twitter


      Bukan sesuatu yang kuinginkan sebenarnya, namun hal ini terpaksa terjadi. Sebab apa? ku jua tak tahu. Dalam gemuruh hati yang tak mampu kubahasakan, hatiku terasa tersakiti karena sesuatu hal yang jua tak mampu kuungkapkan. Hal ini terjadi atas dasar hak dan keutuhan rasaku. Sebuah kenyataan yang benar-benar tak kuinginkan. Apakah demikian sifat manusia pada umumnya, berani mengikat janji namun tak sanggup menepati, berani meminjam dengan janji mengembalikan bila telah usai mempergunakannya namun tak mampu memenuhinya. Bahkan ia sanggup berjanji akan menggantinya dengan yang baru bila yang dipinjam tersebut hilang. Ah....semua hanya tentang janji. Janji manis yang keluar dengan indah namun berakhir dengan kepahitan. Aku memang tak suka dengan seseorang yang bisanya hanya mengumbar janji-janji saja. Sebab kata janji terlalu sering menoreh luka di hatiku.
      Berdebat...?? memang bukanlah hal yang seharusnya terjadi. Namun hal ini terjadi padaku karena sebentuk ego yang menguasai hatiku. Keegoan seseorang yang tak mampu menerima setiap alasan yang itu-itu saja. Sewajarnya "lupa" ada dalam diri, namun bila telah diingatkan berulang kali setiap hendak bertemu, akankah itu tetap terjadi ? seharunya tidak, menurutku. Terkadang, aku berpikir bahwa ia memang tak berniat mengembalikannya. Ah... aku tak boleh berprasangka buruk terlebih ia adalah sahabatku yang tergabung dalam "sembilan keping hati ". namun entah apa sebabnya, aku selalu berpikir demikian.
Senin dalam perdebatan 
       Kami yang tengah disibukkan dengan urusan penyelesaian (skripsi), tentu perjumpaan di kampus semakin jarang sekali. Dan senin kali ini, kami berniat ke kampus di hari yang sama, tak lupa aku menyuruh Ria,temanku, untuk mengingatkan Sri agar membawa buku yang telah 3 bulan lamanya dipinjam ketika hendak ke kampus nanti.
       Sebelum ke kampus, aku mampir ke toko buku Gramedia di BSM ( Binjai Super Mall ). Keliling-keliling mencari-cri buku yang telah lama kuidamkan, ternyata belum ada. Tak terasa telah banyak waktu yang kuhabiskan di sana, sehingga aku kembali setelah membeli sebuah buku karya mbak Teera "Smile, Aku naksir Kamu". Namun aku tak lantas pergi ke kampus sebab aku juga harus mampir ke rumah orang tuaku untuk memberikan titipan kepada mereka. Hari kian sore, mendung telah bergelayut di ujung langit. Aku memutuskan untuk tidak pergi ke kampus, lagi pula aku tak ada kepentingan pada hari ini. Sesaat kemudian kurogoh handphone dari dalam tasku. Ada sms dari Triya, sahabatku
       " Lel, udah sampai kampus?
       "Maaf, Tri. sepertinya aku nggak jadi ke kampus, mungkin rabu atau kamis mau menemui dosen PS (Pembimbing Skripsi)-ku. Hari ini nggak ada hal penting. Oh ya Lia datang, nggak?" balasku
       "Datang, kenapa?"
       "Bukuku dibawa nggak ya, tanyain dong?!
       "Lupa katanya, Lel."
      Seketika, ada perasaan kesal sedikit memburuku, mengapa telah diingatkan pun, ia masih juga berdalih dengan alasan yang serupa, "lupa".
Sesaat kemudian kubalas sms-nya
      " Niat mengembalikan nggak sih dia, kok  udah berbulan-bulan nggak dipulangin padahal sudah diingatkan, huft," tukasku sedikit kesal

Tak ada balasan, kemudian aku inisiatif untuk meminta nomor hape-nya yang sempat hilang dari phonebook-ku.  beberapa jam kemudian kulayangkan sms padanya.
      "Lia, kapan u pulangin bukuku? Klw nggak diingatkan, u minta diingatin. Udah diingatkan masih juga lupa. Niat mulangin nggak sih?"
Dia yang menganggap bunyi sms-ku dengan rasa kesal ,segera membalas dengan kekesalan yang ia punya pula.
      "Aku lupa, namanya manusia. Ya udh hr kamis kubawa, kalau lupa jg kujemput, dech. Hebat banget anak ISC kalau ngomong ya. MAU DONK DIAJARIN," tungkasnya dengan kesal
       Deg...seketika ada hal yang tak biasa menjalari hatiku. Sampai segitunya ia berujar. Mengapa ia harus melibatkan nama organisasi LDK dalam persoalan ini. Aku yang salah berucap, ataukah dia yang tak mampu menahan emosi dan mungkin salah mengartikan bunyi sms-ku. Dalam perasaan hati yang tak karu-karuan, aku pun  lantas membalas sms darinya
      "Lupa sih nggak ada salahnya tapi jgn srg2 donk. Please...jgn bawa2 nama ISC, sebab ia tak salah apapun. Ok, aku yg slh, aku yg tak mampu menahan amarah tp jgn kotori nma ISC," balasku
      " Ya udah aku nggak mau berdebat sama org yg gk bisa menahan emosi, wassalam." balasnya
Ingin kubalas sms darinya, menjelaskan bahwa kekesalanku tak seperti yang ia bayangkan, namun aku jua tak ingin perdebatan ini semakin panjang hingga akan semakin sulit untuk menyambungnya kembali dalam tali persahabatan "ukhuwah"
       Sejenak aku berpikir, inikah akhir persahabatan yang akan terjadi, setelah ikatan ini terjalin selama kurang lebih 3 tahun. Bersama dalam ruang lingkup kampus yang satu. Menjalani hari-hari dalam kebersamaan di kelas yang sama, dengan penuh canda tawa. Ah...mengapa perdebatan harus terjadi di akhir masa kuliah. Aku tak ingin menjalin permusuhan pada siapapun terlebih pada seseorang yang terikat "sahabat" denganku. Oh...Sembilan Keping Hati...? akankah persahabatan kita akan tercerai berai begini. Ya Allah, aku tak inginkan semua ini terjadi. Yang kumau adalah persahabatan yang terjalin abadi hingga ke jannah_Nya. Ridhailah jalinan ini, satukan kembali hati-hati kami dalam cinta karenaMu. Cairkan hati kami yang sempat membeku karena keegoan kami masing-masing.
     Kembali aku merenung dalam lamunan panjang,  hatiku perih tersayat luka akan kata-kata yang sempat menyanding telingaku. Aku yang cengeng lantas berpikir, ternyata tak selamanya respon suatu sms selalu sama seperti yang kita mau. Tak selamanya bunyi sms berdampak baik. Di saat daku mengirim sms dengan perasaan tenang dengan canda atau "seloroh" bisa saja yang menerima sms tersebut menganggap serius, sehingga timbul sakit hati atau amarah. Begitupun sebaliknya, sms yang kita kirim dengan hal tak baik, bisa saja yang menerimanya menganggap hanya sebuah "canda" saja. Sebuah pembelajaran baru dalam hidupku, untuk berhati-hati dalam melayangkan sms pada seseorang.

Senin 03 Oktober 2011

0 Coment:

Posting Komentar