twitter


Biarkan Tulisanmu Menemukan Jodohnya

Blitar, 9 September 2011

Pada suatu workshop kepenulisan yang kuikuti belum lama ini, aku terkesima dengan informasi yang disampaikan sang trainer. Dia mengatakan bahwa setiap tulisan memiliki jodohnya sendiri-sendiri. Tulisan yang ditolak suatu penerbitan atau tidak menang dalam suatu ajang lomba tidak selalu berarti tulisan tersebut tidak bagus, tidak bermutu dan tidak layak. Barangkali sebenarnya bagus tapi karena belum berjodoh saja dengan lomba atau penerbit itu. Untuk itu jangan pernah berputus asa. Siapa tahu dia akan berjodoh dengan penerbit atau penyelenggara lomba lainnya.

Setelah kurenungkan penjelasan itu, ternyata aku juga pernah mengalaminya. Mohon maaf sebelumnya, tulisan ini dimaksudkan untuk share pengalaman,  menyemangati diri sendiri dan juga siapa saja yang membacanya, bukan bermaksud riya, ujub, dsb, karena sama seperti yang lainnya, aku sedang belajar menulis. Ketika novel yang kutulis dengan segenap perasaanku, Bulan Sabit di Rotterdam, kuikutkan ajang penulisan novel pada sebuah penerbit ternama, dan dinyatakan tidak menang, aku mulai berpikir bahwa novelku mungkin memang tidak bagus. Namun begitu ada lomba penulisan novel yang dilaksanakan oleh penerbit Leutika Prio novelku dinyatakan menang dan aku memperoleh apresiasi  di luar dugaan setelah novel itu diterbitkan dan masuk pasar novel online. Bahkan seorang penulis senior dan sangat produktif mengaku sangat menyukainya, termasuk teman-temanku dan sebagian besar mereka yang sudah membacanya.

Jadi kesimpulannya, jangan berhenti menulis hanya karena tulisan kita ditolak oleh penerbit, majalah, koran atau media lainnya ataupun tidak menang dalam ajang lomba penulisan. Yang perlu kita lakukan adalah melakukan introspeksi dan tidak menyerah untuk tetap  ‘berjuang’ menawarkan ke mass media lainnya sampai dia menemukan jodohnya. Syukur-syukur jika jodoh itu adalah penerbit atau media cetak yang kita impikan. *Tetap Semangat*

0 Coment:

Posting Komentar