21 September 2011_Mari Berdo’a_my little room
Pagi tadi, akhirnya orang tua dari Si A datang untuk menemui Ustad. Setelah melakukan perundingan. Al hasil si anak menangis dan berjanji tidak melakukan kesalahannya lagi. Sang Ibu juga menangis melihat kondisi anaknya yang terkadang lepas kendali. Berbeda jauh dari adiknya yang juga satu sekolah. Mereka bagai siang dan malam. Bagai bumi dan langit. A si abangan yang memiliki emosi tinggi sedangkan adiknya, baik budi. Di kelas adiknya sangat menuruti kata-kataku, sedangkan si A malah tak mengindahkan perintahku. Melihat air matanya yang mengucur, kami pun tak sanggup untuk menyuruhnya keluar dari sekolah. Biarlah kami yang harus tetap bersabar menghadapi anak sepertinya. Ustad memberi peringatan hanya sebagai penggertak agar dia tak mengulangi sikap kurang ajarnya semalam. Dia akan diskors selama satu minggu dan mengganti white board yang retak kalau memperlihatkan sinyal-sinyal menggeliat alias susah diatur. Karena orang tuanya sempat memindahkannya ke
sekolah lain. Hanya satu hari, tapi mereka tak betah dan balik lagi.
Anak-anak dipulangkan lebih cepat karena ada rapat supervisi dengan Ustad. Sembari mengevaluasi kinerja, meng_update hal-hal yang berkembang, kami juga mendapat siraman rohani. Aku dan mungkin yang lain sepakat, masukan Ustad tadi membawa angin sejuk ke dalam qalbu yang hampir memanas akibat segala permasalahan dan kondisi iman yang terkadang tak stabil.
Surga itu mahal! Jadi kita harus membeli tiket itu dengan amalan yang ikhlas. Sekaya apapun kau sekarang, bahkan jika bumi dan isinya ini milikmu, kenikmatan itu hanya satu persen!!! Sedangkan yang sembilan puluh sembilan persen lagi bisa kau jumpai di surga!!! Nikmat yang paling nikmat adalah bisa manatap wajah Rabbmu. Deg! Aku seperti tertonjok. Padahal masuk nominasi atau lulus seleksi berkas perlombaan saja sudah merupakan nikmat yang luar biasa, menurutku. Ternyata itu belum ada apa-apanya.
Tetap bertahan dalam kondisi apapun, walau itu tidak membuatmu merasa enak atau bahkan hampir stress dibuatnya!! Percayalah, itu yang mengantarkanmu ke surga. Contohnya, orangtua yang sabar menghadapi anaknya yang nakal. Tetap mendoakannya walau dia tidak mengingat kita sekalipun. Gayus dan Nazaruddin yang bisa melanglang buana ke luar negeri sementara kita tersendat-sendat bahkan terpleset untuk bertahan hidup. Betapa banyak kasus kecil menjadi besar dan kasus besar dikecilkan bahkan dimusnahkan. Sungguh tidak adil!!! Bahkan ketika Nabi Muhammad di boikot oleh kaum Qurais. Itu semua adalah hal yang tidak mengenakkan ketika hidup di dunia. Namun semua bisa dilampaui jika menggunakan mata hati dan keimanan yang kokoh.
Percaya!!! Allah selalu bersama pada hambanya yang sabar. Kalau sebagian orang mengatakan, “kesabaran itu ada batasnya.” Itu salah!!! Sabar tak bertepi. Luas. Walau secara realitas dan logika mengiyakan, takkan bisa mengalahkan keyakinan hati. Cukup Allah saja pelindungku! Menempatkan Allah dalam setiap gerakan, di segala situasi dan kondisi. MenghadirkanNya di dalam aliran darahmu. Di setiap hembusan napasmu. Dia satu-satunya. Tak ada yang lain. Maka sabar itu akan engkau peroleh.
Berdoalah. Ingatlah dia. Maka hatimu akan menjadi tenang. Seperti yang kulakuan saat ini. Ada gejolak yang sedang bertarung dalam batinku. Yang terkadang membuatku letih bahkan berontak. Ingin berteriak agar dia pergi. Pergi dan tak perlu kembali! Hanya Allah peganganku. Aku takut kalau aku terlepas dari genggamanNya. Biarlah seperti ini. aku menikmatinya. Aku percaya, Dia mendengar doa-doaku. Allah mendengar setiap bait doaku. Dia menghiburku dengan sesuatu yang terkadang tercetus dalam hatiku bahkan yang di luar perkiraanku. Langsung dan saat aku memintanya. Namun ada doaku yang disimpanNya, untuk membuatku terus berusaha, menghambakan diri, memantapkan hati, yang akan membuatku jauh lebih baik suatu hari nanti. Agar suatu saat doa-doa itu mengalir deras ke dalam timbangan kebaikanku yang kalah oleh timbangan keburukanku. Dan aku dapat merasakan nikmat yang sesungguhnya.
Semua manusia memakai topeng! Mungkin aku bisa menunjukkan sikap bahagia atau tersenyum manis di depan sahabat-sahabatku namun aku tak bisa menyembunyikan perasaan dari Tuhanku.
