twitter


12 September 2011
(Tanggal 15 bulan 8 tahun lama China)
Tentang Purnama Cinta yang Ku Rindu

Ruh, malam ini rembulan cantik sekali. Aku hanya bisa mengintipnya dari balik jendela di bilik kesunyian kita. Samar terlihat Akasiaku bermandikan cahaya purnama, jemari kuningnya menari bersahaja. Angin malam membelai sempurna pucuk-pucuk daunnya. Tapi tak kutemukan senyuman di wajah Akasiaku.

Ruh, kamu yang paling mengerti betapa ku merindu purnama, ingin menyaksikan purnama sempurna. Tapi bukan di langit! Aku ingin menemukan purnama di wajah mereka. Wajah-wajah kekasih hati. Wajah-wajah yang ku sayangi karena-Nya.

Ruh, seringkali aku bertanya pada diriku. Salahkah aku yang miskin cinta, berubah ‘serakah’ karena cinta? Demi cinta aku selalu berusaha merampas setiap sakit yang diderita orang-orang yang ku cinta. Karena cinta aku melukis hujan dan mencipta telaga. Sebab cinta, aku selalu ingin merengkuh segenap rapuh orang yang ku cinta. Hingga ku melupa diriku juga rapuh, inginkan cinta bukan hanya mencintai saja.

Ah, Ruh… hampir setiap orang bilang cinta itu datang dari mata turun ke hati. Dan aku tak pernah mempercayainya. Hati itu ada dalam diri kita, Ruh… Harusnya kita bisa mengaturnya! Tapi kenapa jika cinta mengada, kita hilang kuasa terhadap hati kita? Menurutku cinta itu datang dari langit menghujan di hati kita, Ruh. Seperti bumi yang tak pernah mampu menolak hujan, begitulah hati.

Ruh, malam ini ku ingin kembali melangitkan kata. Masih kata yang sama, hanya dengan rasa berbeda, rasa yang ku temukan dari palung hatiku yang terdalam. Rasa cinta karena cinta-Nya. Rasa cinta yang melahirkan mereka sebagai keluargaku, saudaraku dan sahabatku.



bersama purnama
kutaburkan doa-doaku
pada lautan malam,
buat insan perindu
yang bersenandung
dalam 8 nada kehidupannya
yang meratapi kesepian
beterbangan di tiap butiran nada
yang mengalir dari hatinya

kusandarkan doa-doaku
di rimbun kegelapan
memohon cahaya batin dan cahaya sukma
atas nama kekasihnya
atas nama-Nya

Ruang Ungu Hatiku
23:35 Pm


AURAT ITU

Baru beberapa menit berlangsung, Apel Pagi. Seorang karyawati roboh, seketika tubuhnya dipapah ke dalam ruangan. Tadinya aku hanya mengira kemungkinan yang sudah biasa. Belum sarapan atau mungkin dia sedang sakit. Namun setelah Apel Pagi berakhir, aku dapati ruang 4x4 meter persegi  yang biasa digunakan untuk shalat itu dikerumuni banyak karyawan. Beberapa Manajer dan karyawan lainnya. Apa gerangan yang terjadi? Jelas, pertanyaan yang langsung terlintas di hati.

Kesurupan. Beberapa karyawan dan karyawati merejeng seorang perempuan yang sedang ngoceh tidak karuan, berteriak di luar kesadarannya itu. Dia karyawati yang pingsan di lapangan tadi. Mereka merejengnya denga satu tujuan, agar jin yang mengganggu jiwa/merasuki tubuh perempuan itu pergi. Pijatsana-sini, dibacakan beberapa ayat-ayat suci Al-Qur'an, do'a dan dzikir-dzikir pengusir jin. Begitulah kelaziman yang aku sering temukan untuk mengatasi orang yang kesurupan. Dan itu juga yang aku saksikan sekarang.

Entahlah, yang membuatku takut dan miris, bukan karena hal-ikhwal kesurupan. Tapi, aurat perempuan yang kehilangan kesadaran itu tersingkap. Jilbabnya terpaksa dilepas, beberapa bagian tubuhnya pun (tangan, kaki dan kepala) dipegang mereka yang membantunya sadar dari kesurupan. Padahal, mereka lebih banyak laki-laki ketimbang perempuan. Aku sendiri hanya bisa terdiam menyaksikan. Karena sudah terlalu banyak yang memeganginya, dan alasan paling besarnya, aku tidak begitu paham dengan hal-hal seperti itu. Kalimat Ta'awudz dan Hasbunallah wani'mal wakiil mengalir terus dalam hatiku.

Sekitar sepuluh menit berlalu, kesadaran perempuan itu sudah kembali. Alhamdulillah. Kepada salah seorang yang ikut membantu mengobati (mengusir jin), aku bertanya perihal aurat perempuan tadi yang tersingkap. Untuk kejadian seperti itu, aurat yang terbuka hukumnya termaafkan, karena ia berada di luar kendali sadar, jawabnya. Dan dia juga menceritaka sebuah kisah perempuan yaang tersingkap auratnya disetiap penyakit ayannya kambuh di jaman Rosulullah  SAW. Aku manggut-manggut tanda mengerti dengan penjelasan yang dipaparkannya. Namun tetap saja hatiku bergumam, "Ya Allah, semoga Aku tak pernah mengalami kejadian seperti itu...aamiin"


Cikarang, 12 September 2011


12 September 2011

 Berteman Sepi Dalam Pekatnya Malam

         Malam kian merambat menuju peraduannya, mata pun mulai lelah berada di depan layar monitor. Meninggalkannya? Aku jua tak mampu, sebab di sinilah kutemukan dunia baru dalam hidupku. Memberikan energi positif di sisa usia yang ada. Dari sini pula aku mulai mempu memaknai kehidupan. Dan aku tak ingin menyia-nyiakan waktu, kesempatan dan fasilitas yang ada. Aku ingin menjadikan hal yang lebih bermakna di sisa usiaku. Sebab aku tak tahu sampai kapan ruh ini setia menemani ragaku. Aku tak tahu kapan ajal kan menjemputku. Maka aku sangat ingin mengabadikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain.

        Hari ini waktu serasa begitu lama berlalu, lelahku pun tak terbendung, kantukku tak tertahan. Serasa ingin merebahkan tubuh sejenak di atas kasur empuk demi melepas penat yang bergelayut setelah seharian penuh menjalani rutinitas sebagai operator warnet. Membayangkan berada di kasur empuk membuat mataku serasa tak mampu bertahan dalam kondisi mata terbuka. Mata sudah sangat ingin terpejam, hendak istirahat karena kelelahan. Namun apa daya, sebagai seseorang yang menjalankan usaha milik keluarga, tentu aku memiliki tanggung jawab penuh di dalamannya. Tak ingin mengecewakan mereka.

         Malam ini, abang kerja dari sore hingga tengah malam nanti. Terpaksa aku yang menjaga warnet sendirian. Sepi terasa membelenggu jiwa. Kakak ipar sudah asik dalam buaian mimpi indahnya, begitu pun adikku.Tinggallah aku seorang diri, bersama dua orang client lelaki yang sedang bermain. Cemas, sesuatu yang tak terelakkan setiap kali berada dalam kondisi seperti ini. Sebab ini bukan kali pertama terjadi. Aku sangat takut berada di antara lelaki yang bukan mahramku. Terlebih lingkungan tempat tinggalku ini memang bukanlah tempat yang baik dalam berprikelakuan, menurutku. Namun dalam senandung dzikir yang tak henti kulafaskan dalam batin, aku berharap takkan ada hal buruk menimpaku.Semoga.

           Sesaat sebelumnya saat aku memeperhitungkan sisa waktu seorang client yang tengah asik bermain game online, aku sudah memperkirakan bahwa aku pasti sudah dapat beranjak ke pembaringan pada puku 23:00 wib. Namun kenyataan berkata lain, belum juga waktu anak kecil  itu habis, dua orang pemuda remaja dating menuju warnetku dan ingin memanfaaatkan paket hemat ( paket malam). Dalam kondisi sedikit kesal kulayani pula, tak baik pula menolak rejeki dariNya, batinku. Terpaksa aku begadang sembari menunggu abangku pulang kerja. Sepi, senyap, hanya alunan lagu-lagu bernuansa mellow yang sengaja kuputar untuk mengobati kantukku yang kian hebat.


[Tangerang. Senin, 12 September 2011] - Jodoh Oh Jodoh ...

Karena baca postingan di WR yang banyak nyenggol soal jodoh :), aku jadi flash back ingat masa-masa ketemu jodohku sebelas tahun yang lalu.

Urusan jodoh memang misteri Allah. Tapi, sebagaimana maut, dan susah-senangnya kita hidup di dunia ini, semua itu sudah Allah tetapkan sejak pertama kali Dia tiupkan ruh ke setiap janin di dalam rahim ibunda. Jodoh bisa datang cepat atau terlambat. Dia bisa datang di saat kita sudah benar-benar siap, atau di saat yang tidak kita sangka-sangka sama sekali. Maka, betapa besar kekuatan doa kurasakan dalam membimbingku dalam menjalani urusan jodoh ini.

Saat itu, aku masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir, semester delapan, di Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Aku sedang disibukkan dengan tugas magang di salah satu LSM yang bergerak di bidang edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada remaja, di daerah Jakarta. Aku sih berharap selesai magang, bisa langsung mengurus proposal skripsi dan selesai kuliah tepat waktu.

Beberapa bulan sebelumnya, aku pernah meminta bantuan seorang teman Rohis waktu di SMA dulu, untuk mencarikan guru mengaji laki-laki untuk anak-anak asuh di rumahku. Dan tanpa tahu apa yang sudah Allah rencanakan dalam hidupku, di situlah ternyata titik awal pertemuanku dengan calon suamiku. Singkat cerita, dia menghubungi kakak kelasnya, yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku ternyata, untuk membantuku membimbing anak-anak asuh di rumahku.

Surprisenya, ternyata aku merasa pernah mengenal kakak kelasku ini, karena ternyata dia pernah menjadi guru BTA (Bimbingan Tes Alumni) ketika aku berada di kelas tiga, saat dia sudah kuliah di Fakultas Teknik UI. Awalnya sih biasa-biasa saja, nggak ada sesuatu yang heboh terjadi :D.  

Tiba-tiba saja, di suatu hari, setelah selesai salat Isya, teman SMA ku itu menelponku.

"Lagi apa, Lin?"

"Nggak lagi apa-apa. Baru selesai salat Isya."

"Ada yang mau aku tanyain nih, tapi jangan kaget ya ...."

"Apa?"

"Ngg ..., Yulin sudah siap nikah belum?"

Tiba-tiba saja tanganku jadi berkeringat dan aku merasa gemetaran. Jujur, ini pertanyaan yang baru sekali-kalinya ditanyakan ke aku seumur hidupku :D.

"Kenapa memangnya?" tanyaku pelan, walau aku sudah membaca arah pertanyaannya.

