twitter


11 September 2011
Sebuah Janji

Kejadian ini sudah 2 hari berlalu, aku sebenarnya paling tidak suka mengobral hal yang rada intern, namun perasaan jengkel belum lunas dari hatiku.
hari Jum'at  tgl 9 September  kejadian yang sulit aku lupakan.Dalam perjalanan pulang ke Taipei ingin rasanya aku tidak menahan tangis yang menyesakan dadaku, namun banyaknya orang dalam kereta membuatku malu.Berulang kali aku mencoba mendamaikan logika dan perasaanku.."Sabar Tina, ini cobaan bagimu agar bisa lebih sabar!" bujuk naluriku.

Seperti janjinya kamis malam itu,  saat si A bicara ditelpon, kami sepakat akan bertemu di Chongli tepat jam 10 pagi. Sebuah kota agak keselatan 1 jam perjalanan bila ditempuh naik kereta dari Taipei.
sudah dari semalam aku persiapkan bahan materi yang akan kami bicarakan.
Bukan menganggap junior tidak bisa,sama sekali bukan, namun sedikit memberi masukan ilmu saat berada dilapangan seperti mandat si bos yang diberikanya padaku.Walaupun aku tahu juniorku ini lebih pintar dari aku,ya jelas tho ! si A ini selain pria yang cakep, dia berada di Taiwan bukan TKI seperti aku tapi mahasiswa S2 dan sampai saat ini masih terdaftar sebagai dosen di universitas terkenal di tanah air.

Pagi sekali aku sudah bangun, lalu menuju Taipei yang memakan waktu 30 menit.meneruskan perjalanan ke kota Chongli 1 jam naik kereta.
Aku melirik jam yang melingkar di tanganku pas jam 9.30.ampai di stasiun Chungli jam 10 kurang 10 menit. Sambil menuggu waktu aku duduk sambil membaca buku yang sengaja aku bawa, tiba tiba aku didekati Pak'De (sebutan dari TKI untuk polisi Taiwan ) menanyakan KTP.
Setelah jam 10.20 menit aku gelisah karena orang yang kutunggu belum juga muncul, 10 menit kemudian aku putuskan untuk menelponnya. tapi hape tidak juga diangkatnya. Akhirnya aku telpon teman dia (kebetulan temanku juga ) tapi kecewa karena temannya itu tidur dikampus. Aku makin binggung dan menyuruh teman untuk segera pulang ke mes penginapan.
Alangkah kecewanya saat teman bilang kalau si A masih tidur pulas di kamarnya!
aku berusaha bersabar menuggu beberapa saat dan menyuruh teman membangunkannya dan bilang aku telah menuggunya.Setelah jam 11.30 aku telpon lagi ternyata jawabnya membuat darahku naik sampai ubun ubun "Tin maaf ya, aku masih ngantuk!"

Dua jam aku menuggu ditengah terik matahari di stasiun , bahkan kelaparan karena belum sarapan dari pagi.
orang sabarpun pasti ada batasnya, aku bener tidak menyangka orang berpendidikan seperti si A bisa seenaknya berjanji dan seenaknya juga tidak menepati. Spontan nilai plus si A turun dimataku!, karena ku punya prinsif kalau manusia itu yang dipegang kata katanya, baik buruknya orang dinilai dari ucapannya! semoga kejadian seperti ini tidak aku alami lagi...

sampai hari ini si A mencoba menghubungi aku lagi tapi aku belum siap mendengar pembicaraannya apalagi alasan saat dia membiarkan aku menjadi kuncen stasiun kereta api Chungli.

0 Coment:

Posting Komentar