Minggu, 11 September 2011
Pernahkah Anda Salah Pilih?
Kelabu...
Tdak ada yang salah dengan dunia saat ini. Tidak juga dengan malam yang mulai menunjukkan bulan cantiknya, walau belum sempurna.
Aku dari dunia nyata. Bukan dari dunia mimpi. Ya... itu sudah cukup jelas. Tapi, ah... aku memang selalu ingin bermimpi.
Aku suka menulis. Huruf-huruf sang pembentuk karakter terasa begitu menggairahkan untuk dirakit menjadi sebuah cerita. Sejenak aku mulai merasa terganggu. Bukan karena huruf-huruf itu. Tapi karena keadaan yang semula kurasa begitu kontradiktif.
Aku sekarang kuliah di teknik. Tapi tak tahu mengapa aku tak seutuhnya menikmatinya. Padahal ini pilihanku. Sama sekali bukan pilihan orang tuaku atau yang lain. Bukan.
Aku lebih mencintai bacaan-bacaan fiksi. Novel, cerpen, puisi, dan yang lain. Bagiku itu semua lebih menarik daripada buku-buku kuliahku. Aku bingung sebingungnya. Aku ingin berlari ke lapangan luas, lalu berteriak kencang sejadi-jadinya. Atau menyelam dalam di laut lepas lalu bercerita tentang kebodohanku kepada ikan-ikan kecil.
“Pernahkah Anda salah pilih?” status facebook yang lantas menjadi pelarian konyolku. Cukup beberapa komentar dari teman tapi aku tak puas. Aku belum bisa bernafas lega. Kali itu puncaknya.
Kawan dari dunia maya pun lantas ikut menyumbang kata. “Jangan bosan kuliah! Orang tuamu saja tak pernah bosan merawatmu, kok...” Kalimat ini seperti sebuah sengatan listrik. Ya, aku tersengat cukup lama. Orang tua. Orang tua. Orang tua. Biar kupanggil namanya tiga kali. Hatiku terasa bergetar setelahnya. Ia memang tak pernah tahu wajah orang tuaku, juga bagaimana Beliau merawatku. Tapi perkataannya. Aku cukup berterimakasih.
Dunia memang terkadang membosankan. Ingin saja rasanya menyesali kehidupan. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah salah. Tuhan tidak pernah kebetulan membuat cerita dan jalan. Walau itu jalan setapak sekalipun. Dan tak ada istilah salah pilih sekarang. Yang ada, hanyalah kita memang sudah ditakdirkan untuk menyinggahi pilihan itu. Seperti kata Dee dalam perahu kertasnya. Terkadang kita harus berputar-putar terlebih dahulu untuk menjadi diri kita.
Pernahkah Anda Salah Pilih?
Kelabu...
Tdak ada yang salah dengan dunia saat ini. Tidak juga dengan malam yang mulai menunjukkan bulan cantiknya, walau belum sempurna.
Aku dari dunia nyata. Bukan dari dunia mimpi. Ya... itu sudah cukup jelas. Tapi, ah... aku memang selalu ingin bermimpi.
Aku suka menulis. Huruf-huruf sang pembentuk karakter terasa begitu menggairahkan untuk dirakit menjadi sebuah cerita. Sejenak aku mulai merasa terganggu. Bukan karena huruf-huruf itu. Tapi karena keadaan yang semula kurasa begitu kontradiktif.
Aku sekarang kuliah di teknik. Tapi tak tahu mengapa aku tak seutuhnya menikmatinya. Padahal ini pilihanku. Sama sekali bukan pilihan orang tuaku atau yang lain. Bukan.
Aku lebih mencintai bacaan-bacaan fiksi. Novel, cerpen, puisi, dan yang lain. Bagiku itu semua lebih menarik daripada buku-buku kuliahku. Aku bingung sebingungnya. Aku ingin berlari ke lapangan luas, lalu berteriak kencang sejadi-jadinya. Atau menyelam dalam di laut lepas lalu bercerita tentang kebodohanku kepada ikan-ikan kecil.
“Pernahkah Anda salah pilih?” status facebook yang lantas menjadi pelarian konyolku. Cukup beberapa komentar dari teman tapi aku tak puas. Aku belum bisa bernafas lega. Kali itu puncaknya.
Kawan dari dunia maya pun lantas ikut menyumbang kata. “Jangan bosan kuliah! Orang tuamu saja tak pernah bosan merawatmu, kok...” Kalimat ini seperti sebuah sengatan listrik. Ya, aku tersengat cukup lama. Orang tua. Orang tua. Orang tua. Biar kupanggil namanya tiga kali. Hatiku terasa bergetar setelahnya. Ia memang tak pernah tahu wajah orang tuaku, juga bagaimana Beliau merawatku. Tapi perkataannya. Aku cukup berterimakasih.
Dunia memang terkadang membosankan. Ingin saja rasanya menyesali kehidupan. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah salah. Tuhan tidak pernah kebetulan membuat cerita dan jalan. Walau itu jalan setapak sekalipun. Dan tak ada istilah salah pilih sekarang. Yang ada, hanyalah kita memang sudah ditakdirkan untuk menyinggahi pilihan itu. Seperti kata Dee dalam perahu kertasnya. Terkadang kita harus berputar-putar terlebih dahulu untuk menjadi diri kita.