"Ada seseorang yang minta ditanyakan ke Yulin langsung. Dan insyaallah yulin kenal orangnya. Dia sudah ngobrol sama orangtua Yulin, dan kata mereka semua terserah Yulin."

Mataku langsung terasa berkunang-kunang. Kuteguhkan hatiku untuk bertanya pertanyaan yang sepertinya sudah bisa kutebak jawabannya.

"Siapa?"

"Kakak kelas kita itu ...."

Saat itu, yang aku ingat aku tidak bisa menahan air mata yang turun tanpa permisi. Temanku itu sampai kaget begitu mengetahui aku menangis.

"Kenapa nangis, Lin. Proses pertama kali ya..." katanya, lebih seperti ngeledek :D.

"Ya sudah, nggak mesti langsung dijawab kok. Pikirin dulu deh yang tenang."

Setelah malam itu, adalah masa-masa aku berpikir dan merenung. Sungguh, aku tidak menyangka akan ada yang mengajakku menikah di usia 21. Siapkah aku? Mengingat aku yang childish, nggak bisa masak, dan kuliahku? Tanggung sebentar lagi selesai. Tapi, saat itu aku justru terpikir akan sahabat-sahabatku di Rohis kampus. Entah mengapa, mereka sering sekali menggodaku bahwa aku akan menikah cepat dan yang pertama kalinya di antara teman-teman seangkatan. Bahkan, mengetahui aku yang tidak bisa masak, mereka secara spesifik selalu mendoakan aku mendapatkan jodoh orang Padang, supaya aku terpacu untuk belajar masak :D. Ya Allah, betapa ucapan itu adalah doa! Ucapan itu adalah doa! Karena, semua itu benar adanya, alhamdulillah ... :D.

Tidak sampai dua bulan setelah itu, aku pun menikah. Kuliahku molor dua semester, tapi alhamdulillah semua bisa kuselesaikan dengan bantuan dan doa dari sahabat-sahabatku, dan keluarga yang mencintaiku. Hingga saat foto wisudaku pun sudah ada Yahya di sana.

Setiap kuingat peristiwa ini, maka ayat surat Ar Rahman lah yang selalu melintas di hatiku. Maka, nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kamu dustakan?

====================================================


- SEDIKIT TENTANG CINTA -

Salam Kawan :)

Ijinkan saya ketawa dulu sebelum menulis BBHB malam ini. Akhirnya, saya bicara juga tentang topik maha populer ini, hehe. Padahal sebelumnya saya mau menulis tentang ibu saya. Karena malam ini saya menemukan beliau tertidur di sofa, ditonton televisi. Juga tentang kerinduan saya pada sahabat saya. Tapi tiba-tiba saya dikejutkan dengan post wall di Aula WR tentang pernikahan Mbak Lily Husain. Seperti sering terjadi sebelumnya, setiap berita pernikahan pasti diikuti oleh ucapan selamat oleh semua warga kampung, dan permohonan mupeng yang dibisikkan warga kampung yang masih jomblo, hehehe... *semoga saya nggak dikeroyok setelah nulis BBHB hari ini :p* (Anyway, sekali lagi selamat menempuh hidup baru ya Mbak Lily ^^, semoga langgeng dunia akhirat). Tapi kemudian saya sadar, dimana muara semua topik di atas. Di mana lagi kalau bukan di 5 huruf paling populer sejak zaman Adam sampai sekarang.Yap, cinta... C-I-N-T-A (dan tolong jangan dilagukan ya =.=").

Saya tidak ingin terlalu berteori tentang cinta. Tapi ada yang aneh, kenapa setiap kali ada topik tentang cinta, yang ada dalam pikiran orang adalah hubungan romantis antara laki-laki dan perempuan? Hayooo... ngaku aja, waktu baca judul BBHB saya malam ini, kalian juga berpikiran demikian kan? *nggak ngaku, saya timpuk sepatu lhoh! wkwkwk* :p

Hey, cinta tidak sesempit itu kan? Ah, nggak usah saya kasih tahu juga kalian pasti udah tahu, hehe. Sudah lama saya merombak pikiran saya tentang cinta yang seperti itu. Bahkan tentang cinta itu sendiri. Sebenarnya saya lebih suka menggunakan kata 'kasih sayang' daripada cinta. Yaaah... waktu itu sih ceritanya saya sedang patah hati. Seperti layaknya orang yang patah hati pada umumnya, saya juga galau, sedih berkepanjangan, suka nyetel musik yang mellow yellow (semua genre asal yang ada hubungannya sama patah hati), suka narik nafas panjang gak jelas. Pokoknya lebay abis dah...

Sampai suatu hari saya maen sama kucing saya. Saya bisa sampai tertawa terbahak-bahak, kalau sekarang sih sambil guling-guling :p, kemudian bercanda dengan adik-adik sepupu saya, kemudian mendapatkan perhatian dari orang tua saya (mungkin mereka juga kuatir melihat anak mereka berhari-hari lemes kayak sayur yang kelamaan ditaruh lemari es), terus menghabiskan hari dengan teman-teman saya yang rupanya ikut bingung karena saya terlihat seperti orang mau bunuh diri setiap harinya (kalau sekarang mungkin backsound-nya lagu-lagu De Massive kali ya :p *ditimpukin Massivers*). Hmm, ternyata saya masih bisa merasa baik-baik saja.

Ah, rupanya saya lupa. Sementara saya sibuk mencari perhatian laki-laki itu. Sibuk memutar otak, mencari akal agar dia mau memperhatikan saya. Sibuk bertingkah aneh agar dia bisa tertarik pada saya. Sibuk bergalau-galau ria kalau dia tidak bereaksi sedikit pun. Ketika saya sedang super sibuk patah hati. Saya sudah mengabaikan banyak kasih sayang yang dikaruniakan Tuhan pada saya. Pandangan saya teralihkan sempurna dari hal-hal lain yang harusnya saya sayangi dengan lebih adil. Saya lupa, di sekitar saya juga ada makhluk-makhluk lain yang menyayangi saya (setidaknya mereka perhatian lah sama saya :p) dan (seharusnya) saya perhatikan dan sayangi balik, selain dia (laki-laki itu). Hmmm... mulai saat itu (kalau nggak salah sudah 7 tahun yang lalu :p) saya mencoba bersikap adil dalam membagi rasa sayang saya. Tidak hanya untuk dia yang disebut laki-laki.

Lagipula, bukankah mereka yang menyayangi makhluk-Nya yang ada di bumi akan disayangi oleh makhluk-Nya yang ada di langit? Dan makhluk-Nya yang ada di bumi bukan hanya manusia yang berjenis laki-laki kan? Dan yang disebut 'cinta' itu seharusnya tidak melulu cinta yang romantis kan? ;)

Besok, kita ketemu lagi ya Kawan...  Saya berdoa semoga hati kalian penuh dengan cinta mulai malam ini :)

End of report - Silananda
12 September 2011, dalam rumah yang hangat, Malang


Sesungguhnya Penulis itu Punya 1001 Talenta
Pembicaraan Saya Bang Yadhi dan Kak Adriana   Adriend Tjandra Dewi 

Seandainya saja, ya, seandainya saja, saya mempunyai kemampuan menulis dengan banyak gaya, maka akan lahir karya bergaya Chekov, Agus Noor, Hemingway, Putu Wijaya, Tolstoy, Benny Arnas, Rumi, Guntur Alam, dll.

Seandainya saja, ya, seandainya saja saya memiliki kemampuan itu, maka izinkan saya untuk tak menuruti gaya mereka!

(kecuali khilaf!)

Miftah Fadhli hehe...... Gaya sendiri lebih asyik....

Yadhi Rusmiadi Jashar Yulia dan Miftah: Betul sekali, sob. Secara umum, tak ada penulis yang mau menuruti gaya orang lain. Tapi ada kalanya, tanpa kita sadari kadang karya kita mirip gaya si A atau si B. Menurut saya, tak apalah, asal jangan njiplak. Terpengaruh sikit-sikit, bagus-bagus saja.

Hylla Shane Gerhana Wah keren tapi saya iri ma Abang, lokalitas cerpen kelemahan saya.

Yadhi Rusmiadi Jashar Shane: Menulislah dari hati. Mungkin akan lebih bergigi, Dek.

Yulia Syamsi Tabriz Setuju mas yadhi! dan saya yakin setiap org ingin & lebih suka jd dirinya sendiri.

Hylla Shane Gerhana Mbak @Yulia klo abang itu dah multi talenta bgt, masih bingung gmn crnya multi talenta


Adriana Adriend Tjandra Dewi Aamiin.

Hadeuh. Abaaaangg! Gaya kepenulisan Bang Yadhi Rusmiadi Jashar, sangat yummy.. Saya kagum pada Bang Yadhi

Guntur Alam
Kebanyakan penulis memulai dengan pinjam "kulit" penulis yang sudah jadi, Bang Yadhi

Rusmiadi Jashar. Mungkin pula itu yang saya alami dulu. Tapi, lambat-lambat saya bisa melepaskan diri dari itu semua. Setidaknya, dalam beberapa karya belaakang ini, saya sudah melepaskan diri dari kulit itu. Dan itu diakui beberapa teman. Setidaknya, bahasa yang sama bukanlah masalah, yang terpenting gaya dan karakter yang ada. Terus berkarya, ditunggu gebrakannya. SumSel masih butuh tangan-tangan kreatif kita.

Guntur Alam Penulis baru maksud saya, Bang Yadhi Rusmiadi Jashar.

Yadhi Rusmiadi Jashar Yulia dan adikku Shane: Saya pernah baca sebuah buku, yang sayangnya (wallah) lupa judulnya, bahwa setiap orang lahir dengan seribu satu talenta. Ada yang gak tau kalau dirinya penuh talenta, ada yang tau tapi gak mau mengeksplore. Kuncinya mengenali, membaca diri, dan berlatih.

Yadhi Rusmiadi Jashar
Guntur Alam: Betul sekali, saudaraku. Kadang semakin banyak kita membaca karya orang, kita terkagum-kagum, bagimana bisa kata dirangkai dengan begitu indah. Lalu kita mencoba mengikuti. Tapi, yakinlah banyak gagalnya. Ketika kita sibuk menc...See More
Hylla Shane Gerhana Yess, keren dapat ilmu baru

Yadhi Rusmiadi Jashar
Adriana: Saya pernah ditanya, lebih tepatnya menerima curhat dari seseorang. Seseorang itu bacaannya oke punya. Akibat dari bacaannya yang seabrek itu, dia minder majang karyanya, apalagi ngirim ke media. Padahal, karyanya bagus. Sampai saat ini dia tidak berani majang atau ngirim karyanya ke media, walau berulangkali dimotivasi. Entahlah nanti. Intinya, keep spirit and keep writing. Soal bergaya orang lain, oke-oke sajalah. Salam hangat, ya.

Dari pembicaraan di atas aku yang agak lemot setelah sakit menjadi terpacu lagi untuk menulis, menulis dan terus menulis. Semoga Motto: Sesungguhnya setiap orang punya 1001 talenta juga akan merenjiskan semangat di hati para Sahabat WR Terkasih juga.

