twitter


Bogor, 12 September 2011
Rumah Al-Qur’an kamar nomor 8 (haha…)
Bismillah…

Malu-Malu, Malang

            Tahu tidak, tadi pagi cuma sahur minum air putih tok… Huft, penyebabnya setelah qiyamullail sengaja tidur eh bablas, nggak taunya baru terbangun beberapa menit sebelum imsak. Masih ingatkan, kisah perjalananku dengan kereta api semalam? Badan sakit-sakit dan bawaannya ingin tidur berkepanjangan. Jadilah hari ini aku mesti menahan lapar lebih berat dari biasanya. Tak apa-apa, masih lebih mending. Di belahan bumi yang lain bahkan ada orang yang nggak makan berhari-hari, bukan karena puasa, tetapi memang tidak ada yang bisa dimakan. Kelaparan. Busung lapar. Jadi Alhamdulillah ya (menirukan Syahrini… hehe) kita masih bisa makan cukup 2 atau 3 kali sehari. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar- Rahman: 13).

            “Mbak Ca… sore ini nggak ada yang piket masak Mbak.” Ujar si kembar.
            “Lho… kok bisa?” tanyaku, sambil mengerutkan kening pertanda heran.
            “Anak-anak pada pergi Mbak, gimana dong? Atau kita aja yang masak Mbak.”
            “Ok.”

            Kami berjalan menuju dapur… Buka pintu kulkas dan melihat isinya. Kira-kira apa yang bisa dimasak. Tapi ternyata bahan makanan sudah habis. Grasak grusuk mencari cari… memang habis, nggak ada apa-apa. Karena cukup banyak yang sedang shaum, salah satu teman pun mengirim SMS pemberitahuan kepada anak-anak RQ yang di luar agar membeli lauk sendiri tuk makan malam. Itu cara tercepat yang bisa dilakukan. Haha … Alhamdulillah ya, nggak ada yang protes.

            “Ta… Mbak titip makanan ya… terserah apa aja.” SMS terkirim.
            “Ok… Mbak, tapi ntar ya, aku lagi rapat nih maklum… hehe.” SMS balasan.
            Bolak balik balas-balasan SMS sama si Ita, akhirnya dia janji mau pulang setelah maghrib sebelum isya. Aku sudah pesan, jangan telat soalnya lapar sekali. Huft.

            Adzan maghrib pun berkumandang, terdengar merdu sekali. Sudah waktunya berbuka. Teman-teman yang lain berkali-kali menawariku untuk ikut makan bersama mereka. Karena makanan yang aku tunggu tak kunjung datang. Aku selalu menolak. Malu… nggak enak, segan masak gangguin orang makan. Padahal barangkali mereka tidak terganggu. Tapi dari dulu aku suka begitu. Hehe… biar aja deh nahan lapar dulu. Ntar juga makanannya datang.

15 menit lagi masuk waktu sholat isya.

            “Ta… kok lama amat sih, udah lapar nih…!” SMS terkirim.
            “Mbak aku masih makan-makan ama anak-anak BEM, ntar ya… tidur aja dulu biar nggak kelaperan. Hihihi .”
            Gubraaaaaaaaaaaaaaaaak =.=”

            Kenapa ini anak nggak bilang dari tadi sih, kan aku bisa titip ama yang lain T.T omelku dalam hati.

            “Masih ada yang belum makan nggak?”
            “Mbak Ica tuh yang belum makan.” Suara si kembar terdengar sampe ke kamarku.
            Kupikir pesananku sudah datang… ternyata tidak.
            “Mbak belum makan ya?” Wahyu bertanya.
            Aku senyum-senyum.
            “Ini Mbak, makan aja. Aku punya dua kotak kok, rezeki tadi gratis. Ambil aja Mbak. Nggak apa-apa.” Ujar Wahyu sambil tersenyum manis.

            Akhirnya dengan agak segan sedikit malu aku ambil nasi kotak pemberian Wahyu dan makan dengan nikmat. Alhamdulillah.

Hikmah hari ini:
Terkadang... malu-malu, malang kawan. Hahaha… ;)

0 Coment:

Posting Komentar