7 September 2011
Salam, kawan :)
Menulis buku harian, sebenarnya sudah menjadi acara rutin yang selalu tidak konsisten saya lakukan. Buku harian digital di rumah, lebih banyak bolongnya daripada isinya. Bagaimana dengan buku harian (tidak biasa) yang baru akan saya mulai di WR ini? Hehe, mari berharap tidak sama bolongnya dengan buku harian yang sudah-sudah. Semuanya harus dimulai di suatu waktu bukan? Mungkin inilah saatnya saya mulai untuk konsisten menulis sesuatu setiap hari. Tantangan yang menyenangkan ^^
Buku-buku harian yang saya miliki di SMP berwarna hijau, sehijau tunas muda yang baru tumbuh dan bersemangat menyambut matahari. Kemudian berubah warna menjadi kuning. Tidak seperti lampu lalu lintas yang berarti 'perlambat laju kendaraan Anda', kuning pada buku harian itu menandakan seorang gadis kecil yang tergesa-gesa. Iri melihat teman-temannya yang berubah, dan tidak sabar mendewasa seperti mereka. Lalu buku harian itu berubah biru ketika masa SMA, terlalu banyak air yang diserapnya. Sungai yang berhulu dari mata si pemilik. Terkadang juga berubah abu-abu seperti mendung yang penuh keraguan. Hingga masa kuliah, saya putuskan tidak lagi menulis buku harian, hehehe... Kira-kira, buku harian yang tidak biasa ini akan berwarna apa ya?
Saya merasa buku harian luar biasa ini (tidak biasa berarti luar biasa, kan? ^^) tidak akan menjadi seperti buku-buku harian di masa lalu saya. Mari kita anggap buku harian ini sebagai laporan kehidupan (life report) saya. Saya harap bisa berbagi banyak tentang apa yang saya temui di kehidupan saya sehari-hari bersama kalian.
Ngomong-ngomong tentang laporan, saya jadi teringat sebuah cerita lucu ketika saya duduk di bangku SMA. Bersama ketiga teman saya (I introduce you: I'in, Ilham, dan Luki), kami membuat perjanjian. Bahwa setiap kali kami melakukan dosa kecil, kami harus mencatatnya. Di akhir hari, dosa-dosa kecil kami dihitung. Tiap satu dosa kecil, dihukum 3 kali istighfar. Dan setiap kali istighfar dihitung Rp. 100,-
Saya pernah melakukan 20 dosa kecil dalam sehari, yang berarti 60 kali istighfar (kalau dosanya adalah berbohong pada orang lain, maka hukumannya adalah mengakui kebohongan tersebut) dan beramal Rp. 2000,- di kotak amal Masjid depan sekolah kami. Konyol? Memang... tapi kami baru sadar bahwa pepatah "sedikit-sedikit lama menjadi bukit" itu adalah benar adanya. Bayangkan jika sehari kita melakukan minimal 20 dosa... kira-kira satu tahun dosa kita ada berapa ya? Itu belum dosa-dosa yang tidak kita perhitungkan yang tidak sengaja misalnya). Hmmm... hikmahnya adalah, jangan pernah remehkan dosa kecil. Kalau dosa kecil saja tidak bisa diremehkan, bagaimana dengan dosa besar? hehehe... Kegiatan konyol yang hanya dilakukan anak-anak kreatif yang kurang kerjaan itu membuat kami semakin displin, dan semakin hati-hati dalam berbuat dosa, sekecil apapun.
Kawan, begitu dulu ya laporan hari ini ^^ saya ngantuk, dan besok sudah mulai masuk kerja (ah, kenapa liburan selalu terasa cepat ya?). Sampai besok di buku harian luar biasa saya selanjutnya :)
End of report - Silananda
7 September 2011, Malang