Hongkong, 12 September 2011.


Hallo catatan putihku yang bersampul komputer tua setelah menunggu waktu akhirnya baru sempat hari ini aku ingin menuangkan secoret unekan dalam hati. Pertama aku bangga dengan pencapaian yang berhasil menuliskan dua buku yang semua selfpublising. Tapi masih banyak rasa yang ingin aku tambahin entah manis,kecut,pahit. Perjalanan akan seorang Anung D'Lizta juga semakin meluas sayapnya.  Teman yang paling sering ngobrol bareng lewat tlp kini jarang ada waktunya dengan kegiatan waktuku yang menulis dan alhamdulilah dia memahaminya.

Beberapa wawancara dari koran sekolah juga akau dapatkan dan menyunting kegiatan menulisku dan dengan bangganya aku sebutkan WR adalah tempatku belajar. Disusul dengan wawancara orang Singapura yang akan diposting dalam blognya. Majiaknku yang super aktif mendukung juga memiliki rasa suport yang begitu diluar dugaanku. Namun perasaan menyiut tumbuh dalam wajahku saat pertanyaan ''Sudah berapa banyak buku terjual?'' .Tentu saja saya tidak tahu karena buku di publis secara online dan data account dalam webnya masih kosong sedangkan yang sampai ditanganku sekitar ada 50 cetak. Haruskah aku berhenti menulis jika semua yang raih tidak menjadi bestseller?. Perasaan ini yang sekarang menjadi permainan.

Semangat menulis masih belum mati tapi saat ini yang kurasakan mulai melemah. Aku tetap berfikir optimis dan mencoba mengirim naskah novel ke sebuah penerbit.semoga akan aku ciptakan sesuatu yang baru dan menjadikanku sebagai seorang penulis yang diterima oleh masyarakat luar. Aku harus tetap bangga menjadi penulis selfpublising.

Anung D'Lizta


Bicara Tentang Cinta

Parungpanjang, 12 september 2011

Bicara tentang cinta ga akan ada habisnya. Karena cinta itu luas maknanya. Tapi, kali ini saya mau bicara tentang cinta antara laki-laki dan perempuan. Ehm...malu juga sih ngomongnya, heheheh.
Banyak orang kalau sudah jatuh cinta akan menjadi kalap. Ibaratnya, gunung pun ku daki lautan ku sebrangi. Cinta butuh pengorbanan, katanya. Namun, banyak orang yang menyalah artikan "pengorbanan" tersebut sehingga sering terlihat konyol dan bodoh. Untuk mendapatkan cinta yang kita inginkan memang perlu pengorbanan, tapi bukan berarti segalanya di korbankan. Apalagi cita-cita dan impian. Terlalu mahal deh rasanya cuma karena cinta sampai dua hal itu tergadaikan. Cinta yang baik justru akan mendukung langkah kita untuk mencapai impian bukannya menjadi penghalang serta pemberat. Hal itu yang sering kita lupakan.
Saya bicara ini ketika saya membaca sebuah status dari teman facebook yang I adore him. Dia tuh buat saya beda dari yg lain. emang sih ketemu langsung belum cuma saya dan dia akhir2 ini lagi intens bermesej on facebook dan twitteran. dari semua hal yg kita bicarakan, saya bisa lihat kalau dia itu sosok yang megang mimpi dan cita2nya. dan itu membuat saya want to know bout him, more and more....


CELOTEH HUJAN

          Saat gerimis menyapa manis …

            Pelangi  12 September menyentuhku dengan mesra, menyeret raga dalam setumpuk aktifitas yang bertaburan. Membentuk siluet indah di sepanjang senin yang super sibuk. Mau tak mau aku harus lantang berkata pada diri “I Like Monday”.

            Beberapa nasabah mulai datang silih berganti, dalam bingkai yang tak serupa. Sifat dan sikappun tak sama namun sebagai pelayan masyarakat aku dan semua teman harus senantiasa memberikan pelayanan terbaik untuk kegiatan perbankan mereka. Tak membeda tak juga pilih kasih. Dengan senyum yang tak boleh lepas di sepanjang waktu. Sungguh, hari ini aku merasa waktu berjalan dengan sangat lambat. Bahkan jam dua belas siang yang dinanti tak juga hadir  padahal perut sudah mulai bernyanyi tak karuan.  Bekerja saja dengan hati, sebuah nasehat yang pernah aku dapatkan dari seorang sahabat maya. Seberat dan sebanyak apapun pekerjaan yang ditangani jika melakukannya dengan hati maka semua akan terasa mudah.

            Hari ini gerimis mengguyur kotaku. Sebuah oase setelah gersang sempat melanda tanah kami di sepanjang ramadhan kemarin. Gerimis, aku selalu suka. Menengadahkan tangan merasakan titik hujan yang dingin menyentuh kulit dengan sangat lembut, ah sungguh tak dapat terkatakan dalam bahasa. Indah, hanya itu.
            Gerimis yang jatuh perlahan mulai beranjak menjadi butiran-butiran besar dengan jumlah air yang tak sedikit. Ya, hujan datang. Kuperhatikan dari balik jendela, di luar sana ada banyak anak kecil yang bersenda gurau sambil sesekali memainkan bola yang ada di kaki-kaki mereka. Bersorak seolah tak ada rasa dingin sedikitpun. Senyumku terkembang, mengingat masa kecil yang sama. Irama dalam denting hujan yang turun selalu membuat lagu hati berkumandang dengan syahdu.
            Sentuhan seorang sahabat mengejutkanku. Segera kulirik angka di jam tangan. What ? Sudah jam 5 lebih. Titik-titik air mulai berganti menjadi gerimis kembali. Segera aku dan semua karyawan yang ada di kantor ini beranjak menyongsong senja. Memacu laju kendaraan masing-masing dengan kecepatan yang tak biasa demi tak menjumpai hujan di tengah perjalanan. Maklum saja, sebagian dari kami bahkan lupa untuk membawa jas hujan sebagai pelindung.

            Sayang, rencana manusia tak selalu sama dengan nyata yang terpatri. Sebelum sampai di rumah, akupun harus terjebak hujan yang tiba-tiba datang dengan sangat deras. Memaksaku untuk berteduh di salah satu sudut kota dan membiarkan kendaranku bercumbu sejenak dengan manisnya sang hujan.
            Kulihat ada beberapa orang yang juga senasib denganku.
            “Mbak, silahkan duduk” ucap seorang perempuan paruh baya
            Perempuan itu akhirnya kukenal bernama Bik Minah, seorang penjual es degan. Perempuan ini sangat ramah, menyapaku dengan sangat akrab seakan kami telah kenal lama. Dengan berbagai pertanyaan basa basi, akupun akhirnya tahu kalau dia sudah lama berjualan es degan di tempat itu.
            “Banyak yang beli Bik seharian ini ?”
            “Aduh, Neng. Hari ini sepi sekali. Apalagi dari tadi siang hujan terus. Mana ada yang mau membeli es. Baru laku satu gelas dari pagi, Neng
            Deg, hatiku tersentak. Satu gelas es degan harganya tiga ribu rupiah. Berarti hingga senja ini dia hanya mengantongi uang sebesar itu. Lalu bagaimana cukup untuk makan. Aku termangu dalam lamunan.
            Senja kurasakan kian dingin membelai raga.
            “Loh, Neng. Kenapa menangis ?”
            “Ah, nggak kok. Cuma kelilipan ajah” seraya kuusap titik air yang tak dapat kutahan, mengalir begitu saja.
            Aku memang sangat cengeng. Tak mampu menahan gemuruh dalam hati.
            “Aku pesan es degannya satu ya, Bik. Hujan juga sepertinya masih agak lama reda”
            Kulihat dia sangat sumringah. Cekatan tangannya meracik lalu menyodorkannya padaku. Es degan yang tak biasa, begitu ucapku dalam hati. Udara semakin dingin, tubuhkupun sedikit menggigil tapi minuman ini hangat menjalar di seluruh nadi. Bukan karena es-nya, bukan juga karena degannya tapi karena Bik Minah menghadirkan cinta dan ketulusan di dalamnya.
            “Bik Minah pasti nggak suka dengan hujan ya ?” celotehku tiba-tiba
            “Kenapa, Neng ?”
            “Ya, kan pelanggannya jadi berkurang”
            “Rejeki itu nggak akan kemana kok, Neng. Semua sudah diatur oleh Allah. Dan saya selalu merasa cukup dengan apa yang diberi. Pokoknya harus bisa bersyukur, Neng”

            Sedu terakhir dari segelas es degan, kutemukan makna sebuah kehidupan. Ah, hujan masih juga tak reda sementara kumandang adzan maghrib telah bergema. Tak ada pilihan bagiku selain menerobos derasnya hujan demi segera sampai di rumah.
            “Yakin Neng mau pulang berhujan-hujan begitu ?”
            “Insyaallah”
            Segera laju kendaraanku bergerak. Titik hujan menyusup ke dalam kulit, menyentuh nadi dengan cepat lalu rebah di dalam aliran darahku. Namun aku merasakannya hangat, sehangat senyum Bik Minah yang masih sempat aku bingkai di sepanjang jalan kota. Kunikmati satu persatu belaian air hujan yang lembut di kulitku.

            Rabb, terima kasih atas anugerah ini
            Aku pernah kehilangan jingganya senja ketika malaikat-malaikat kecil penghuni simpang lampu merah itu tak berjejak. Tapi kini, Allah memberiku satu lagi tempat menautkan senja. Sebuah tempat pembelajaran hidup yang sebenarnya.

            Hujan,
Mengejamu dalam celoteh senjaku adalah hal indah yang kumiliki hari ini

Bkl, 12 September 2011
Diary sang penikmat hujan dan pecandu senja


12 September 2011
Ruang Penat Kontrakan
Aku "MALAS"

Terasa penat.... Malas yang luar biasa, ditambah lagi dengan suara cacing-cacing dalam perutku yang minta diperhatikan. Belum ada nasi yangg masuk dalam perutku sejak pagi. Bukan semata-mata karena aku tak punya uang, namun karena sebuah kata "malas". Aku memang tak membawa sepeserpun uang di dompet, tapi bisa saja aku pinjam ke temanku dulu jika aku mau. Tapi itu tak pernah ku lakukan, lagi-lagi hanya karena alasan "malas". Lama aku sudah ingin tobat lahir batin, aku juga telah berjanji pada orang tua dan kekasihku, bahwa aku akan makan tepat waktu, namun "malas" ini mengalahkan segalanya. 
Ya Rabb.... Berilah sedikit kekuatan padaku untuk melawan rasa ini. Melawan "malas" yang semakin lama semakin betah bersarang di benakku. Pesan-pesan dari kekasihku bergantian terngiang di telingaku. Sebuah ucapan yang selalu aku ingat : "Aku selalu malas untuk malas, sehingga tak ada kata malas dalam kamus hidupku". Andai aku bisa sepertinya, andai aku bisa membuang rasa malas ini. Malas ini bahkan membuatku tak peduli pada diriku. Bisa saja kambungku terinfeksi lagi, bisa saja besok aku terbaring di rumah sakit, dan semua itu cuma karena sebuah rasa "malas".
Aku berharap "malas" ini segera pergi. Aku berharap, setelah matahari terbit esok, tak aku temui lagi kata "malas" dalam kamus hidupku. Aku pun berharap slogan kekasihku dapat pula aku lakukan. "Aku MALAS untuk MALAS".


