Sabtu, 10 September 2011
Ya Allah.... Aku Dimarahin
Hari ini adalah hari walimahan salah satu temanku. Setelah bersepakat dengan beberapa teman, kami janjian akan datang ke acaranya jam 12 siang. Aku pun berangkat dari rumah jam 12 kurang 15 menit, bermaksud untuk membeli kado terlebih dahulu. Membeli kado cukuplah dengan waktu 15 menit pikirku. Teman yang lain sudah membelinya kemarin sedangkan aku lupa. Aku lantas menuju toko untuk membeli kado. Begitu memasuki toko itu, sejenak aku terpaku. Masya Allah, orang di dalam toko itu begitu ramai, dari mulai antri memilih kado, antri membungkus kado dan antri juga di kasirnya. Aku tidak membayangkan hal ini sebelumnya karena biasanya ketika membeli kado aku tidak pernah antri seperti ini. Palingan cuma antri di kasirnya. Alhasil waktu 15 menit tidak akan cukup. Untuk pergi ke toko lain pasti memakan waktu yang lama dan akhirnya aku tetap bertahan untuk membeli kado di tempat itu.
Setelah memilih kado dengan budget semampuku. Akupun mengantri untuk dibungkuskan oleh karyawannya. Tapi makin lama orang makin bertambah, antriannya kacau, aku yang duluan tapi orang lain yang terlebih dahulu dibungkus kadonya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 lewat aku merasa gak enak dengan teman yang telah menungguku. Walaupun telah mengabari bahwa aku datang sedikit telat. Tapi tetap saja aku gak enak hati. Aku merasa telah menzolimi temanku dengan keterlambatanku. Terus terang selama ini aku selalu ontime jika berjanji dengan seseorang. Aku pun menjadi gelisah. Mana nanti di kasirnya juga ngantri lagi, Ffuaaah!! Akhirnya aku ber inisiatif untuk membungkus kado itu sendiri, setelah mengambil kertas kado dan mencoba membungkus sendiri eh ternyata susahnya minta ampun karena aku tidak bisa menjangkau lem kertas nya, aku pun berusaha mengambil, tapi yang ada aku dimarahin oleh karyawannya.
“Eh Dek.. biar nanti saya yang bungkus, sabar dikit kenapa sih?” kata sang karyawan.
Deg, Ya Allah aku dimarahin… benar aku serasa tidak sabar lagi dengan antrian yang tidak jelas seperti ini, bagi orang yang mau berdesak-desakan dialah yang cepat. Sedangkan aku yang tidak mau berdesak-desakan harus menunggu lama. Dan aku jua yang kena marah dan di omelin. Tapi itu memang salahku. Aku juga yang salah seharusnya aku datang lebih awal untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi. Dan ini juga menjadi pelajaran bagiku agar aku tetap bersabar dimana saja berada dan dalam kondisi apapun. Dan tidak menyepelekan waktu merasa cukup waktu tanpa memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
***