twitter


Sabtu, 10 September 2011 @ 10.45 WIB
Kampung Halaman

Setelah mengalami dilematika kemarin, akhirnya sekarang aku putuskan untuk pulang. Aku seperti tak sadar dengan apa yang aku lakukan. Selesai menerima pesan singkat dari saudaraku di rumah yang menceritakan bahwa mbahku di kampung sedang kritis dan ingin bertemu denganku, segera kulangkahkan kaki meninggalkan Surabaya. Aku tak sempat berpikir tentang segala hal yang wajib aku lakukan hari ini di kampus, tidak juga terbersit pikiran bahwa aku sedang menjalankan sebuah amanah yang tidak bisa ku tinggal. Naluriku sebagai manusia seketika merajai urat nadiku. Hal yang terlintas hanyalah aku dapat bertemu dengan mbahku, kemudian mohon maaf pada beliau. Aku hanya tak ingin, diriku yang banyak khilaf ini tak sempat meminta maaf di saat akhir hidupnya. 
Aku baru tersadar setelah aku benar-benar sampai rumah. Segera ku temui mbah, aku pegang tangannya, dan aku pinta maaf darinya. Kelegaan yang luar biasa. Alhamdulillah, aku masih sempat megucap maaf. Barulah saat itu ku buka handphone yang sejak tadi tak aku jamah. Sepuluh pesan singkat, dan semuanya menanyakan keberadaanku, semuanya menungguku. Seperti tersihir, aku lemas seketika. Tuhan.... Apakah aku benar-benar egois? Aku tinggalkan kewajiban-kewajibanku tanpa meninggalkan sebuah pesan, bahkan tanpa ada seorangpun yang tahu. 
Ehm.... Apa mau dikata, nasi telah menjadi bubur. Kini aku telah di kampung, hari ini hampir sempurna terlewati. Aku yakin kawan-kawanku di sana dapat mengerti akan posisiku. Aku hanya dapat meminta maaf pada semua orang yang telah kutinggalkan tanpa pesan. Aku hanya butuh maaf....

0 Coment:

Posting Komentar