BBHB 6 – Edisi PIKUN
Senin, 12 September 2011

Panasnya dunia saja seperti ini, apalagi api neraka. Astaghfirullah ... jaga kami dari panas api neraka ya Rabb.

Pukul 12, serasa buka warteg saja. Dua macam sayur empat rasa. Sudah masak Ibu pinginnya yang lain. Pas mateng waktunya makan siang kok ternyata masih kenyang dan tertidur. Yasudah ikutan ngantuk saja, lumayan. Bangun lagi jam satu siang masih juga belum mau makan. Jadi sampai lupa minum obatnya to. Wis jangan bilang-bilang setengah tiga baru makan obat siang jadinya.

Weleh-weleh ... sore minta ganti menu lagi. Bikin soto yuk lah manteb tenan. Baru di nyalain kompornya malah mati lampu. Pln mah nyindir aku lupa belum bayar listrik toko ckakaka... EGP.

Bbbrrrrrr .... rasanya persis air putih. Kurang garam ya? Ya kan hipertensi hihihi, padahal emang kurang bumbu. Bukan kurang sih, lupa belum komplit juga. Makan buah saja ya, Buk! Pasti mak nyus. Ditanggung gak pikun memberi rasa segar dan manisnya hihi.
------------------------------------o0o------------------------------------------


Singapura, 11 September 2011

Deg-degan serta kekhawatiran menjalari perasaanku semenjak bangun tidur hari kemarin. Kenapa? karena hari minggu kemarin adalah hari dimana akan di adakanya acara pertama dan perdana yang kami lakukan. Kami adalah sati tim dari satu group maya yang nyata BMI "Buruh Migran Indonesia" Singapura. Acara pertama yang kami ambil dalam moment halal bihalal.

Semua tim hanya berkomunikasi melalui media Group di FB karenanya sangat deg degan takut tidak berjalan dengan baik, apalagi pagi di guyur hujan

Namun Alhamdulillah semua berjalan lancar, saling bertatap muka dengan teman teman maya yang selama ini hanya berkomunikasi melalui wall group, selain bisa halal bihalal, silaturahmi juga bisa kopdar bersama sungguh sangat membahagiakan.

Kebersamaan dan kekompakan yang tercipta sungguh tidak akan pernah bisa aku lupakan selamanya, telah terpatri dalam ingatan dan hatiku. Bukan hanya sebuah gambar yang menjadi kenangan tetapi, semua kejadian sudah terekan dalam hati melaras ke sanubari.

Kebersamaan memang sangat indah.


Senin, 12 September 2011
Kutemukan Asimtot

Malam tadi aku sungguh sangat memikirkannya hingga aku tidak bisa terbuai dalam tidurku. Dinginnya malam menusuk tulang rusukku,nafasku sedikit sesak karena hawa malam begitu dingin,sedingin hatiku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya,sesekali aku menatap dirinya. Malam itu aku benar-benar galau hingga pagi tadi aku terbangun dalam teriknya matahari yang menghujam hatiku. Ah,ternyata aku terlambat kuliah..
Sinar matahari bernyanyi diatas awan putih menyambut hari pertama dalam kuliah pekan ini. Sungguh aku merasakan detak jantungku begitu kencang karena hari ini aku akan bertemu dengan asimtot.
Aku duduk manis menunggu asimtot,sambil tersenyum dan berkata
"Sungguh aku ingi kenal dekat denganmu" kata itu kuucapkan untuk asimtot
Seorang bapak setengah baya mengantarkanku ke dia. Dia itu adalah ayah asimtot,bapak segalanya asimtot
"Subbahanallah" ucap syukurku.
Bapak nana namanya,beliau menceritakan dia,dia yang aku tunggu selama ini. 2 jam aku mendengar pak nana bercerita tentang dia dan akhirnya aku menemukan asimtot.
Awalnya saat aku bertemu dengan asimtot aku mengerutkan dahi dan sedikit berpikir keras
"Oh itu asimtot?" tanda tanya begitu besar dalam pikirannku.
Dengan panjang lebar pak Nana menjelaskan bapak asimot dan asimtot itu sendiri.
Kini aku mulai mengenal baik asimtot dan bapaknya. Aku sudah mengerti asimtot itu sangat dekat dengan 2 sahabatnya yaitu limit dan tak hingga, mereka selalu bersama-sama.Kegalauan aku kini terobati.
"Tapi..." sedikit aku berhenti bicara dalam hati
Ternyata bapak asimtot sangat cemburu padaku, karena dia ingin juga diperhatikan seperti anaknya. Begitu banyak pengenalan bapak asimtot dan lebih dalam hingga terkadang aku benci dengan bapaknya dari dulu.
Tapi berkat pak nana sekarang aku jatuh cinta sama bapak asimtot dan aku meninggalkan asimtot.

Teman-teman pasti bertanya siapakah bapak asimtot itu ? begitu kejamnya aku mencintai bapaknya bukan anaknya? apakah teman-teman berpikir kalau aku suka yang tua?

Itu salah dan sangat salah sekali. Tuntutan dan paksaan membuat aku harus jatuh cinta dengan bapak asimtot dan aku harus selalu dekat dengan dia. Jika aku tidak dekat dan tidak memahami dia artinya matilah aku dalam dunia pendidikan aku.
Bapak asimtot itu adalah KALKULUS , dan Asimtot merupakan salah satu pelajaran dari kalkulus.


Antara Impian dan Trauma


Sebagai seseorang yang baru belajar dan menekuni dunia kepenulisan, buku pasti menjadi pedoman paling penting untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis. Sebab dengan membaca, banyak pengetahuan baru yang didapat dan bisa kita urai menjadi bait-bait tulisan. Dengan membaca pula kita dapat mengetahui banyak hal tentang ketentuan-ketentuan dalam menulis. Maka dari itu, aku pun mulai mencoba menyisihkan uangku setiap bulannya untuk membeli buku demi menambah koleksi buku yang masih sangat minim kumiliki.

Jujur saja, terkadang aku iri dengan teman-teman penulis lainnya yang telah menyukai dunia kepenulisan sejak kecil, sedangkan aku? Hobi baca saja baru kutekuni kembali pada awal 2011 meski ketika menduduki bangku SD aku sangat menyukainya, namun sayangnya aku sempat meninggalkannya. Menyesal? Tentu. Namun di usiaku sekarang aku tak mau menyia-nyiakannya lagi. Aku ingin benar-benar mencintai dunia baca dan tulis dan tak ingin melepaskannya dalam lingkaran kehidupanku hingga batas yang ditentukanNya.

Aku juga iri melihat teman yang berfoto ria dengan narsisnya bersama koleksi buku-buku mereka yang cukup banyak. Menatanya dengan sangat rapi dalam lemari kaca. Membuat perpustakaan pribadi di rumah mereka. Aku ingin mengikuti jejak mereka, maka karena keirianku itulah muncul ide gilaku untuk rutin membeli buku setiap bulannya. Bahkan aku juga sangat rajin mengikuti kuis-kuis berhadiah buku, hanya untuk menambah koleksi perpustaan pribadiku. Berharap suatu saat perpustakaan pribadiku menjadi perpustaan umum yang dapat dipinjam oleh siapapun. Bukankah berbagi ilmu lewat tulisan ataupun buku adalah hal yang mulia dan patut dibudayakan. Apa salahnya bila kucoba sejak sekarang. Alhamdulillah Allah kasih jala buatku untuk mewujudkan impianku. “Setiap niat baik pasti ada kemudahan” dan itu nyata kualami sebab aku sering memenangkan kuis. Meski memenangkan lomba belum pernah, namun tak mengapalah ^_^. Hidup adalah proses dan saat ini adalah proses pembelajaran bagiku dalam segala aspek.

Namun baru saja niat itu memenuhi relung hatiku. Ada sesuatu yang agaknya mencoba mengubur niatku tersebut. Seorang sahabat yang tergabung dalam “Sembilan Keping Hati”  telah mengecewakanku. Sebuah buku kumpulan novelete yang baru saja kubeli dan belum sempat kukhatamkan seluruhnya dipinjam dan belum dikembalikan hingga kini. Hampir tiga bulan lamanya buku itu berada di tangannya namun belum jua ia kembalikan.
Pada kesempatan yang ada aku pernah bertanya padanya
         “Sri, bukuku udah selesai kamu baca? Dibawa nggak?”
         “Oh udah selesai sih, tapi nggak kubawa, kamu sih nggak mau mengingatkanku lewat sms.”

Satu kali alasannya bisa kuterima. Beberapa waktu kemudian ketika bertemu di kampus kuajukan lagi pertanyaan yang sama, jawabanya membuatku sangat kesal
            “Sri, dibawa nggak bukuku?”
            “Nggak. Kamu nggak nyuruh bawa, ya nggak kubawa,”
            “Jadi kalau diingatkan dulu baru kamu kembalikan. Niat mengembalikan nggak sih?”

Emosiku mencuak, aku tak mampu mengontrol amarah. Teman-teman yang lain terdiam melihat ekspresiku yang tidak seperti basanya. Aku memang tak pernah berucap kasar apalagi pada sahabat-sahabat karibku yang tergabung dalam “Sembilan keeping hati”.

Akibat ucapan kasarku itu ia tak lagi pernah membalas setiap sms yang kukirimkan. Ucapam hari lebaran pun sama sekali tak ada respon darinya. Ketahuilah teman ... emosiku hanya sesaat!!! kini kebencian itu telah punah. namun akibat luka yang kutorehkan, komunikasiku dengannya agak merenggang. Menyesal ? tentu. Menyesal karena meminjamkan buku dan menyesal telah berucap kasar padanya, sahabatku.

Sejak saat itu aku jadi enggan meminjamkan buku pada siapapun. Aku trauma meminjamkan buku meski kepada sahabatku sendiri. Lantas, akankah aku harus mengubur impianku dalam mewujudkan sebuah “Taman Bacaan Umum” yang berawal dari perpustakaan miniku. Entahlah. Semoga ada keajaiban di balik niat baik ini. Amin.


