Do'a
16 September 2011
Tanpa kusadari, aku masih sangat lemah
Berulang kali aku melawannya
Namun, apa yang kudapat?
Selalu saja menyerang tanpa ada yang tahu
Ingin rasanya kuteriak
Tapi, aku sadar
Semuanya harus dicoba
; Kimiawi, herbal hingga terapi
Sejak kini tetap tidak ada perubahan
Aku ingin menangis
Dua hari yang lalu badan terserang sakit. Berharap hari ini pun bisa sehat. Ternyata, prediksiku salah. Justru, demam kembali menyerang.
Namun, di lain pihak aku sudah membuat janji dengan teman-teman FLP Cab. Palembang untuk mengfix-all tugas sebagai PJ Acara. Sebagai PJ aku gak ingin mengecewakan teman-teman.
“Bismillah, aku berangkat ke Masjid IAIN.”
Dengan kondisi yang lemah, aku terus melangkah. Tak peduli terik mentari membakar. Jilbab merahku terus berkibar.
Sesampainya di sana, aku kembali duduk terpekur. Duduk seorang diri sambil menunggu teman-teman yang datang. Sejenak, bayanganku kembali melanglangbuana.
Di rumah Allah, aku memohon kepada-Nya. Agar aku kembali seperti dulu. Aku gak ingin menyusahkan kedua orangtuaku. Aku berharap Allah mendengar do’a kesembuhanku. Amin.
Tak berapa lama kemudian, teman-teman FLP pun hadir. Sebagai PJ aku segera menyampaikan susunan acara yang telah kubuat. Alhamdulilah, semuanya fix.
16 September 2011
Tanpa kusadari, aku masih sangat lemah
Berulang kali aku melawannya
Namun, apa yang kudapat?
Selalu saja menyerang tanpa ada yang tahu
Ingin rasanya kuteriak
Tapi, aku sadar
Semuanya harus dicoba
; Kimiawi, herbal hingga terapi
Sejak kini tetap tidak ada perubahan
Aku ingin menangis
Dua hari yang lalu badan terserang sakit. Berharap hari ini pun bisa sehat. Ternyata, prediksiku salah. Justru, demam kembali menyerang.
Namun, di lain pihak aku sudah membuat janji dengan teman-teman FLP Cab. Palembang untuk mengfix-all tugas sebagai PJ Acara. Sebagai PJ aku gak ingin mengecewakan teman-teman.
“Bismillah, aku berangkat ke Masjid IAIN.”
Dengan kondisi yang lemah, aku terus melangkah. Tak peduli terik mentari membakar. Jilbab merahku terus berkibar.
Sesampainya di sana, aku kembali duduk terpekur. Duduk seorang diri sambil menunggu teman-teman yang datang. Sejenak, bayanganku kembali melanglangbuana.
Di rumah Allah, aku memohon kepada-Nya. Agar aku kembali seperti dulu. Aku gak ingin menyusahkan kedua orangtuaku. Aku berharap Allah mendengar do’a kesembuhanku. Amin.
Tak berapa lama kemudian, teman-teman FLP pun hadir. Sebagai PJ aku segera menyampaikan susunan acara yang telah kubuat. Alhamdulilah, semuanya fix.