twitter


Rabu, 7 September 2011
Izinkan Aku Gendut Sehari Saja

Ditraktir nonton Kungfu Panda II dalam kondisi perut kosong siapapun bisa menebak hasil akhirnya seperti apa. Terasa kurang pas tawanya. Soalnya usus dalam perut ramai-ramai mengadakan unjuk rasa, kelaparan dari pagi belum masuk sebutir nasi pun. Karena lucu, ya tetap saja ketawa.

Kali ini yang megang kendali "oke" adalah teman, termasuk yang bayarin karcis 21. Momen yang ditunggu-tunggu apalagi kalau bukan makan-makan. Aku pun dengan senyum ceria digiring ke TKP, sebuah resto francish lokal yang ternama. Maklum lah belum familiar dengan menunya, si boss sehari itu yang memesankan. Kecuali es campur yang memang menjadi favoritku, yang aku pesan sendiri. Keywordnya cuma satu, pokoknya yang ada nasinya "bungkus".

Kadar makan siang yang sebenarnya lebih dari porsi biasa. Tapi ditambah es campur kok jadinya jadi begitu istimewa. Bangkit dari resto, terasa ikat pinggang makin menyesak. Ah, biarlah jadi gendut sehari ini saja :)
==============================

Rabu, 7 September 2011
Tarok Saja Garuda di Kepalamu

"Mau ditarok di kepala pun garudanya, Indonesia tetap kalah." (copas dari status Sarni Al-boegisy)

Geli, senyum-senyum sendiri, dongkol bin jengkel plus sakit hati mengetahui Timnas KO lagi 2 gol tanpa balas di tangan Bahrain. Bahkan, naasnya itu di depan mata orang nomor satu di Indonesia, dengan saksi 60 ribu lebih penonton dan ratusan juta pasang mata di seluruh Indonesia. Ah, seharusnya mantra ajaib Ki Joko Bodoh bisa melumpuhkan permainan lawan dan Tim Garuda bisa menceploskan gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan.

Tapi lagi-lagi, ini bukan soal mistis dengan rafalan-rafalan magis yang bisa membuat lawan terpukau. Olahraga ya tetap olahraga, namun taruhannya harga diri bangsa. Gila benar. Dan, itu bukan urusannya paranormal dengan ajian-ajian mantra sakti mandragunanya. Omong kosong semua itu jika nyatanya Timnas keok lagi.

Lebih omong kosong lagi jika semuanya ditumpahkan sebagai kesalahan PSSI yang salah asuhan membesarkan Timnas. Alaih-alih, yang ada malah pembelaan diri. Atau, mengambinghitamkan pemerintah yang kurang supor dana. Ah, sudahlah capek juga mencari siapa yang salah, yang ada malah saling menyalahkan.

Jika mau persepakbolaan Indonesia maju, benahi dulu sistem pembinaan pemain mulai dari usia dini, bereskan dulu gonjang-ganjing liga kompetisi di Dalam Negeri, dan bersihkan kepengurusan PSSI mulai dari Pusat sampai daerah dari para bandit dan mafia, yang sama sekali nol besar soal urusan si makhluk bundar itu. Masih ada asa selagi kita mau berusaha sekuat tenaga.

Mulai mikir-mikir menarok garuda di kepala :)

1 Coment:

  1. Udah gendut :P

Posting Komentar