Binjai, 12 September 2011


Depok, Medio :  Senin ,  12 September 2011
Catatan Kaki yang terpinggirkan (Edisi : 12092011)
Dalam lembar pertama “bukan buku harian biasa” kemarin, aku telah  menuliskan kenangan waktu kanak- kanak sampai kehidupan sekarang. Sempat bingung juga  apa yang akan kutuangkan selanjutnya. Sebab sudah lama tidak bersentuhan dengan kegiatan catat – mencatat aktifitas pribadi harian tersebut. Apalagi aku orangnya tidak telaten dan “ menganggap” tidak ada waktu untuk mengerjakanya.
Namun begitu bukan berarti aku tidak pernah sama sekali mencatat apa saja yang aku lakukan dalam seharian. Untuk aktifitas di kantor aku selalu memasang target pekerjaan yang harus segera diselesaikan hari itu dan kucatat di buku kerja. Dengan begitu aku berharap cara kerjaku lebih rapi, efektif dan efisien. Terutama dalam pengaturan waktu, sehingga tidak perlu lembur untuk menyelesaikannya. Dengan demikian aku dapat membagi waktu dengan keluarga dan mengembangkan hobyku dengan leluasa. Sekarang  aku lagi kecanduan melukis dan menulis. Untuk itu ketika diinternet ada kursus menulis cerpen dan puisi online dari “Writing Revolution”, tanpa berpikir panjang aku segera mendaftar. Dan Alhamdulillah dengan bimbingan dari Pak Bambang  dan Mas Joni aku dapat kembali menggali potensiku yang sudah lama terpendam. Terima kasih banyak kepada beliau berdua …
Oh, ya … aku mempunyai kebiasaan baru yaitu mencatat berita dari koran yang kubaca tentang peristiwa – peristiwa penting yang terjadi hari itu. Sekedar pengingat bila aku lupa, dan mungkin dapat bermanfaat kelak sebagai bahan referensi pribadi.
*****
Berita per-12 September 2011 , Sumber : Harian Seputar Indonesia

-   Nasional
Konflik antar warga di Ambon sudah mereda dan dapat dikendalikan. Konflik dipicu  adanya rumor meninggalnya tukang ojek bernama Darmin Saiman, karena dianiaya di daerah Gunung Nona. Kabar lain menyebutkan bahwa dia meninggal karena kecelakaan.
Komentar : semoga segera damai dan aktifitas kembali normal.
Internasional
Peringatan sepuluh tahun oleh rakyat Amerika Serikat atas peristiwa 9 September di pusatkan di Ground Zero, New York. Peristiwa pengeboman gedung WTC tersebut telah menewaskan 3000 orang.
Komentar : Harus diwaspadai jangan sampai peristiwa itu terjadi lagi Tuan Obama !
-   Olah Raga
  • Striker MU Wainey Rooney mencetak Hatrick ke-2 ke gawang Bolton Wonderes. Setan Merah menang 5 -0.
            Komentar : Go … go Roney, God job man !
  • Sebastian Vettel memenangkan balapan F1 di sirkuit Monza Italia.
           Komentar : Tuan Vettel memang OK !
  • Tommy Sugiarto memenangkan gelar tunggal putra bulutangkis Taiwan Open granprix.
            Komentar : Keren boy, jangan sampai kalah sama abahmu, lanjutkan!
  • Kekisruhan melanda Tim Sepakbola Nasional Indonesia akibat komentar miring Sang Pelatih asal Belanda : Wim Risberjen. Bambang Pamungkas menyatakan bahwa pemain seperti anak ayam kehilangan induknya..
            Komentar : Bagimana kalau cari induk yang lain Mas Bepe, setuju ?
-   Hiburan
Lady Gaga menyatakan bahwa New York adalah suaminya yang kedua.
Komentar : Ibu satu ini ada-ada saja, masak kota di jadikan suami ….
Kriminalitas
Perampok menyamar sebagai polisi merampok satu perusahaan di Bekasi.
Komentar : Dibalik saja…  polisi yang menyamar jadi perampok biar pelakunya cepat diringkus.
Ekonomi & Perbankan
Menurut Global Finance, DBS Bank Singapura menjadi bank teraman di Asia. 10 besar bank teraman di Asia adalah : 1. DBS Bank- Singapura. 2. Oversea Chinese Banking Singapura Corporation. 3. United overseas Bank- Singapura 4. China Developmen Bank- China. 5. Agricultural Dev Bank China of China. 6. Shizioka Bank – Jepang. 7..Bank of Tokyo Missubishi – Jepang UFJ 8. Sumitomo Mitsui Banking Jepang Corporation. 9. Shinken Central Bank – Jepang. 10. Bank of Taiwan – Taiwan.
Komentar : Bila ada kategori bank paling tidak aman, pasti Bank Century ( almarhum) dipastikan akan menjadi juaranya !

 End of Report… to be continued …


Senin, 12 September 2011
Tembakau yang sudah mulai dipangkas membuat sawah begitu gersang. Perjalanan selama kurang lebih dua jam melayangkan pikiranku. Semua yang kulihat tak pernah berubah. Selalu itu. Bosan pun merayapi pandanganku. Tapi, meski begitu aku tak pernah absen untuk mengagumi karya-Nya. Tiap kali melakukan perjalanan, jiwaku selalu menyatu dengan alam. Daerah kabupatenku terlewati sudah. Tiba saatnya memasuki area kabupaten lain.

Hamparan padi mulai menguning. Rinai hujan sirami jalan. Bau tanah pun tercium jelas. Daerah Bangkalan selalu tersirami hujan meski di kabupaten lain hujan belum datang. Saat ini di tempatku sangatlah panas. Tapi di Bangkalan semuanya sejuk.

Dalam kendaraan yang begitu sesak napas dan peluh penumpang, membuatku harus ekstra tahan napas. Aroma minyak telon yang selalu menemaniku saat perjalanan, membuatku sedikit lega. Hampir tak ada ruang gerak dalam kendaraan. Oh, betapa panasnya tempat dudukku. But, all izz well...

Akhirnya aku bisa menghirup udara segar saat turun dari kendaraan. Oh, betapa lega badanku. Kutuntun langkahku menuju rumah nenek yang berjarak kurang lebih  5-10 menit dengan berjalan. Kulewati jalan kelinci yang tiap pagi dijadikan pasar oleh warga sekitar. Satu persatu rumah warga pun menjadi saksi bahwa aku melewati jalan mereka.

Sesampainya di rumah nenek, kuselonjorkan kakiku di kursi. Bahuku yang penat saat menggendong ransel, mulai meregang. Air putih yang selalu kubawa dalam botol, ikut menyegarkan tubuhku.

Saat hati mulai tenang dan jiwa mulai melayang, nenek menghampiriku. Berita yang dikabarkannya membuatku lunglai seketika. Mbah Pi yang tinggal tak jauh dari rumah Nenek meninggal. Hari ini adalah 3 harinya beliau.

Ya Allah, saat hari raya kemarin aku masih melihat wajahnya dan mencium tangannya. Beliau kelihatan masih sehat meskipun tak sesehat saat mudanya. Ternyata itu pertemuan terakhirku dengannya. Ya Allah, berilah ia tempat di sisi-Mu. Amiin...


12 september 2011

KEGALAUAN-DIARY-SKRIPSI
Rasanya gatal tangan ini untuk menuliskan curahan hati yang semakin hari semakin galau. Baru saja satu minggu setelah libur lebaran dan aktivitas kampus dimulai, aku sudah semakin sibuk dengan kegiatanku sendiri dan semua aktivitas kembali sebagaimana bisaanya.
Perasaan-perasaan yang kurasakan bisaanya aku tulis dalam sebuah buku diary. Hal ini ku lakukan sejak aku kelas satu SMP hingga aku kuliah. Mulai dari kegiatan sekolah, organisasi sekolah, kursus yang kuikuti, sahabat suka dan duka, orang tua, teman-teman cowok dan cowok yang aku taksir hingga apalagi ya? Pokoknya lengkap deh, aku jamin tidakk ada yang ketinggalan. Bisaanya aku selalu mengisi diary setiap mau tidur, tapi kadang-kadang aku juga membawanya ke sekolah karena aku takut apa yang aku rasakan itu akan hilang dan semangat untuk berbagi dengan diary tidak sesemangat ketika aku merasakannya. Diaryku unik dan selalu dikunci, mulai dari kunci yang seperti gembok sampai kunci dengan tombol-tombol aneh. Posisi diaryku ada di dalam lemari dan letaknya paling tidak mungkin dilihat jika sepintas lalu.
Pernah suatu ketika aku lupa mengunci diaryku, adik dan mamaku iseng masuk ke kamar lantaran memang bisaanya kamarku menjadi kamar yang nyaman untuk ngumpul anak beranak jika lebih santai. Jadilah adikku menemukan diaryku dan membacanya. Diceritakannya pada mama dan ketika aku baru saja pulang les-masuk kamar, mama langsung marah.
Mama marah padaku karena isi tulisanku cerita jelek tentang keluarga. Aku yang bosan liat mama dan papa berantem meski menjadi hal yang bisaa, hingga pikiran-pikiran burukku kalau mama dan papa sampai bercerai, aku akan merana, bisa jadi aku frustasi dan bunuh diri. Aku ceritakan panjang lebar dan macam-macam tentang keluargaku.
Pernah juga adikku menemukan diaryku tidak terkunci, dia lantas membaca halaman tentang perasaanku terhadap lawan jenis. Ini waktu masih SMP ya. Wuih, panas telinga mendengarnya. Apalagi yang aku taksir itu adalah orang gede yang usianya sekitar tujuh tahun di atas aku. Bayangin aja aku yang saat itu duduk di kelas dua SMP, kalau tak salah, naksir sama pemuda yang sedang magang di kantor papa. Setiap hari jumat mereka bakal lewat di depan rumah karena letak masjid pas di sebelah rumahku. Lucu deh pokoknya mengingat masa itu, panjang lebar kalau aku tuliskan kembali kisahnya dan rencananya aku mau buat tulisan dari masa-masa lucu di sekolah. Mohon doanya ya.
Kembali ke diary. Belakangan ini aku sudah jarang nulis di buku diary karena aku sudah punya laptop dan ku pikir bakala lebih rapi kalau langsung ngetik di laptop dan suatu saat dibutuhkan untuk bahan tulisan aku bisa langsung men-copy tanpa harus mengetik dari awal dan mungkin bisa mengambil satu atau dua kalimat sebagai head line tulisan. Ternyata dugaanku salah. Tidak juga aman menyimpan file di laptop. Faktanya, ketika aku melaksanakan kuliah kerja nyata (KUKERTA) tahun 2010 silam, setiap harinya aku mengetik catatan hariaku khusus edisi kukerta. Paling tidak aku bisa mengenang masa kukerta yang menyedihkan itu, mulai dari penyambutan di kantor kecamatan yang telat, tidak ada penyambutan dari warga desa atau minimal pejabat desa, tidak ada bantuan dana bahkan menjelek-jelekkan senior kami dan berimbas penekanan pada jiwa kami. Ada juga bahagianya bisa jalan-jalan dengan kawan-kawan ke danau dan objek wisata di sekitarnya dan juga berkenalan dengan orang baru yang keduanya merupaka hobiku. Lengkap hingga malam terakhir di desa itu. Paginya dan edisi kepulangan kami belum sempat aku ketik karena kondisinya malam itu sibuk beres-beres dan mana belum dapat tanda tangan dari kepala desa untuk laporan kerja. Hancur.
Setibanya di rumah, ketika memasukkan flash dish temanku ke laptopku, laptopku yang memang tidak ada anti virus, langsung mati. Ketika ku hidupkan lagi, semua file di sebuah dokumen tulisan hilang. Mulai dari puisi yang sejak dua tahun itu aku buat bahkan ada tulisan tahun lama yang ku ketik ulang, cerpen dua tahun itu hingga dua buah bakal novel yang hamper selesai dan berencana aku ikutkan lomba penulisan novel, hilang ditelan virus ganas. Ampun deh, seminggu aku uring-uringan dan setelah itu mencoba mengikhlaskan. Pikirku, segala sesuatunya hanya titipan. Sudahlah, tulisanku juga merupaka titipan cemerlang dari allah melalui akal dan pikiran yang juga dititipkan. Kadang-kadang tertawa dan nagis sendiri mengingat kisah-kisah lucu yang pernah kualami.
Oh iya, awal ceritaku tadi kan galau. Kenapa jadi panjang gini ya? Hm, tadi tuh galau karena seharian udah lelah dikegiatan organisasi dan ketika sudah kembali ke a lam sadar, aku teringat lagi akan SKRIPSI. Sudah wtamat? Kapan wisuda? Aku bosan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Panas rasanya kepala ini.
Bukan karena organisasi yang aku ikutin ini aku menjadi terhambat wisuda, contohnya banyak senior yang sukses organisasi dan kuliahnya. Masalahnya adalah karena judul dan makalahku yang sudah hamper jadi ditolak empat kali. Semangat sering tarik ulur seperti tarik tambang.
Mana udah nambah satu semester minta dibayarin SPP. Kadang mikir juga, sedikit tidaknya ada efek juga. Ketika sudah banyak aktivitas diluar yang bukan akademik, pulang ke rumah lelah dna ketiduran. Pagi lagi, aktivitas lagi, kapan mikirin SKRIPSI ya? Bahkan untuk menulis satu kalimat aja susah. Setiap hari memang ke kampus, tapi lain yang dikerjakan. Mau ketemu dosen malu, belum merevisi dan ngetik ulang. Emang mau tangan kosong aja dating ke dosen dan lantas muka tembok? Dimana harga diri ini.
Ya Rabb, cumin sama Engkau aku bisa merengek sepuas hati, memohon-mohon sampai tertidur sendiri dna terbawa mimpi, mau makan teringat SRIPSI, mau tidur teringat SKRIPSI, dimana-mana yang ada di kepala SKRIPSI. Tapi tak kunjung selesai dan keluar dari masalah SKRIPSI. Setidaknya, tiga bulan ke depan, aku harus sarjana. Wisuda Februari atau April, gak masalah karena aku juga masih ada amanah kampus. Kawan, yang baca tulisan ini, mohon “Amin-kan doaku untuk bisa sarjana akhir tahun ini paling lama, hanya ini cara satu-satunya bisa membahagiakan orang tua untuk saat ini.” Terimakasih atas doanya dan semoga allah juga mempermudah urusanmu.


