku kembali ke kamar, menghidupkan lepi karena ada tugas nge-host di acara Edos. Sembari nge-host, aku memberi like dan komen di beberapa status kawan-kawan, eh ada komen-komen yang membuat perutku tergelitik. Sedikit menghibur di suasana galau. Hal itu gak bisa buat perasaanku 'plong'.

Malam kian larut, badan pun kian kalut. Kurebahkan badan di kasurku yang empuk, suasana magrib tadi kembali terlintas.

Kupejamkan mata, semoga esok kutemukan jawaban.

Minggu ini ada tiga agenda dari pagi sampai sore, dua diantaranya menghadiri undangan senior dan kawan se-almamater. Kalau tidak mengingat kewajiban seorang muslim, aku sudah pulang, perutku kram, akhirnya menahan kram yang melilit, mendoakan saudara dengan senyum terkembang.

Pertemuan dengan kawan-kawan seperjuangan tadi juga masih tidak membuat perasaanku lega, masih belum ada gambaran. Malam ini, melalui buku "chicken soup for the soul" aku akan menjelajahi sisi-sisi positif dari kehidupan lain, kan kita bisa mengambil hikmah dari mana saja. Allah kan menyebar hikmah dimanapun dan kapanpun, so.... walau ini diambil dari kisah nyata keluarga 'barat' pasti ada hikmanya, ada lucunya, pastinya so sweet. Oke deh, selamat membaca. Semoga kegalauan hatiku besok sudah pudar. Amin ya Rabb.

"Akankah Mustika mengikuti keinginan 'mereka' atau mengikuti kehendak hatinya??? Yakinkah ia dengan keputusannya nanti?? Atau ada penyesalan di kemudian hari???" ujar Feni Rose dengan mata melotot dan bibir monyong kesamping.

0 Coment:

Posting Komentar