twitter


- MAKAN -

Salam Kawan :)

Kemarin saya memikirkan mau diisi apa B2HB ini selanjutnya. Cukup memakan waktu rupanya, padahal hanya persoalan kecil. Singkat cerita, saya mau menulis apa yang saya mau. Biarin aja kalau nanti jadinya berupa coret-coretan ide, serpihan cerita hidup yang nggak penting, atau letupan isi pikiran… yang penting saya menikmatinya.

Hari ini saya sedikit tertohok dengan status salah seorang teman FB saya: “Bisa makan adalah sebuah anugrah.” Benar, makanan adalah anugrah yang rasanya sudah hampir saya lupakan statusnya sebagai anugrah. Sebelum melihat status itu, tadi pagi saya sarapan dengan tergesa-gesa. Mengucapkan doa sebelum makan juga dengan tergesa-gesa. Ah, tapi biasanya saya juga mengucapkan doa sebelum makan dengan cepat walaupun tidak sedang terburu-buru.

Setelah membaca statusnya, saya jadi mikir. Iya ya, kapan terakhir kali saya menganggap makanan sebagai anugrah? Setiap hari rasanya sudah wajar kalau ada nasi dan lauk pauk. Saya Cuma butuh waktu 15 menit untuk makan sebelum berangkat kerja. Waktu efektif makan, tanpa ada esensi mensyukuri tersedianya makanan itu. Ah iya… kapan ya terakhir kali saya berdoa sebelum dan sesudah makan? Maksud saya benar-benar berdoa. Benar-benar mengucap syukur atas tersedianya makanan yang baik dan cukup bagi kita pagi itu, lengkap dengan minumannya. Benar-benar meminta agar makanan kita berkah. Agar makanan kita bermanfaat bagi tubuh, halal, dan tidak menyebabkan kita masuk neraka. Setelah makan kemudian benar-benar bersyukur bahwa kita masih bisa merasakan bermacam-macam rasa yang ada di makanan. Merasakan nikmatnya makan. Dan akhirnya, maghrib tadi… saya jadi menghabiskan waktu hampir 45 menit di meja makan.

Malam ini Malang kembali dingin. Saya sih hangat di dalam rumah, sudah kenyang, sebentar lagi juga pasti ngantuk. Tapi saya jadi teringat orang-orang di luar sana. Yang masih menganggap makanan adalah anugrah yang mewah, yang belum tentu dapat dinikmati 3 kali sehari. Sudah makan kah mereka? Atau masih berjuang membanting tulang untuk mengusahakannya?

Iseng-iseng saya naik kea tap, tempat merenung paling aman dan nyaman di rumah saya. Ternyata sudah purnama, saya lupa kalau ini sudah awal pertengahan bulan. Saya juga masih bersyukur diberi waktu untuk menikmati indahnya purnama. Lalu tiba-tiba saja setetes air jatuh ke hidung saya tanpa permisi. Setelah beberapa bulan kekeringan, akhirnya hujan datang juga. Saya yakin malam ini saya pasti akan kedinginan dan masuk angin. Tapi para tumbuhan dan pak tani pasti senang, hujan sudah datang.

Ah, semoga mereka yang masih berjuang di luar sana memiliki makanan yang cukup untuk menghangatkan perut mereka.

Pakai selimut tebalmu Kawan, ini bisa jadi malam yang sangat dingin.
Sampai besok lagi ya ^^

End of report – Silananda
11 September 2011, dalam kegelapan kamar, Malang

0 Coment:

Posting Komentar