BBHB 7 - Ronda di WR
12 September 2011

OMG, lagi-lagi aku tertidur di tempat ini sambil nunggu loding upload tulisan iseng.
Huft... jadi terlupa mau nulis apa di penghujung malam. weee lah, lupa lagi lupa lagi cerita hari ini.

Tidak usah banyak-banyak saja, kepala jadi pusing saat terjaga. Itu pun karena terkaget di ketuk Bapak karena Ibu mencari. Demi melegakan hati karena hari ini ingin bikin tiga ikat tulisan.

Upss, rasanya semakin mual lihat monitor. Tanda harus segera undur diri agar esok hari bisa bersilaturahmi kembali. Masih banyak yang harus di selesaikan, tidakk boleh pusing.  Lirik kiri ada lip ice, lirik kanan ada nov-nov anak yang dapat sepitil, di belakang si tukang DL LCR 2 nyambuk terus, eh si narsis yang jalannya kayak siput ini di depan mata ngeledek.

Owh, tidak bisa kulanjutkan lagi walau banyak uneg-uneg. kepala pusing banget.
------------------------------------------o0o----------------------------------------------


Bogor, 12 September 2011
Rumah Al-Qur’an kamar nomor 8 (haha…)
Bismillah…

Malu-Malu, Malang

            Tahu tidak, tadi pagi cuma sahur minum air putih tok… Huft, penyebabnya setelah qiyamullail sengaja tidur eh bablas, nggak taunya baru terbangun beberapa menit sebelum imsak. Masih ingatkan, kisah perjalananku dengan kereta api semalam? Badan sakit-sakit dan bawaannya ingin tidur berkepanjangan. Jadilah hari ini aku mesti menahan lapar lebih berat dari biasanya. Tak apa-apa, masih lebih mending. Di belahan bumi yang lain bahkan ada orang yang nggak makan berhari-hari, bukan karena puasa, tetapi memang tidak ada yang bisa dimakan. Kelaparan. Busung lapar. Jadi Alhamdulillah ya (menirukan Syahrini… hehe) kita masih bisa makan cukup 2 atau 3 kali sehari. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar- Rahman: 13).

            “Mbak Ca… sore ini nggak ada yang piket masak Mbak.” Ujar si kembar.
            “Lho… kok bisa?” tanyaku, sambil mengerutkan kening pertanda heran.
            “Anak-anak pada pergi Mbak, gimana dong? Atau kita aja yang masak Mbak.”
            “Ok.”

            Kami berjalan menuju dapur… Buka pintu kulkas dan melihat isinya. Kira-kira apa yang bisa dimasak. Tapi ternyata bahan makanan sudah habis. Grasak grusuk mencari cari… memang habis, nggak ada apa-apa. Karena cukup banyak yang sedang shaum, salah satu teman pun mengirim SMS pemberitahuan kepada anak-anak RQ yang di luar agar membeli lauk sendiri tuk makan malam. Itu cara tercepat yang bisa dilakukan. Haha … Alhamdulillah ya, nggak ada yang protes.

            “Ta… Mbak titip makanan ya… terserah apa aja.” SMS terkirim.
            “Ok… Mbak, tapi ntar ya, aku lagi rapat nih maklum… hehe.” SMS balasan.
            Bolak balik balas-balasan SMS sama si Ita, akhirnya dia janji mau pulang setelah maghrib sebelum isya. Aku sudah pesan, jangan telat soalnya lapar sekali. Huft.

            Adzan maghrib pun berkumandang, terdengar merdu sekali. Sudah waktunya berbuka. Teman-teman yang lain berkali-kali menawariku untuk ikut makan bersama mereka. Karena makanan yang aku tunggu tak kunjung datang. Aku selalu menolak. Malu… nggak enak, segan masak gangguin orang makan. Padahal barangkali mereka tidak terganggu. Tapi dari dulu aku suka begitu. Hehe… biar aja deh nahan lapar dulu. Ntar juga makanannya datang.

15 menit lagi masuk waktu sholat isya.

            “Ta… kok lama amat sih, udah lapar nih…!” SMS terkirim.
            “Mbak aku masih makan-makan ama anak-anak BEM, ntar ya… tidur aja dulu biar nggak kelaperan. Hihihi .”
            Gubraaaaaaaaaaaaaaaaak =.=”

            Kenapa ini anak nggak bilang dari tadi sih, kan aku bisa titip ama yang lain T.T omelku dalam hati.

            “Masih ada yang belum makan nggak?”
            “Mbak Ica tuh yang belum makan.” Suara si kembar terdengar sampe ke kamarku.
            Kupikir pesananku sudah datang… ternyata tidak.
            “Mbak belum makan ya?” Wahyu bertanya.
            Aku senyum-senyum.
            “Ini Mbak, makan aja. Aku punya dua kotak kok, rezeki tadi gratis. Ambil aja Mbak. Nggak apa-apa.” Ujar Wahyu sambil tersenyum manis.

            Akhirnya dengan agak segan sedikit malu aku ambil nasi kotak pemberian Wahyu dan makan dengan nikmat. Alhamdulillah.

Hikmah hari ini:
Terkadang... malu-malu, malang kawan. Hahaha… ;)


Ampenan, 12 September 2011/05:03
CATATAN IV (EDISI AYAH: Pria yang Mencintaiku dengan Cara yang Berbeda)

Hari ini aku tidak tidur. Mungkin pengaruh kopi yang tadi aku minum sambil menonton film. Gila aja minum kopi pukul 1 malam, wajarlah nggak bisa tidur jadinya. Aku memutuskan untuk menulis catatan kecil ini. Saat berbaring aku membayangkan seorang pria. Pria pertama yang hadir dalam hidupku, dialah Ayah. Jutaan kenangan tentang ayah berputar di benakku seperti piringan hitam yang mengalunkan musik klasik. Dan inilah yang ingin aku tulis tentang ayah:

  1.  Ayah adalah orang pertama yang memperkenalkan aku pada buku, perpustakaan, dan budaya membaca. Ketika aku kelas dua SD, ayah mengajakku ke perpustakaan daerah. Beliau menemaniku membuat kartu perpustakaan dan setiap minggu mengantarkanku untuk meminjam buku (jadi ingat waktu itu bingung mau tanda tangan seperti apa). Sampai aku kelas 4 SD beliau memperbolehkanku ke perpustakaan sendiri. Aku masih ingat saat itu aku adalah satu2nya murid yang pernah ke perpustakaan daerah.
  2. Ketika aku kecil, ayah selalu membawaku serta kedua kakakku jalan-jalan setiap minggu pagi. Kami ke pantai atau tempat rekreasi lainnya di kota. Menggunakan motor honda astrea (waktu aku kecil motornya masih bagus banget. Sekarang sudah nggak berbentuk) satu-satunya kami keliling hingga siang. Ayah selalu tau bagaimana cara membuat kami senang.
  3. Ketika aku sakit, ayah akan lebih peka daripada ibu. Hari itu juga (walaupun sakitku tidak terlalu parah) ayah akan membawaku ke dokter keluarga. Setelah itu beliau akan mengawasi makan dan minum obatku sampai aku sembuh (soalnya aku suka menyembunyikan obat dibawah bantal). Entah itu berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Ayah akan masuk kamarku setiap detik untuk melihat keadaanku. Beliau benar-benar berperan penting saat aku sakit.
  4. Seingatku sejak kecil sampai aku tamat SMA ayah tidak pernah memberikanku uang saku atau uang jajan. Hanya uang keperluan sekolah, seperti SPP dan uang buku saja yang ayah berikan untukku. Namun sejak masuk kuliah, ayah tak jarang memberikanku uang untuk pribadiku. Mungkin ayah menyadari bahwa anaknya sudah dewasa dan keperluannya tambah banyak. :)
  5. Ayah tidak pernah mengatakan kata sayang padaku walaupun aku tau beliau sangat menyayangiku. Ayah mengekspresikan rasa sayangnya melalui diamnya juga tindakan-tindakan yang kadang aku tak suka namun wajar. Misalnya saat aku pulang larut malam, ayah dengan setia akan menungguku di depan pintu ruang tamu sampai aku datang. Setelah itu barulah beliau tidur. Ayah tak pernah marah.


