twitter


Singapura., 8 oktober 2011

Dear diary.....

Hari ini aku akan bercerita kepadamu, berbagi kebahagiaanku dan juga kesedihanku. Sungguh aku tidak tahu aku mesti bicara dan berbagi sama siapa. Selama ini aku hanya bisa bicara dengan bayanganku sendiri, menuangkan segala apa yang aku rasa lewat tarian jemariku membentuk kata, kalimat hingga tercurah semua yang membuat dada ini seolah tidak ada rongga lagi untuk udara masuk di ruang paru-paruku. Berlebihan memang.

Diary....
Hari ini aku bahagia. Aku senang, senang sekali. Pagi tadi aku mendapat kabar bahwa satu naskahku lolos di Singapore Writing Festival. Mungkin ini hal biasa untuk orang lain, tetapi bagiku tidak. Ini sesuatu yang membuat aku senang dan ingin lebih meningkatkan apa yang sedang aku ingin pelajari saat ini. Aku pingin terus belajar untuk menulis. Dari menulis aku mendapatkan sesuatu kepuasan tersendiri. Seperti ini contohnya, ketika salah satu naskahku (misal) lolos aku begitu bahagia, seolah aku mendapatkan suntikan amunisi baru dalam jiwaku untuk menunjukan kepada diriku sendiri dan orang lain tentunya bahwa aku bisa berkarya.

Diary,...
Mungkin memang aku terkesan begitu berlebihan, tetapi inilah kenyataanya. Inilah yang aku rasakan.

Diary,...
Memang benar kebahagian begitu sangat terasa karena kita pernah merasakan suatu kesedihan dan juga sebaliknya. Allah memang adil.Dia tahu akan apa yang Dia kehendaki. Dia sudah mengatur semuanya, Dia yang tahu apa yang kita butuhkan, apa yang terbaik untukku. Seperti halnya apa yang terjadi hari ini. Begitu besar nikmat bahagia yang Dia berikan padaku, tetapi Dia juga memberi sesuatu yang membuat aku menangis pilu. Entahlah apa yang sebenarnya aku rasakan aku sendiri tidak tahu.

Perasaanku seketika tidak tenang. Hatiku berdebar-debar tidak karuan. Aku bingung hingga kebahagian yang tadinya sempat meledak seolah hambar tiada artinya. Aku lupa semua itu. Kini saat ini saat aku menarikan jariku membentuk kata bercerita kepadamu aku rapuh, Air mataku menganak sungai di pipiku. Bening kristal itu tak mampu aku membendungnya. Aku menangis.

Diary,...
Maafkan aku. Aku hanya ingin melebur gundah dan gelisah ini kepadamu. Mungkin nanti aku akan bercerita kepadaNya. Selama ini Dia tempatku mengadu karena terasa semua orang terdekatku egois hanya mau dengan apa yang mereka mau. Aku hargai apa yang mereka kehendaki tapi tak sedikitpun mengerti apa yang aku ingin. Ah sudahlah. Mungkin aku yang terlalu banyak berharap hingga aku kecewa tak ku dapat apa yang aku ingin, begitukah?

Diary,.....
Aku sudah sedikit lega bercerita kekamu. Semoga aku bisa melewati semua. Semoga aku bisa menepis gelisah ini. Semoga tidak ada apa-apa. ini hanya bisikan darinya yang laknat yang senantiasa ingin menjerumuskanku dan manusia yang lainya.

Singapura, 08102011
Dalam kegundahan yang membatu

0 Coment:

Posting Komentar