twitter


~Tri Lego Indah F N~
 
Ketika rasa menyayangi mulai tumbuh,
 ketika saling pengertian mulai tercipta,
 ketika kami mulai saling memahami, tapi waktu kini membatasi.
Aku harus pergi, meninggalkan cinta yang mulai menelungsup di hati terdalamku.
Cintaku padamu membuatku tak ingin pergi, tapi sang waktu, memaksaku untuk pergi
***
            Senin pagi yang cerah, namun hatiku mendung. Duapuluh enam september, hari yang akan menjadi kenangan, bagiku dan anak-anakku. Hari ini, adalah hari terakhir pengabdianku di SMP N1 Tuba udik, setelah 3 bulan lalu, aku melaksanakan praktek pengalaman lapangan di sini.  
            Suasana haru tak dapat ku bendung. Selepas upacara bendera, aku bersama ke 9 rekan sesama peserta PPL, menggelar perpisahan dengan anak didik kami. Suasana begitu syahdu. Kami larut dalam haru. Terlebih ketika instrument do’a dari Hadad Alwi, mengiringi jabat tangan kami dengan para murid. Oh Robbi..., aku tak sanggup menahan buliran bening di pelupuk mataku.
            Satu jam pelajaran yang diberikan pihak sekolah kepada kami rasanya tak cukup menghentikan keharuan ini. Ketika aku akan kembali ke ruangan tempatku dan ke 9 teman ppl berkumpul, anak-anak muridku semua mengikutiku. Mereka menubrukku, dan rengkuh dalam pelukanku. Ku lihat, ketulusan terpancar di mata mereka. Ya Robbi..., aku kembali diliputi rasa haru.
            Sengaja aku meminta 15 menit, untuk aku bisa berkumpul bersama mereka. Ku bawa mereka duduk bersamaku, di pelataran halaman sekolah. Aku duduk melingkar bersama mereka. Ku sampaikan segala pesanku dan kesanku terhadap mereka. Pun mereka juga mengungkapkan rasa tak ingin kehilanganku. Akupun benar-benar tak ingin pergi.
            Lima belas menit, berlalu begitu cepat. Anak-anakku harus kembali ke kelas. Sebelum kembali, mereka menyelipkan surat cinta mereka di genggaman tanganku. Dan memberiku kotak berbungkus kertas kado warna biru, “kenangan-kenangan untuk bu Tri Lego”, kata mereka kompak memberitahuku.
**
            Hapeku terus bergetar. Sms dari anak-anak didikku. Sore ini, mereka ingin berkunjung ke basecampku. Meskipun aku tengah disibukkan dengan administrasi yang harus segera ku beresi, namun aku mengiyakan sms mereka. Pukul 16:00-17:00, murid-muridku (kelas 7 dan 8) bergantian datang. Sejenak, aku meninggalkan aktifitasku mengurusi berkas-berkas administrasi yang harus ku selesaikan. Hari ini, adalah hari terakhir aku bertatap muka dengan mereka. Aku tak ingin mereka kecewa denganku. Aku, menyambut kedatangan murid-muridku, dan melayani ingin mereka. Bak selebritis, mereka meminta tanda tangan, foto bersama dan memberiku kado. Menjelang magrib, mereka berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing.
***
            Oh anakku, aku tak tahu lagi harus berkata apa. Yang jelas, cinta kalian kepadaku, sama besarnya cintaku kepada kalian. Aku tulus menyayangi kalian, seperti ku lihat ketulusan di binar mata kalian. Terima kasih atas kado dan surat cinta yang kalian berikan untukku. Juga do’a-do’a tulus dan pengharapan kalian untukku. Terima kasih atas segalanya. Akupun selalu mendo’akan keberhasilan kalian. Semoga kalian berhasil meraih mimpi, seperti mimpi yang pernah kalian sampaikan kepadaku. Semoga kelak, Tuhan mengizinkan kita bertemu kembali. Aamiin..
Suara Hatiku untuk Kalian anak-anakku:
Dulu, aku enggan.
Enggan bersama kalian.
Kalian yang tak jua paham, yang tak jua mengerti.
Membuat aku enggan.
Enggan bersama kalian.
Dulu, aku bingung.
Bagaimana membuat kalian paham, membuat kalian mengerti.
Kini, ketika kalian mulai paham, kalian mulai mengerti.
Aku mulai tak enggan.
Aku mulai tak bingung.
Tapi kini, waktu yang enggan berkompromi dengan kita.
Kita harus berpisah saat ini.
Aku tahu kalian enggan.
Pun, aku juga enggan.
Berpisah dengan kalian.
Aku, tak ingin pergi!
Tapi, aku harus pergi!
Margakencana, 26 September 2011
Pukul 11:11 pm
(hari terakhir di tempat pengabdian)

0 Coment:

Posting Komentar