Sudahkah Kita Bersyukur Hari Ini ?

12 September 2011

Sejak telapak kaki kanan Ibunda tercinta sakit akibat jatuh pada bulan Januari lalu, ada satu hal yang beliau rindukan, rindu ingin shalat dengan sempurna, berdiri, rukuk, sujud dsb dengan sempurna, tidak shalat dengan duduk seperti saat ini. Beliau juga rindu menggendong Faza, cucu kedua beliau, sambil berjalan-jalan, tidak seperti sekarang, menggendong sambil duduk di kursi roda. Dalam gundahku aku berdoa, "Ya Allah, mudahkanlah Ibundaku, agar nanti bisa sembuh seperti sedia kala sehinga impiannya untuk shalat dengan sempurna dan harapan tertinggiku, pergi ke Baitullah dengan beliau suatu hari nanti bisa terwujud. Amin."

Sungguh indah  Islam mengajarkan, bahwa sangatlah beruntung seorang muslim, jika diberi ujian ia bersabar dan jika diberi nikmat ia bersyukur. Pertanyaannya sekarang, sudahkah kita bersyukur hari ini? Atas nikmat yang telah diberikan Allah pada kita. Nikmat sehat  yang dengannya kita bisa menjalankan perintah-Nya dan melakukan berbagai aktivitas, nikmat iman yang dengannya kita tetap ada di jalan-Nya yang lurus dan tidak tergelincir dalam hasutan setan yang menyesatkan. Dan nikmat-nikmat lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Mari bersyukur karena dengan bersyukur akan ditambahkan nikmat itu kepada kita. Jangan sampai adzab-Nya menimpa kita hanya karena kita lupa untuk bersyukur pada-Nya. “Sesungguhnya jika engkau bersyukur maka akan kutambah nikmat-Ku. Dan jika kamu kufur, sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7). Alhamdulilah, terima kasih Ya Allah atas nikmat-Mu hari ini.  


12 September 2011.

Libur lebaran telah berakhir. Waktunya kembali ke rutinitas biasa. Artinya aku harus kembali ke sekolah, kembali belajar, dan stop fban. Huft...

Seperti pada hari ini. Aku pergi ke sekolah seperti biasa. Menuntut ilmu itu wajib kan? Aku adalah seorang pelajar kelas XII. Yang tentunya sebentar lagi akan hengkang dari kotaku tercinta (kota REOG) untuk mengais ilmu yang lebih tinggi.Yah, apalah yang diinginkan pelajar kelas XII kecuali lulus UN dan lulus SNMPTN, mendapat universitas dan jurusan sesuai dengan pilihannya masing-masing.

Hari ini siswa-siswa di kelasku udah pada ngomongin hal tersebut. Apalagi tadi barusan ada pengarahan dari kakak-kakak alumni SMA 1 Ponorogo yang sekarang menjadi mahasiswa STAN. Wuih keren.. Sementara aku? Aku hanya berharap mendapat jurusan yang memuaskan sesuai dengan cita-citaku dan jurusanku tersebut nantinya berguna untukku dalam mengarungi hidupku. Aku ingin ke ITB dan UNPAD. Bismillah. Doakan aku kawan-kawan.. ^^


BBHB 5 – RH
Senin, 12 Sep. 11
09.05 waktu Indonesia bagian Ngawi
SATE BENCANA

Sedikit gimanaaa ... begitu hari ini hatiku terasa. Seperti biasa, jadwal baru kulalui dengan selamat. Tinggal persiapan obat Simbok yang belum, konon katanya baunya tidak enak jadi ogah-ogahan deh. Aduh, yaiyalah, Buk masa obat bau sate ayam sih?

Eh tapi cerita sate jadi ingat cerita kemarin sore. Ada ibu-ibu bawa anaknya dua orang beli sate, saking asyiknya lihatin abang tukang sate madura yang piawai sampai tidak tahu anaknya yang kecil imut-imut kayak marmut di culik orang. Dasar emak-emak teledor, dikasih anak bukannya dijagain. Guling-guling deh nangis kebingungan. Peringatan buat emak-emak yang lain pula nih, hati-hati melepaskan gandengan anak waktu di luar. Penculik mulai masuk kampung tuh. Mudah-mudahan aja gak nyulik aku, pasti ogah deh penculiknya, rugi kali ya nyulik aku. Kudu ngasih makan sepiring, cerewet lagi. Duh kasian deh si ibu. Coba makan pakai sambel trasi aja, yakin anakmu nggak hilang. Yaudah deh, Bu. Ikhlasin aja, besuk beranak lagi kan beres.

Kok jadi mikirin anak hilang. Biarlah sekali-sekali. Sebenarnya mau mikirin bisnis yang deadlock. Tapi setelah di pikir-pikir kok malah tambah pusing. Biar sajalah tetangga bilang “kalau tutup terus siapa yang mau beli?” weee lah dalah, rezeki sudah ada yang ngatur, Mpok. Sudah ah, kalau mau nengok Simbokku nengok saja jangan pusing-pusing mikirin Aristy, aku saja nggak pusing kok. Emang aku tidak doyan duit sih, hehehe doyannya nasi sama dawet cendol, somay, sate gitu....

Sebenarnya kepikiran juga sih sama toko, yakin deh sudah dijagain sama mas tikus yang gianjen-ganjen yang hobi mainan kabel AC sama milih-milih baju. Tapi biarlah yang penting Simbok sembuh dulu, masalah denbagus kus mah gampang, beliin aja sate lima tusuk dikasih serbuk maut, beres deh sukses jadi pembunuh berdarah merah. Huek.... yakin deh baunya bikin ngoek.
--------------------------------------o0o--------------------------------------


Kembali..

Hari ini aku kembali,,duduk di kelas setiap pagi,naik turu tangga lagi,uhh rasanya capek sekali.Tapi tak apa lah.Dua bulan di rumah rasanya sagat membosankan.Disini terasa lebih meyenangkan.Walaupun tidak seperti di Kudus dulu.Setahu berlalu,namun tak ada yang berubah dari perasaaanku.Kota Kudus tetap terbaik bagiku,meski bukan kampung halaman ataupun tempat kelahiranku.Namun setidaknya disanalah kuhabiskan masa remajaku.Disini pun nantinya akan kuhabiskan masa remajaku.Tapi kenapa rasanya tak pernah sama?Sangat berbeda.


Senin,13 September 2011 pukul 11.54 WIB
Penulis pun butuh kejelian
Gema Adzan Dhuhur berkumandang, saat ku mengirim ulang naskah Antologi Inspiratif yang kuikuti.  "Semoga masih diterima" ucapku dalam hati.
Jujur saja, awalnya,aku merasa tenang dan senang, karena aku telah berhasil mengirimkan naskah tepat waktu. Namun,aku sangat terkejut mendapatkan email dari panitia yang menyatakan bahwa naskahku tidak ada alias tidak terkirim. Aku lalu mengecek ulang naskah yang ku kirimkan di sent item, dan benar saja tidak ada lampiran disana. Padahal, ketika aku mengirimkan naskahnya, aku telah melakukan sesuai prosedur email, yaitu menyisipkan naskah di attachment.
Dari pengalaman ini, aku pun mendapatkan sebuah pelajaran berharga. Bahwa seorang penulis pun membutuhkan kejelian. Tak hanya kejelian dalam memilih dan memilah kata , tanda baca, serta syarat yang ditentukan panitia. Penulis pun harus jeli ketika mengirimkan naskahnya, terutama jika ia mengirimkan naskahnya melalui email.
Dalam hal ini Re-check atau pengecekan ulang dibutuhkan dalam seluruh aspek penulisan.
Mulai dari pengeditan tulisan hingga alamat pengiriman yang dituju baik berupa alamat email maupun alamat panitia yang bersangkutan. Setelah semuanya selesai dikirim, ada baiknya jika kita me re-check kembali alamat pengiriman yang dituju, jangan sampai salah kirim atau naskahnya tidak dilampirkan (seperti yang kualami saat ini).
Satu hal lagi, ada baiknya kita mengirimkan naskah H- deadline, artinya 2 atau 3 hari menjelang deadline. Hal ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi, naskah yang kita kirim belum sampai ke tangan panitia, atau ketika panitia mengkonfirmasi bahwa naskahnya belum terkirim, kita masih bisa mengirim ulang sebelum bel deadline dibunyikan tanda penerimaan naskah ditutup.
Oke, mungkin sedikit tips dan kisah dariku hari ini. Aku sangat berharap, panitia berkenan hati menerima naskahku yang kukirim ulang. Namun, jika harapanku tidak sesuai dengan kenyataan, berarti Allah telah memberiku pelajaran dan meyakinkanku bahwa masih ada kesempatan lain untuk berkarya lebih baik.
Yupz... ternyata menjadi Penulis pun butuh kejelian :)


Senin, 12 September 2011

Semalam aku menderita sakit sekali. Aku sakit perut, salah makan. Entah berapa kali aku bolak-balik kamar mandi. Tapi syukurlah itu bisa kulewati dan kini aku masih bisa kuliah dengan sehat.
hMM... Tadi, aku nggak bisa nonton acara Kelab Penulis Muda pukul 09.30 di Metro TV, pagi ini. Habis aku kuliah sih, tadi pagi aku nggak mau makan lontong lagi. Biasanya kalo pagi aku terus sarapan lontong. TApi karena takut sakit perutku kambuh pas kuliah, aku usahain makan nasi dengan lauk yang sederhana. Telor dadar dan ikan goreng. Wih! siang ini aku ketiban lapar lagi. Takut sakitnya kambuh. Tapi karena teman ajak ke warnet dulu yah! jadi deh aku duduk manis di sini sambil mengetik BBHB manisku ini.
 Mudah-mudahan aja perutku cepat normal kembali....
Waktu kuliah tadi sangat membosankan. Kami dapat satu dosen baru, namanya Ibu Sri Rahmadani. Karena masih kuliah perdana, ibu itu ngasih banyak nasehat sama kami. Salah satu yang paling membekas diingatanku adalah kalau tidak boleh banyak makan indomie sama jenis mi mi yang lain. Padahal aku suka banget ama mi ayam. Makanan favoriteku, ini aja rencana pulang dari kampus aku mau makan mi ayam. Tapi karena banyak penyakitnya yang akan ditimbulkan nanti, aku jadi urungkan niatku. Fuh!!! padahal aku lagi lapar nih! ya udah akhirnya aku temukan ide,makan gratis di rumah kawan aja. Kan dia yang ngajak ke warnet, so! dia juga harus jamin makan siangku donk! wkwkwkwk...
Ya udah, sampai sini dulu ya BBHB. Sampai jumpa besok... ^_^


Motivasi pagiku - 12 september 2011

Terima kenyataan kalo sekarang hari senin, yang berarti semua yang berkaitan tentang kuliah akan segera di mulai. Entah itu mengerjakan tugas yang belum berakhir dan ketemu dosen. Rasa-rasanya aku lupa jalan ke kampus, saking terlalu bad mood sama yang namanya kampus. Maka saya putuskan hari ini tidak pergi ke kampus. Tambah libur satu hari boleh kan? Selain itu jadwal untukku akan di mulai esok hari.

