twitter


Selasa 6 September 2011
Aku teringat masa kecilku.

Tadi, aku menemani pimpinan kantorku, mengantar anaknya yang paling bungsu ke pondok  pesantren. Kulihat salah seorang anak santri memeluk ibunya sambil menangis. Karena harus berpisah untuk beberapa saat, setelah selama tiga pekan berlibur bersama keluarga tercinta.

Saat itu pula, aku teringat masa kecilku. Aku merasakan gimana sedihnya ketika harus berpisah dari orang yang dicintai. Terutama seorang ibu. Tapi bedanya, aku sedikit lebih cerdas memaknai arti perpisahan dibanding anak itu. Alasannya untuk menangis malam ini, tidak lebih kuat dibanding alasanku untuk bersedih ketika ditinggalkan Ibu.

Ibu yang diam-diam meninggalku tanpa alasan yang tidak kuketahui.
Tapi aku tetap tegar menjalani kesedihanku yang tak bertepi. Dan karena itulah aku bisa menulis kalimat ini.

Ikuti curhat selanjutnya..

0 Coment:

Posting Komentar