“Lihatlah lebih dekat saudara kita agar tidak menerka isi hatinya. Bila tiada dapat menjadi teman baiknya, jadilah saudara yang selalu mendoakannya, karena kita tiada tahu isi hati manusia.” (Maidany_dua wajah)
Pagi tadi, akhirnya orang tua dari Si A datang untuk menemui Ustad. Setelah melakukan perundingan. Al hasil si anak menangis dan berjanji tidak melakukan kesalahannya lagi. Sang Ibu juga menangis melihat kondisi anaknya yang terkadang lepas kendali. Berbeda jauh dari adiknya yang juga satu sekolah. Mereka bagai siang dan malam. Bagai bumi dan langit. A si abangan yang memiliki emosi tinggi sedangkan adiknya, baik budi. Di kelas adiknya sangat menuruti kata-kataku, sedangkan si A malah tak mengindahkan perintahku. Melihat air matanya yang mengucur, kami pun tak sanggup untuk menyuruhnya keluar dari sekolah. Biarlah kami yang harus tetap bersabar menghadapi anak sepertinya. Ustad memberi peringatan hanya sebagai penggertak agar dia tak mengulangi sikap kurang ajarnya semalam. Dia akan diskors selama satu minggu dan mengganti white board yang retak kalau memperlihatkan sinyal-sinyal menggeliat alias susah diatur. Karena orang tuanya sempat memindahkannya ke
sekolah lain. Hanya satu hari, tapi mereka tak betah dan balik lagi.
Anak-anak dipulangkan lebih cepat karena ada rapat supervisi dengan Ustad. Sembari mengevaluasi kinerja, meng_update hal-hal yang berkembang, kami juga mendapat siraman rohani. Aku dan mungkin yang lain sepakat, masukan Ustad tadi membawa angin sejuk ke dalam qalbu yang hampir memanas akibat segala permasalahan dan kondisi iman yang terkadang tak stabil.
Surga itu mahal! Jadi kita harus membeli tiket itu dengan amalan yang ikhlas. Sekaya apapun kau sekarang, bahkan jika bumi dan isinya ini milikmu, kenikmatan itu hanya satu persen!!! Sedangkan yang sembilan puluh sembilan persen lagi bisa kau jumpai di surga!!! Nikmat yang paling nikmat adalah bisa manatap wajah Rabbmu. Deg! Aku seperti tertonjok. Padahal masuk nominasi atau lulus seleksi berkas perlombaan saja sudah merupakan nikmat yang luar biasa, menurutku. Ternyata itu belum ada apa-apanya.
Tetap bertahan dalam kondisi apapun, walau itu tidak membuatmu merasa enak atau bahkan hampir stress dibuatnya!! Percayalah, itu yang mengantarkanmu ke surga. Contohnya, orangtua yang sabar menghadapi anaknya yang nakal. Tetap mendoakannya walau dia tidak mengingat kita sekalipun. Gayus dan Nazaruddin yang bisa melanglang buana ke luar negeri sementara kita tersendat-sendat bahkan terpleset untuk bertahan hidup. Betapa banyak kasus kecil menjadi besar dan kasus besar dikecilkan bahkan dimusnahkan. Sungguh tidak adil!!! Bahkan ketika Nabi Muhammad di boikot oleh kaum Qurais. Itu semua adalah hal yang tidak mengenakkan ketika hidup di dunia. Namun semua bisa dilampaui jika menggunakan mata hati dan keimanan yang kokoh.
Percaya!!! Allah selalu bersama pada hambanya yang sabar. Kalau sebagian orang mengatakan, “kesabaran itu ada batasnya.” Itu salah!!! Sabar tak bertepi. Luas. Walau secara realitas dan logika mengiyakan, takkan bisa mengalahkan keyakinan hati. Cukup Allah saja pelindungku! Menempatkan Allah dalam setiap gerakan, di segala situasi dan kondisi. MenghadirkanNya di dalam aliran darahmu. Di setiap hembusan napasmu. Dia satu-satunya. Tak ada yang lain. Maka sabar itu akan engkau peroleh.
Berdoalah. Ingatlah dia. Maka hatimu akan menjadi tenang. Seperti yang kulakuan saat ini. Ada gejolak yang sedang bertarung dalam batinku. Yang terkadang membuatku letih bahkan berontak. Ingin berteriak agar dia pergi. Pergi dan tak perlu kembali! Hanya Allah peganganku. Aku takut kalau aku terlepas dari genggamanNya. Biarlah seperti ini. aku menikmatinya. Aku percaya, Dia mendengar doa-doaku. Allah mendengar setiap bait doaku. Dia menghiburku dengan sesuatu yang terkadang tercetus dalam hatiku bahkan yang di luar perkiraanku. Langsung dan saat aku memintanya. Namun ada doaku yang disimpanNya, untuk membuatku terus berusaha, menghambakan diri, memantapkan hati, yang akan membuatku jauh lebih baik suatu hari nanti. Agar suatu saat doa-doa itu mengalir deras ke dalam timbangan kebaikanku yang kalah oleh timbangan keburukanku. Dan aku dapat merasakan nikmat yang sesungguhnya.
Semua manusia memakai topeng! Mungkin aku bisa menunjukkan sikap bahagia atau tersenyum manis di depan sahabat-sahabatku namun aku tak bisa menyembunyikan perasaan dari Tuhanku.
“Lihatlah lebih dekat saudara kita agar tidak menerka isi hatinya. Bila tiada dapat menjadi teman baiknya, jadilah saudara yang selalu mendoakannya, karena kita tiada tahu isi hati manusia.” (Maidany_dua wajah)