Pagi-pagi tadi saat aku bangun tidur aku diam, rasa malas mulai merasukiku. Untuk bangkit dan keluar dari kamar saja rasanya aku tidak mau. Apalagi mengetahui teman-temanku berkutat dengan kesibukan mereka menghadapi sidang bulan ini membuatku semakin pesimis, bukan menjadikan itu sebagai motivasi untuk bangkit dan maju. Aku masih terdiam, hingga aku teringat akan pesan orang tuaku bahwa tahun ini aku harus lulus, bagaimanapun caranya. Aku mulai bangkit, aku juga ingat tentang beberapa janjiku dan harus segera aku tepati. Itulah motivasiku hari ini, membuat orang di sekelilingku bahagia dan bangga denganku. Satu lagi yang membuatku bangkit adalah ucapan seorang kakak dia berkata “kamu bukan orang bodoh yang ga bisa bangkit dan melawan rasa takutmu sendiri”. Semangat teman. :)


BBHB#6
Senin, 12/09/11
Aku bahagia hari ini

Setiap kali melihat dokumen BBHB yang bermunculan di WR, aku tersenyum di depan monitor komputer. Hal ini berlaku spontan. Aku tidak bisa menceritakan kebahagiaan ini. Sangking senangnya, tidak bisa diungkap dengan kata-kata. Maaf (lebay.com), Hehe.

Terima kasih Pak Direktur WR; Joni Lis Effendi. Yang sudah mengapresiasi ide sederhanaku. Karena apresiasi anda lah, ide yang sangat sederhana menjadi istimewa. Jika tidak karena datangnya ide pembuatan blog Catatan Harian Sang Pemenang (CHSP). Pastilah BBHB tidak seperti ini. Sekali lagi, terima kasih Sahabat sekaligus guru menulisku.

Semoga warga WR bisa memetik hikmah dibalik ide “gila” kita. Ide ini milik warga, yang kebetulan datang lewat perantara kita. Aku akan jadi warga yang senantiasa menginspirasi, karena aku bangga punya direktur yang bijak mengapresiasi.


Senin, 12 September 2011 pukul 14:13

MALU

Tadi aku kaget begitu mendapat SMS dari teman, kalau ada yang posting gambar porno di wall fb-ku. Aku nggak nyangka kalau ada orang gila di facebook-ku. Baru dua hari orang itu jadi temanku, tapi sudah mempermalukan aku. Puas rasanya memblokir nama-nama orang yang sudah bikin aku malu.... Mudah-mudahan yang sudah melecehkan aku mati dalam keadaan hina, tidak diterima oleh penduduk langit dan bumi, meski di neraka sekalipun!

Aku sudah lebih tenang tinggal di akunku yang ini, tapi rupanya masih ada yang berani mengusikku lagi. Mungkin karena salahku, yang asal nge-add teman yang minta berteman denganku, karena kukira mereka juga penulis, tapi ternyata bukan. Tuhan, maafkan aku.... Aku ingin bisa tegak berdiri tanpa terbelenggu oleh apapun, tapi rasanya aku masih belum cukup kuat untuk melangkah.....

***

Senin, 12 September 2011 pukul 18:30

KANGEN

Sudah sebulan lebih adikku merantau di Bangka-Belitung menunaikan tugas di sana. Entahlah, aku jadi kepikiran dia terus. Kangen dengan candanya, kebaikannya, nasihatnya. Orang yang selalu menolongku di kala aku tidak bisa melakukan sesuatu yang ia bisa, membuatku merasa kehilangan. Aku jadi pengin tertawa jika membaca SMS-nya kemarin yang ia kirimkan untukku. Bunyi SMS-nya begini:

Percakapan guru dan murid badung...
Ibu guru: "Alex, mengapa kamu kemarin tidak masuk sekolah lagi?"
Alex: "Kalau yang kemarin, saya sakit Bu...."
Ibu guru: "Mengapa kamu tidak mengirim surat?"
Alex: "Habisnya kalau saya kirim surat tidak pernah dibalas sama Bu guru...."
#@_@#

***


Cikarang, 12 September 2011
Pukul. 14.15

Kekuatan Bismillah

Hari ini adalah hari pertama bekerja setelah liburan lebaran 3 minggu yang lalu. Ada keengganan saat pagi hari akan melangkahkan menuju ke sekolah tempat ku mengajar. Tak tahu apa yang akan dilakukan di kelas, menghadapi siswa, serta kegiatan lain yang sudah memenuhi ruang imajinasi diriku untuk di sekolah hari ini. Kuhanya bisa berucap "Bismillah".
Setengah hari telah berlalu dengan cepatnya tanpa terasa. Satu kata yang menguatkan hati dan ruang imajinasi dalam pengajaran sungguh berarti bagi diriku. Kali ini aku harus mengazzamkan tekad untuk selalu semangat dalam segala hal. Kurasakan makna kata itu. Kata itu adalah "Bismillah". Akhirnya aku harus pulang ke rumah setelah rutinitas yang kujalani ini. Terima kasih ya Allah, kata penyemangat "bismillah" mu memberikan arti kepada diriku.


Bukan Buku Harian Biasa
Tidak sendiri (lagi)

12 September 2011
Nyuri-nyuri waktu dikala kerja :D *Karyawati yang smart  ;p

Aku teringat lagunya BCL yang liric nya kurang lebih seperti ini:

Sejak ia pergi dari hidupku
Kumerasa sepi
Dia tinggalkanku sendiri di sini
Tanpa satu yang pasti

Eits, jangan salah faham dulu. Aku tidak sedang patah hati :D Hanya saja teringat masa-masa lalu yang sedikit agak kelam. Begini ceritanya.

Nopember 2010 adalah waktu di mana aku merasa amat sangat kesepian. Pertama, ayahku pergi menghadap Yang Kuasa. Kedua, ditinggal oleh sang kekasih. Dan ketiga, aku tidak mempunyai teman. Soalnya waktu itu aku telah tamat SMA. Sehingga amat tidak memungkinkan untuk bertemu mereka seperti dulu lagi. Sebab kebanyakan dari teman-temanku itu melanjutkan sekolah di luar kota.

Sedih banget rasanya. Dan tidak mungkin juga untuk berkeluh kesah kepada ibu dan adek-adekku. Karena aku merupakan anak yang tertua, sudah pasti harus menunjukkan raut wajah bahagia. Kalau aku sedih, mereka pasti akan kembali bersedih.

Desember 2010. Aku menemukan sesuatu yang amat sangat istimewa. Writing Revolution. Sekolah menulis online. Awalnya aku agak ragu karena musti bayar. Pasalnya aku sudah beberapa kali kena tipu :D Contohnya waktu itu ada lomba menulis puisi dan harus membayar uang pendaftaran Rp. 100.000. Dengan lugunya aku langsung nyetor tuh duit. Soalnya hadiahnya sampai puluhan juta, makanya nggak ragu pas nyetor =.= Alhasil, berbulan-bulan tuh lomba kaga ada kabar. Aku telpon panitianya malah nomernya kaga aktif. Sedihnya kena tipu L Ini nih namanya kalau terlalu lugu. Hihihi

Tetapi untuk WR, aku terus berdoa supaya nggak ketipu lagi. Hehe. Waktu itu aku belum tahu Bg Joni itu siapa. Hehe. Dan alhamdulillah benar-benar nggak ketipu. :D Senangnya minta ampun apalagi pas sertifikat ama kartu anggotanya nyampe di rumah :D

Dan tau nggak, di WR aku seperti nemuin keluarga. Rumahnya pada jauh-jauh lho, tapi rasanya mereka dekat banget sama aku. Hingga kini, aku tak pernah merasa kesepian lagi. ^_^
Spesial thank’s kepada saudara-saudaraku yang telah mangisi relung hatiku yang kosong (agak puitis dikit gpp ya. Hehehe)

Mba Shitie Fatimah, I love U full. Makasih sudah mau mendengar keluh kesahku. :)

Mba Prima Sagita, dirimu adalah kakak terbaikku.

Bang Joni Lis Efendi, yang tetap baik hati walau banyak pertanyaan yang aku ajukan padanya.
Mba Kun, Mba Yasmin, Mba Ayu Feat Ayu, Kak Okti Li, Mak Edel, Kak Risah, Bang Rik Sjp, Putri Utami, Salsabila, Kak Hylla, Mba Yullly, dan masih banyak yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

I love You so much.
^^


Senin, 12 September 2011,  pukul  09.00
Lulur dengan cem-ceman teh
Biasanya aku melulur tubuhku dengan lulur yang sudah jadi yang biasa dijual supermarket. Tetapi untuk saat ini aku memanfaatkan daur ulang the cem-ceman. Daripada dibuang dengan percuma aku manfaatkan saja untuk melulur tubuhku bahkan untuk memasker wajahku. Dulu juga pernah memasker wajahku dengan alpokat. Besok jika ada alpokat sisaan dari yang aku makan aku gunakan lagi untuk memoles wajahku dan kakiku. Lumayan efeknya bagus kok di kulit. Mau beli yang sudah jadi dan bermacam-maca aroma lagi kanker jadi ga bisa beli.

Senin, 12 September 2011,  pukul  07.00
Beli Jenang dlimo, baning dan candil
Seperti biasanya tukang sayur tetangga sebelah datang ke rumahku untuk menjajakkan sayuran dan makanan. Untuk sarapan pagi aku beli jenang campur. Ada jenang dlimo, jenang baning atau bubur sumsum dan jenang candil dijadikan satu dikasih santan kelapa, rasanya enak sekali. Untuk mengganjal perut sebelum makan nasi. Nama ini unik ya?...Makan jenangnya sambil nonton TV biar lebuh tambah santai.

Senin, 12 September 2011,  pukul  06.00
Menulis
Aku melanjutkan tulisan FTS Petualangan yang sudah mendekati  dead line. Sebenarnya aku sudah menulis sebelum lebaran dan sudah aku kirimkan. Tetapi ini tulisanku yang kedua. Menulis juga aku barengin dengan menonoton televisi. Masih separug lagi menulisnya. Aku akan melanjutkan menulisnya nanti sore karena aku harus pergi dulu.

Minggu, 11 September 2011 pukul  19.00
 Capek dan lelah
Aku ingin melanjutkan menulis tetapi tak mungkin aku bisa menulis karena badanku capek dan mataku lelah jadi aku lebih memilih untuk tidur dan menulisnya esok hari saja. Bahkan perutku sudah keroncongan saja aku malas untuk makan. Jadi aku menahannya dengan tidur saja.