twitter


10 September 2011
Cemburu

ada belati menoreh rasaku
tepat pada purna luka
ketika mereka mesra dalam hangat keluarga
terikat temali cinta

bilakah tiba giliranku?
jawaban meragu
aku meragu
hanya waktu yang tahu

Ruh, aku capeeekkk!!!

Ruh, tak terasa sudah hampir 3 bulan, aku tinggal bersama dalam rumah baru & keluarga baruku (baca: majikan baru). Alhamdulillah,untuk ukuran orang asing yang baru berinteraksi hubungan kami sangat baik. Benar-benar seperti keluarga sendiri.

Setiap tanggal 15 pada bulan kedelapan tahun lama China, di Hong Kong ada peringatan Cung Jao Cit. Dan untuk memperingatinya, mereka biasanya berkumpul bersama keluarga besar di sebuah restoran untuk acara makan bersama. Hari ini keluarga baruku sedang memeperingatinya.

Untuk pertama kalinya aku berkumpul dengan keluarga besar Lay yang terdiri dari Kakek Lay dan Ama isterinya, serta tiga bersaudara (semua laki-laki) beserta isteri dan anaknya masing-masing.
Seperti umumnya sebuah keluarga yang jarang sekali berjumpa, mereka banyak mengobrol dan bertanya kabar tentang kegiatan masing-masing. Tampak akrab.

Ada satu hal yang menarik perhatianku dan benar-benar membuatku cemburu, Ruh. Ketiga lelaki bermarga Lay itu begitu perhatian kepada orangtuanya yang sudah agak pikun, meskipun dihadapan isterinya masing-masing, tak nampak canggung sama sekali. (Lelaki loh, Ruh...) Dan para istri meski tak seperhatian mereka, tapi juga menghormati mertuanya. Sesuatu yang jarang sekali kutemui baik di Hong Kong ini atau pun di Indonesia, terutama pada masa-masa sekarang ini. Saat individualisme semakin meraja di mana-mana.

Bukan rahasia lagi jika banyak anak-anak yang jauh dengan orangtuanya setelah menikah. Atau banyak anak-anak yang menyia-nyiakan orangtuanya yang sudah lanjut usia. Karena malu atau pun merasa direpotkan dengan kepikunan orangtuanya. Ah, andai saja mereka tahu kalau mereka pun pasti menjadi tua (tentunya jika belum tiba waktunya berakhir). Bagaimana jika nasib tersia-sia orangtuanya juga mereka alami nantinya?
Duh, Ruh, membayangkannya aku ngeri sendiri.

Ruh, aku cemburu karena tak mungkin bisa seperti mereka. Bukan aku tak ingin… Tapi karena aku tak punya orangtua.
Ah, sudah dulu ya, Ruh. Ngantuk, nih.

Ruh (Ruang ungu hatiku)
23:49Pm

0 Coment:

Posting Komentar