twitter


11 September 2011 Pukul 03.15

Bersyukur adalah satu kata yang benar-benar harus kulatih dan kuterapin dalam diri. Aku kan cuman mahluk, bisanya hanya berencana. Nah sang eksekutor Agunglah yang paling tahu apa yang kubutuhkan daripada diriku sendiri. So, setiap detik akan ada keputusanNya yang selalu membuat kejutan-kejutan indah. Yeah, jujur meskipun terkadang hati ini sulit menerima keputusan-keputusanNya…hehehe
Ampun Robb!

Takdirku di hari ini adalah harus rela merasakan pedihnya diare dan sakit perut. Memang, gak bakalan  ada asap kalo gak ada api. Semua berawal dari kerakusanku kemaren, Karena Ponakanku kemaren bis selamatan 7 bulan kandungannya, dan sebagai  orang jawa yang taat pada budaya, kami harus membuat rujak sebagai  tradisi MITONI. Aku begitu tergiur dengan kelezatan rujak itu. aromanya, warnanya, buah-buah segarnya,,,,,Pokoknya begitu menggiurkan deh! Akupun langsung membabi buta melahap rujak dengan intensitas pedas yang cukup tinggi itu. Aku tak peduli, lidahku menari di atas siraman kuah rujak dengan komposisi dari ulekan cabai dan sedikit gula merah. Sumpah, ini bukan aku!!! tapi nafsuku. Dan barulah efek ramuan pedas itu baru terasa paginya….hiks

Jam 03.00, aku terbangun karena dorongan hajat yang menggebu. aku langsung menuju toilet. gak peduli saklar yang belum aku pencet. Gak peduli gelap yang hadir menemani.
Akhirnya, entah berapa menit kemudian, kesakitan ini berangsur menghilang sebanding dengan jumlah gas dan partikel padat yang jatuh karena gravitasi. tetapi, ketakutan kini menjalar di diri.
ada suara aneh.
kucoba mendengarkan lagi, suara aneh itu semakin jelas dan berulang-ulang…
“ciiiit…ciiit…ciiit.”
aku bingung, takut, dan penasaran. Buru-buru kuakhiri ritualku malam itu. Kupencet saklar Toilet, dan ketika akan keluar Toilet, Oh MG…..

Ada seekor curut (anak tikus) hitam, legam, nongol di lubang kloset tempatku beritual sedari tadi.
hiiiiiiiiii……
sumpah aku syookh teraphy banget!! buru-buru kusiram dengan air sebanyak-banyaknya! eh, curutnya malah semakin teriak kehabisan nafas.
“ciiit…ciiit…ciiit..” dengan repitisi yang semakin cepat.
kusiram lagi, dia terlihat tersiksa dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya dari air yang kusiramkan.

Melihatnya, aku gak tega, Curut khan juga Mahluk Allah, kok aku tega-teganya mau membunuhnya dengan memasukkannya ke ruang siksaan, muara tempat kotoran manusia mengakhiri perjalannanya.

tidaaak, aku gak tega!

ingin hati mengeluarkannya dari jebakan kloset itu, tapi aku gak kuat jijiknya. akhirnya kutinggalkan dia sendiri, Hanya Takdir Allah yang berbicara…..

habis Subuhkutengok Kloset WC rumahku, dan……….
Alhamdulilllah, Curutnya dah gak ada. Semoga dah bebas dan menikmati kebebasanya…
Oh Curut!! Nikmat manakah yang kau dustakan? Lho???

Saiful Anwar

0 Coment:

Posting Komentar